17. Pupus (dua)

3.4K 190 1
                                    


"Umi.."

"Ya.."

"Emang kak Razi mau kemana?"
Umi terlihat berpikir sebelum menjawab pertanyaan ku.

"Razi sama abi mau ke pondok pesantren, ada urusan." Jawab umi sebelum akhirnya memberi salam dan menutup pintu kamar ku.

Ke pondok pesantren?

Kak Razi?

Abi?

Apa yang sedang mereka lakukan di sana?

Apakah mungkin...ah, shit!
Ini benar-benar gila.

Apa ini Zahra?, Bahkan kau mempercayai Razi menyayangi mu hanya karena ia membantu mu tadi pagi, ini omong kosong Zahra!

Author P. O. V

Zahra merasakan dadanya menjadi sesak, ia pun memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya karena nyeri di perutnya sudah mulai menghilang.

Zahra berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya dengan perasaan gusar dan gelisah.

Tak jarang juga sesekali Zahra mengacak-ngacak rambutnya dengan kasar.

"Baiklah Zahra, ini belum terlambat untuk menghentikan semua ini. Tidak mengapa." Ucap Zahra berbicara kepada dirinya sendiri.

Ia pun berbalik menghadap jendela kamarnya dan mendapati pemandangan di halaman rumah.

Umi memeluk erat tubuh Razi dengan penuh sayang, seakan ia tak rela melepaskan kepergian Razi walaupun hanya sekedar berkunjung untuk beberapa hari.

"Jika ini yang kalian inginkan, maka baiklah.. Akan ku ikuti semua permainan kalian.." Gumam Zahra bertekad sambil tersenyum licik.

Zahra sudah tak tahan lagi dengan ketidak adilan yang ia dapatkan di rumah ini. Dan hari ini Zahra sudah putuskan untuk melawan, mengikuti semua permainan yang mereka mainkan kepada Zahra.

Tersenyum jahat, Zahra menatap tajam pemandangan tersebut. Kita lihat saja, siapa yang akan mengahiri permainan bangsat ini. Aku, Zahra Affianisha atau kalian yang akan mengahiri nya." Batin Zahra licik.

Untuk memulai misi, Zahra memutuskan beranjak dari tidurnya dan bersiap mandi.

30 menit kemudian...

Zahra telah siap dengan baju lengan panjang serta dengan celana stocking panjang hitam nya. Tak lupa juga ia menggunakan bedak wajah dan merapikan rambut panjangnya yang terurai lepas.

"Ah, siap deh" Gumam Zahra bersemangat sambil menyunggingkan senyuman kepuasannya.

Sebelum beraksi, Zahra meraba perut bawah bagian tengahnya. Mengelus-elusnya dengan lembut sambil bergumam sendiri.

"Jamu yang umi berikan benar-benar hebat, sakit yang aku rasakan setiap halangan langsung hilang dan tidak meninggalkan bekas. " Gumam Zahra senang dan langsung beraksi menuju tujuannya.

***

Zahra menuruni anak tangga dengan semangat dan ceria, berharap hari ini misi pertamanya bisa berhasil.

"Kak Annisa.." Teriak Zahra bergemuruh di ruang tamu.

Zahra belum menemukan Annisa di setiap ruangan, hingga ia putuskan untuk mencari Annisa ke haman depan karena biasanya Annisa akan memeriksa tumbuhan yang ia tanam selama ia di rumah ini. Sangat menyukai alam, itulah dia.

"Kak-" Ucapan Zahra terhenti ketika Zahra melihat umi sedang mengolesi salep ke tangan Annisa yang terlihat terluka mengeluarkan darah dengan ekspresi khawatir.

Sekotor Itukah Aku (selesai dan Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang