18. Petaka

3.8K 188 5
                                    


"Kau terlalu ceroboh, bahwa jalan yang kau pilih adalah salah. Kau tak menyadari jika tempat yang akan kau pijaki itu adalah tempat yang penuh dengan duri."

Lutfia Asakira.

***

Zahra P. O. V

Tok

Tok

Tok

"Dek?,"

"Zahra, bangun dong dek..ayo dong kita pergi sholat.." Annisa berteriak nyaring, berusaha membangunkan ku untuk sholat bersama.

Aku menggeliat nyaman di atas kasur ku, menandakan bahwa aku sudah bangun namun butuh waktu untuk mengembalikan kesadaran ku.

"Zahra, bangun dong dek.." Samar, ku dengar suara Annisa memanggilku dari luar. Suara yang membuat ku terbangun tadi aku yakin itu adalah suara Annisa yang langka.

Akan tetapi tiba-tiba aku tersadar, bingung kenapa Annisa memanggilku sesemangat ini. "Kak annisa?"

Kepala ku masih terasa pusing dan aku merasa mengapa pagi secepat ini datang?

Bukankah ini terlalu cepat, padahal aku merasa jika aku baru saja tidur 3 jam yang lalu dan sekarang tiba-tiba saja pagi datang, apakah ini hanya karena perasaan ku saja atau apa?.

Tidak ingin ambil pusing, aku menyingkirkan selimut hangat yang sempat memelukku dan memberikan kehangatan yang nyaman. "Iya, kak bentar.." Menyahutinya, aku beranjak turun dari ranjang ku dan bergegas membukakannya pintu.

"Assalamualaikum, Zahra." Setelah ku buka pintu, hal pertama yang menyambut ku adalah salam Annisa yang disuarakan dengan semangat yang terlihat jelas. Jika ku pikir-pikir ini pertama kalinya aku melihatnya se'energik ini di depan ku, karena biasanya seperti yang pernah aku katakan dulu ia adalah tipe gadis yang halus.

"Waa'alaikumsalam, astaga kakak ih ngagetin Zahra aja, nyebelin tau gak." Aku mengeluh setengah berbohong. Aku memang dibuatnya terkejut, tapi itu bukan karena sisi negatif nya. Aku terkejut karena yah, aku terpana dengan sifat kakak ku yang baru ku lihat saat ini.

Annisa tertawa kecil, "Hehe.. maaf deh udah ngagetin kamu, tapi serius lho dek nungguin kamu bangun itu kesabaran bikin kakak jadi gemas tau gak. Apalagi ini dingin banget, kakak kedinginan tau. "

Mendengar alasan Annisa aku tidak bisa tidak berdecak kesal, bukankah ia sudah mengatakan nya sendiri jika ia kedinginan tapi mengapa ia tetap berusaha membangunkan ku?

Di tambah lagi, sebelumnya aku mendengarnya mengatakan ingin sholat bersama dengan ku. Bukankah tadi malam aku sudah mengatakan jika aku sedang berhalangan, apakah ia melupakan hal ini?

Lalu tentang sholat bersama ini, mana ada sholat di pagi hari, kalo aku tebak mungkin ini masih jam setengah tujuh, masa iyasih sholat dzuhur di jam segini?

Ini terlalu rajin atau apa sih?

"Kak, ini kan masih pagi masa iyasih kita sholat dzuhur di jam segini, kan ini baru jam setengah tujuh, kak?" Aku mencoba mengingat kannya, mungkin saja ia lupa atau apa siapa yang tau.

Sekedar pengingat saja, walaupun aku miskin agama tapi aku tetap masih mengingat waktu-waktu sholat yang harus dikerjakan umat muslim. Yah, walaupun tidak terlalu mendalami tapi setidaknya aku tidak seburuk itu kan?

"Ya Allah, Zahra.!" Annisa sekali lagi berteriak, jika yang pertama tadi ia berteriak diluar kamar ku untuk membangun kan ku jadi tidak terlalu mengganggu tapi yang kedua kali ini adalah di depan ku dan seperti yang bisa kalian tebak, ini sangat mengganggu. Jadi bingung, Annisa kok hobinya jadi teriak-teriak gini, apa sebelumnya ini adalah kebiasaan nya?

Sekotor Itukah Aku (selesai dan Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang