1.Zahra Affianisha
Hai, kenalkan nama aku Zahra Affianisha. Islam banget bukan?
Tetapi nama aku jauh berbeda dengan gaya hidup aku. Yeah, kalian semua pasti tau lah. Anak zaman sekarang. Sudah bisa dibayangkan? jika belum bisa, sini deh aku deskripsi kan.
Aku terlahir dari keluarga yang menganut islam secara kafah.
Aku, anak ketiga atau terakhir dari tiga bersaudara. Kakak ku yang pertama bernama Muhammad Affianka Razi.
Dia secara fisik tampan, tinggi, kulit putih, hidung mancung, intinya dia the best lah. Sifatnya ke siapa pun terkesan cuek dan dingin. Jangankan ke orang lain, aku saja yang menjadi adiknya ia tidak terlalu bersikap baik. Tetapi, jika itu adalah kakak aku yang kedua, uh, ia sangat friendly.
Kakak ku yang pertama ini adalah kakak yang nyebelin.
Mengapa?
Karena jika ada perdebatan atau masalah apalah yang terjadi di rumah, pasti selalu disangkut pautin sama kehadiran ku. Yeah, aku dibanding-bandingkan dengan kakak ku yang ke dua. Dia bilang aku cewek begok lah, cewek gak jelas, cewek liar, cewek gak punya malu, cewek gak punya masa depan lah. Intinya aku selalu salah dimatanya!
Ya, terserah. Aku memang tidak seperti kak Annisa.Aku memang liar.
Aku memang bego.
Aku memang tidak punya malu.
Aku memang tidak punya masa depan. Tetapi apa kalian tau?
Aku begini karena kalian semua! karena kalian hanya sayang dan perhatian dengan kak Annisa. Ah, ok, jangan bahas kak Razi lagi. Nah, sekarang kita ke kakak ku yang nomor dua.Yap, namanya Annisa. Atau nama panjangnya Annisazaki Affian. Yah, dia adalah anak kesayangan di keluarga ku. Semua perhatian dan kasih sayang dikeluarga ku, di tumpah dan diberikan hanya untuk kak Annisa. Iya sih aku sadar, aku dan dia sangat jauh berbeda. Dia adalah wanita yang sempurna dan memenuhi harapan kedua orang tua ku.
Kita tidak perlu membicarakan masalah fisiknya, karena seperti yang kalian pikirkan ia tidak jauh berbeda dengan kakak ku yang pertama. Dengan aku mengatakan dia adalah gadis yang sempurna, itu sudah menunjukan kualitas sebagai seorang gadis.
Siapa yang tidak ingin seperti dia, sudah sempurna dan jadi kesayangan di keluarganya. Tetapi jika aku mengikuti jejak nya, menjadi wanita muslimah, maka orang tua ku akan berpikir bahwa aku ingin mendapatkan pujian dari mereka atau apalah. Jadi, aku lebih memilih jadi diri aku sendiri, mungkin. Oh ya, ini yang paling penting dari dia, dia sudah hafal Al-Qur'an 26 juz. Hebat bukan?
Beda dengan aku, boro-boro hafal Al-Qur'an, baca saja aku tidak bisa. Hehehe...udah jelas kan perbedaan aku sama dia?. Sekarang kita beralih ke orang tua ku, yap umi dan abi ku.
Umi ku bernama Fatimah Asakiah, yah sama halnya dengan kak Annisa, mereka berdua tidak jauh berbeda.
Menurut ku mulai dari sifat, sikap, sopan santun, dan tentu nya semua apa yang dimiliki umi pasti ada pada kak Annisa.
Umi adalah tipe orang yang sabar. Paling sabar ngeladenin dan ngehadepin aku di antara mereka. Dia anggun, intinya umi ku spesial. Setiap aku mendapatkan masalah, umi adalah orang pertama yang selalu ada buat aku. Yang selalu belain aku, saat abi dan kak Razi ngeroyok aku dengan segudang kata-kata yang menurut ku itu adalah sebuah penghinaan. Tetapi terserahlah, apa aku harus peduli?. Mau marah, toh mereka makin berulah. Jadi, setiap ada masalah dengan mereka terkadang aku lebih baik diam. Udah, ah, sekarang kita ke abi aku.
Nama abi aku Muhammad Affiarul Hadi. Dia adalah pemimpin yang tegas di keluarga ku. Abi ku sebelas dua belas dengan kakak aku yang pertama. Kesannya, keras kepala. Kehidupan aku dengan mereka sangat bertolak belakang. Mereka sangat islami, sedangkan aku? lebih memilih dunia yang bebas. Yap, pergi clubinglah, weekend, jalan-jalan sesuka hati aku, tentunya aku tidak sendiri. Aku punya sahabat yang selalu ada buat aku. Daripada mereka,
"JAHAT".
Bersambung..
Buat readers, mak gak bisa up extra partnya secepat mungkin karena buku ini mak masih revisi..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekotor Itukah Aku (selesai dan Revisi)
DiversosUntuk cerita lengkapnya silahkan berkunjung ke NovelToon, gratis kok😘 ٱلْخَبِيثَٰتُ لِلْخَبِيثِينَ وَٱلْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَٰتِ ۖ وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُم...