20. Perjuangan Erick

2.5K 90 4
                                    

Happy Reading❤

___

Seorang lelaki, dengan penampilan yang jauh dari kata rapi, tengah berdiri di depan sebuah pintu, enggan untuk menekan belnya. Ia menghembuskan nafasnya, sembari memejamkan matanya, lalu mengangguk pelan. Akhirnya, tangan kanan Erick berhasil memencet bel yang berada di depannya. Jantungnya kini berpacu dengan cepat. Tidak bertemu dua hari dengan wanitanya, membuat Erick uring-uringan. Penampilannya berbeda dari biasanya. Hari ini, Erick berniat untuk menjemput wanita itu. Mengapa? Karena, relung hatinya sudah sangat merundukan Aliska.

Bel pertama, tidak membuahkan hasil. Hal itu membuat Erick, enggan kembali menekan bel rumah mertuanya. Ia kembali menghembuskan nafasnya, berusaha meyakinkan dirinya jika Aliska sudah tidak marah lagi.

Bel kedua, akhirnya berhasil. Seorang wanita yang sangat Erick rindukan, kini ada di hadapannya. Sementara Aliska, ia masih acuh tak acuh. Bahkan mengarahkan pandangannya ke Erick pun Aliska enggan. Erick masih berada di luar, sembari tersenyum mengagumi sosok Istrinya itu, dengan perut buncitnya yang sedang ia elus.

"Ngapain kesini?" sarkas Aliska. Berbalik dengan keadaan hatinya, yang sudah deg-degan bertemu Erick. Aliska masih bertahan dengan rasa gengsinya.

"Aku kangen sama, kamu!" seru Erick sembari tersenyum. Ia mengikuti langkah Aliska yang sudah masuk kedalam.

Erick mencekal tangan Aliska saat hendak menaiki tangga, untuk ke kamarnya. "Mau kemana, hm?" tanya Erick.

"Mau ke atas, istrahat. Capek!" jawab Aliska seadanya. Erick menarik tangan Aliska agar mengikutinya ke sofa. Dan benar saja, wanita itu menurut, tak mampu melawan ketika melihat raut wajah memohon padanya.

Aliska duduk di sofa, ketika sang Suami mempersilahkannya. Erick mengambil kedua tangan Aliska, lalu menggenggamnya erat. Dua hari sudah, ia tidak merasakan kehangatan tangan Istrinya. Pelukannya, bahkan perhatian dari wanita hamil itu.

"Udah, makan?" tanya Erick, ia menangkup wajah Istrinya yang enggan menatapnya.

"Belum," cicit Aliska, pelan.

"Jangan nunduk. Kasian mahkotanya, entar jatuh,"

"Abang..." panggil Aliska, bahkan ia menggantungkan perkataannya.

"Iya, Sayang?" Erick menaikkan sebelah Alisnya, menunggu kalimat yang akan di lontarkan Istrinya.

Aliska mendongak, ketika mendengar panggilan itu, lagi. Panggilan yang sudah dua hari, tidak terngiang di telinganya. Bahkan menelpon, mengirim pesan pun, Erick tidak pernah melakukannya. Dan Aliska, marah akan hal itu.

"Kenapa?" sekali lagi, Erick melontarkan pertanyaannya. Ia mengelus punggung tangan Istrinya, dengan lembut dan mengecupnya lama.

Melihat perlakuan Erick yang membuatnya melting, Aliska enggan melontarkan perkataan yang akan ia ucapkan. Tetapi, ia harus tegas.

"Erick...kamu pulang aja, yah? Aku beneran capek, mau istrahat!" cicit Aliska dengan pelan, namun kalimat itu masih jelas terdengar di telinga Erick.

Perkataan Aliska, mampu menimbulkan rasa sesak di hati Erick. Mengusir secara halus? Iya. Itu yang Aliska lakukan padanya.

ALRICK 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang