8. Jatuh Cinta

4.2K 211 1
                                    


Zahra pov

Aku melempar tubuh lelah ku ke atas matras UKS. Ya, setelah kejadian kemarin aku lebih memilih untuk menyendiri. Aku memilih membawa diri ini untuk menyendiri dibangku manis taman belakang sekolah ini. Tempat itu sangat tenang dan teduh, bagaimana tidak, pohon-pohon di tempat itu sangat rindang dan asri pantas saja membuat orang-orang yang singgah di sana merasa nyaman.

Tak banyak kegiatan yang ku lakukan di sana, hanya duduk dan merenung. Mengingat kejadian tadi pagi yang membuat ku harus menahan sesak di hati. Yah, karena kejadian tadi pagi mereka telah berhasil membuat ku terluka. Aku sudah lelah berpikir, lelah menanti dan lelah berharap. Aku tau, jika abi dan umi sebenarnya tau apa yang telah aku perbuat di sekolah tempo hari itu. Aku tau bukan hanya abi dan umi saja yang tau namun kak Razi dan kak Annisa juga sebenarnya pun tau. Aku juga tau jika selama ini mereka pura-pura tak perduli dengan masalah ini. Aku tau itu.

Selama aku berada di taman itu, aku hanya diam dan menangis. Hingga Fia datang memberikan ku semangat. Yah, aku yakin tak sendiri. Ada Tuhan yang selalu ada buat aku, walaupun sebenarnya aku tak terlalu yakin bahwa Tuhan itu ada, namun hadirnya membuat aku yakin jika ia mengirimkan seorang malaikat untuk ku mengadu. Benar, dia adalah Fia.

Aku memejamkan mataku seraya menunggu kedatangan Fia, dia berjanji akan menemui ku di UKS. Tepatnya menemaniku.

Ttrrdd

Suara pintu terbuka.

"Itu pasti Fia." Gumam ku.

"Fi, kalo buka pintu kalem dikit dong, kasian kan pintunya kalo di buka paksa kaya gitu. Kalo dia bisa bicara pasti dia udah protes ke kamu kalo-"

"Maaf saya kira tidak ada orang didalam makanya saya masuk dan asal buka saja." Ucap Fia memotong ucapan ku.

Fia?,

Bukan!.

Ini bukan suara Fia, bahkan suara ini sangat tak layak untuk perempuan mana pun.

Ini suara cowok?,

Yah, ini suara cowok, tunggu dulu! bukankah suara ini terdengar sedikit tidak asing untuk ku?

Siapa?

Kak Razi, kah?

Oh, tentu bukan.

Kak Razi punya suara yang berat dan menyenangkan untuk di dengar, lagi pula kenapa kak Razu harus datang ke sekolah ku?. Jangan bermimpi, aku tidak ada apa-apa nya dimata kak Razi jadi tentu saja itu mustahil.

Atau ini suara abi, kah?

Tapi apakah, iya?

Suara abi memang berat, beratnya itu seperti orang yang sudah lanjut usia. Jadi, aku yakin ini bukan abi.

Jika bukan mereka, lalu yang tadi siapa?

Ah, kenapa aku gak cek aja?

Sedikit bergeser dari tempat ku berbaring untuk bisa melihat siapa yang telah membuka pintu, tapi yang ku dapatkan adalah pemandangan kosong.

Shit!

"Tidak ada siapa pun di sini, apa hanya perasaan ku saja, yah?. Tapi bukankah tadi jelas-jelas meminta maaf kepada ku?, ah, sudahlah. Kenapa harus memikirkan sesuatu yang gak penting, si-"

"Kamu ngomong sama siapa, Ra?" Tiba-tiba suara Fia terdengar mengintrupsi ku, aku menatap wajah bingung Fia yang kini sedang menatap ku dengan tatapan aneh.

"Eng, tadi kamu liat orang keluar dari UKS gak?" Tanyaku memastikan.

Padahal baru beberapa saat yang lalu aku bilang ini adalah sesuatu yang gak penting, tapi ujungnya aku tanyain juga.

Sekotor Itukah Aku (selesai dan Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang