22. Penjara Suci

3.9K 188 1
                                    


Pondok pesantren As-Sauqi tiba-tiba menjadi heboh karena kedatangan keluarga besar yang sudah bukan orang asing lagi bagi santri dan santriwati di sana. Tak biasanya keluarga itu datang secara rombongan begini, kecuali jika pondok pesantren sedang merayakan atau membuat acara-acara hari besar islam. Namun, kali ini tidak ada perayaan atau acara yang akan mereka rayakan karena belum waktunya.

Kedatangan rombongan keluarga besar itu menjadi pusat perhatian bagi santri dan santriwati bukan karena bukan biasanya mereka datang seperti ini, akan tetapi karena di dalam rombongan keluarga besar itu terdapat seorang gadis yang sangat berbeda dari mereka semua.

Keluarga itu terkenal dengan menganut islam secara kaffah atau dengan kata lain mereka sangat menjalan kan nilai-nilai islami itu di dalam keluarga mereka. Akan tetapi, sangat mengheran kan jika salah satu anggota keluarga mereka berbeda.

Dia, gadis yang selalu berjalan dengan wajah tertunduk dan berpenampilan sangat aneh bagi santri dan santriwati yang memperhatikannya.

Menggunakan baju seragam SMA putih abu-abu yang sangat minim. Rok abu sepaha yang memperlihat kan kulit mulus putih bersih seperti susu di mata laki-laki dan dengan baju seragam putih selengan yang memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sangat menggoda.

Gadis itu hanya menunduk, sangat terlihat jika ia sangat tak bersemangat berada di tempat baru ini. Itu sangat terlihat jelas dari sikapnya yang hanya menunduk dan tak pernah mengangkat wajahnya.

Ketika rombongan telah sampai di kediaman sang pemilik pondok pesantren, rombongan keluarga itu langsung di sambut baik oleh pemilik rumah. Tanpa menunggu lama, sang pemilik rumah pun langsung mempersilahkan rombongan keluarga besar itu masuk tidak terkecuali gadis itu.

Selama di dalam, gadis itu tetap bersikukuh dengan sikap nya. Yaitu tetap menundukan wajah dan tak mau perduli dengan lingkungan sekitarnya.

Yang lain mengobrol asik dan tertawa bahagia, akan tetapi gadis itu malah acuh tak acuh dengan sekeliling nya. Ia lebih baik diam dan bungkam dari pada berbicara namun slalu tak di dengarkan. Itu pikirnya putus asa.

"Jadi, ini toh yang bernama Zahra?." Tanya ustad Kholik sang empu rumah sekaligus pemilik pondok pesantren As-Sauqi.

Yah, gadis itu adalah Zahra. Wajar saja jika sikapnya seperti itu, karena Ia memang tidak pernah menyukai tempat ia berada saat ini. Yah, lingkungan baru Zahra.

Zahra hanya diam, tak merespon. Ia lebih menyukai diam untuk saat ini.

"Iya, Kholik ini Zahra anak ku yang terakhir." Jawab Abi semangat.

Ustad Kholik menatap takjub Zahra yang kini sedang tertunduk mengacuhkan sekelilingnya. "Ma shaa Allah, ini toh Zahra, cantik pisan, Arul. Lebih cantik dari yang aku bayangkan.." Puji ustad Kholik terpesona dengan kecantikan Zahra.

Abi tersenyum hangat, mengalihkan pandangannya menatap sang putri yang masih bersikap dingin. "Alhamdulillah, itu adalah kuasa Allah yang telah memberikan kami amanah seindah ini." Syukur abi tulus dari dalam hatinya.

"Ma shaa Allah, sungguh besar kuasa Allah. Eh tapi, ngomong-ngomong Fatimah dulu kamu ngidam apa yah kok keluarnya secantik ini.." Goda ustad Kholik kepada Umi yang kini sedang duduk di samping putri terakhir nya, Zahra.

Semua yang mendengar langsung tertawa, pertanyaan polos ustad Kholik membuat mareka berpikir sangat jauh.

"Ah ustad, ngidam nya kayak ibu-ibu biasa aja..mau nya yang asem-asem.." Jawab umi malu-malu yang langsung di sambut gelak tawa oleh mereka semua.

"Ih, abi genit pisan..kok nanyak nya begitu sih? kayak umi gak pernah ngidam aja.." Tiba-tiba istri Ustad Kholik datang dengan wajah cemberutnya.

"Astagafirullah, umi, abi kan cuma bercanda..jangan di tanggepin serius atuh.." Jelas ustad Kholik sambil merayu istrinya.

Sekotor Itukah Aku (selesai dan Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang