3. Pak Jonhes Ngamuk

3.5K 174 3
                                    

Happy Reading❤

_____

Erick meringis sembari memegang kepalanya, saat merasakan sebuah benda padat mendarat keras di kepalanya. Ia berbalik ke arah belakang, lalu menatap para pria yang sedang mengekorinya dari belakang.

"Lo kan yang lempar gue?" sarkas Erick menunjuk Verrel, sementara Arka hanya diam saja.

"Lah, gue salah apa lagi? Perasaan gue mulu." ucapnya memelas, minta di tabok.

"Alah, gak usah jujur lo. Lo kan yang lempar gue pake kelereng?"

"Yaudah gue bohong. Iya gue." ucap Verrel yang sudah berlari duluan.

Erick melempar tasnya ke sembarangan arah, untung saja sempat di tangkap oleh Arka. Sahabat idaman banget. Ia hanya menggeleng melihat kelakuan Erick dan Verrel yang sedang kejar-kejaran di lapangan kampusnya. Yah, Erick, Arka dan Verrel mengambil jurusan yang sama. Yaitu ilmu Kedokteran.

"Lo harus tanggung jawab. Kepala gue jadi kembung gara-gara lo lemparin kelereng ogeb!" teriak Erick yang masih berusaha mengejar langkah Verrel.

"Bodo amat. Bodo amat. Bodo amat." ucap Verrel berulang kali.

"Huaaaa, lo harus tanggung jawab ogeb." Erick tersenyum,  saat berhasil meraih tas punggung milik Verrel. Dengan cepat, ia memegang kerah baju pria itu lalu mengapitnya di bagian keteknya.

"Huaaa, ketek lo bau kambing Erick."

"Ketek gue bau molto, bukan bau kambing. Gue santet juga lo."

"Iya, bau molto. Tapi molto rasa kambing."

"Gak usah bawa-bawa saudara lo."

Verrel menggigit bagian belakang Erick, dan membuat pria itu meringis kesakitan dengan wajah yang memerah. Sementara Verrel sudah berhasil lepas dari apitan Erick. Ia menjulurkan lidahnya ke arah Erick, meskipun di tatap tajam oleh pria itu. Verrel berbalik dan...

Brugh.....

"aduhhhh." ucap pria yang sudah terjatuh akibat tabrakan dari Verrel.

'Auto di hukum' gumam Erick saat menyadari siapa yang dia tabrak.

Erick dan Arka yang sedang berada di belakangnya sudah siap tertawa terbahak-bahak saat melihat Verrel yang tadinya ceria menjadi keringat dingin sekarang. Tangannya gemetaran, akibat takut.

"Si-sini saya bantu pak." tawar Verrel sembari menjulurkan tangannya.

Pria itu menepis tangan Verrel dengan kasar dengan sorot mata yang tak bisa di jelaskan. Ia berdiri, merapikan pakaian gombrangnya yang selalu ia kenakan agar terlihat gemuk dan tidak seperti lidi.

"Kamu kenapa nabrak saya?" tanya Pak Jonhes, yang identik dengan kepala botaknya. Saat siang saja, matahari selalu terpantul di kepala botaknya.

Verrel menghembuskan nafasnya, meremas tangannya dan berusaha menghilangkan rasa gugupnya. "Bapak kali yang nabrak saya."

"Lah ngejawab, ngejawab. Kamu itu mahasiswa yang gak punya telinga yah?"

"Punya dong pak. Emang bapak gak bisa liat yah? Atau gak bisa bedain mana hidung dan mana telinga?"

"Saya selalu melihat kamu dan dua orang teman kamu selalu di hukum. Kamu itu pinter--" ucapannya terpotong saat Verrel menyambungnya.

"Iya pak, saya emang pinter. Bapa aja yang kurang pinter. Gak liat orang kalo jalan."

Pak Jonhes menarik nafasnya dalam-dalam, siap mengeluarkan jurus kungfu yang telah di ajarkan oleh Limbad pada zaman batu. Dengan paksa, ia menjewer telinga Verrel meskipun pria itu sedikit meraung minta di lepaskan.

ALRICK 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang