15. Hanya Bayangan

3.3K 193 0
                                    


"Why?" Tanya Latifa seraya berkaca pinggang.

Yola mengangkat bahunya acuh, "Eyah, felling aja kalo hari ini si Zarah alias tukang jarah gak masuk."

Andrini terlihat menggelengkan kepalanya setelah mendengar jawaban dari Yola.

Memutar bola matanya, "Gue mau lo to the point aja dan gak usah buang-buang waktu gue hanya karena lo buat cerita karang-karangan lo yang gak masuk di akal!. Apaan felling, gak jelas!" Andrini berucap kesal, ia tidak menyukai alasan Yola yang sangat tidak logis baginya.

Yola mendengus tidak terima dengan ucapan Andrini yang seakan mengejeknya.

"Yah, lo kok nyolot sih?, biasa aja kali gak usah pakek acara bawa emosi. Lagian lo kan ngaku udah jadi sahabatnya Zahra, seharusnya lo tau dong Zahra kenapa gak masuk? " Yola membalas sindirannya lebih tajam seraya memberikan wajah ejekan yang jelas.

"Ya ellah, pake felling aja lo bangga. Apalagi sok bawa nama sahabat lagi, merasa paling bener aja. "

"Lo ya dikasih tau ngenyel banget, kalo gini gima-"

"Udah kenapa, sih!. " Latifa berteriak tidak tahan lagi. Ia menatap Yola dan Andrini dengan tatapan tidak suka.

"Kita ini satu misi, tapi hanya karena masalah sepele gini kalian jadi bertengkar. Yakin misi ini akan sukses jika kalian seperti ini? "

"Enggak, kan? "

Menghela nafas, "Sekarang kalian berdua baikan. Demi kelancaran misi kalian harus menyingkirkan sikap kekanak-kanakan kalian." Latifa berusaha membujuk agar Yola dan Andrini menghilangkan sifat kekanakan mereka. Berusaha mengikat mereka seperti semula lagi.

"Ayo dong kalian berdua jangan egois gini, masa sih kalian lupa sama tujuan awal kita?" Tanya Latifa berniat mencairkan suasana yang sempat tegang.

Namun, seberapa keras ia membujuk Yola dan Andrini masih menolak untuk mendengarkannya.

Mengalihkan tatapan pada Andrini yang masih bertingkah acuh tak acuh, "Ann, lo lupa sama adik lo, Alvin, adik tersayang lo". Memutar otak, Latifa berusaha memancing emosi Andrini. Mendengar pertanyaan Latifa, tatapan cemerlang Andrini perlahan meredup, memperlihatkan tatapan sendu.

Menunduk, "Fa, mana bisa aku lupa dengan dia. Aku tidak bisa melupakan bagaimana ia bisa pergi dari dunia ini, hari teragis itu adalah mimpi terburuk dalam hidupku. " Andrini menjawab sedih, namun walaupun begitu kilau matanya mengungkapkan kebencian yang amat besar.

Tersenyum puas, Latifa mengalihkan tatapannya kepada Yola.

"Dan lo Yo, lo lupa dengan cinta pertama lo yang direbut oleh Zahra?. Kak Revan dicampakkan juga persis seperti Alvin, apa lo mau suatu hari apa yang pernah terjadi kepada Alvin juga menimpa Revan? "

"Jangan bermimpi, Fa. Gue gak akan pernah bisa ngelupain rasa sakit itu dan gue juga gak akan pernah memberikan Zahra kesempatan untuk menyakiti Revan. Gak akan pernah. " Yola berbicara penuh dengan kebencian, yah, Alfi bukanlah orang yang ia sukai. Ia hanya kebetulan saja memanfaatkan Alfi yang kini sudah menjadi kekasihnya. Cinta pertamanya adalah Revan, laki-laki yang selalu mengejar Zahra. Akan tetapi sayang, disaat mulai merasakan manisnya cinta ia juga merasakan pahitnya luka. Revan tidak pernah meliriknya lagi semenjak Zahra sekolah di sini. Semua perhatian dan pandangan Revan hanya tertuju kepada Zahra sejak ia mengenal Zahra. Tentu saja rasa sakit ini akan terus membekas dalam hatinya.

"Jadi, apakah misi ini tetap dilanjutkan? " Latifa bertanya dengan suara yang mengejek.

Yola dan Andrini tidak mengatakan apa-apa, mereka hanya menganggukkan kepalanya penuh akan dendam.

Sekotor Itukah Aku (selesai dan Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang