19. Sendiri

3.5K 184 0
                                    


Luka ini, luka Ini akhirnya hidup kembali setelah sekian lama ku pendam. Aku takut dan aku tau pada akhirnya semua ini akan terjadi."

Zahra Affianisha.

***

Hingar bingar musik yang keras di tempat itu sangat mengundang dan menarik perhatian para remaja yang berkeliaran di sana. Bagi mereka suara musik yang keras membawa perhatian dan magnet tersendiri untuk mereka.

Tidak terkecuali Zahra, baginya tempat ini adalah tempat terbaik yang ia bisa datangi walaupun ia tidak mengkonsumsi apa-pun yang tempat itu sediakan.

Namun, tempat itu selalu setia dan bersedia menerima Zahra kapan pun ia datang.

Zahra memandangi tempat itu dengan tersenyum sinis. Ia sadar dan tau langkah apa yang telah di ambilnya malam ini.

Entah keberuntungan atau sebuah kemalangan yang akan ia dapatkan, akan tetapi ia sudah yakin apapun yang terjadi adalah yang terbaik untuknya. Walaupun mungkin sakit atau terluka, pada akhirnya Zahra akan menyadari semua kecerobohannya.

"Astagafirullah, Zahra kenapa kita pergi ke sini? bukankah kita mau ke toko buku?" Tanya seorang gadis bercadar yang ternyata adalah Annisa, kakak Zahra.

Sedari tadi Annisa sudah tak dapat menahan perasaan takut dan khawatirnya berada di tempat ini. Tempat asing yang penuh dengan perbuatan maksiat. Annisa semakin mengeratkan genggamannya karena tak mendapatkan respon dari Zahra.

Zahra masih saja mengabaikan
Keberadaan Annisa dan lebih fokus pada pemandangan yang ada di depannya.

"Zahra, kakak takut. Ayo kita pulang Zah-"

"Berisik!. Kakak gak bisa yah gak usah manja sehari aja atau gini dah, kalo gak bisa sehari aku mohon kakak gak usah manja untuk beberapa jam ke depan, muak tau gak!" Potong Zahra tajam berhasil membuat Annisa terdiam.

Mendengar ucapan Zahra yang tajam, hati Annisa langsung menciut dan seketika bibir manisnya yang tertutup cadar langsung pucat pasi. Dalam hatinya, Annisa sedang mencoba menerka-nerka apa yang akan dilakukan Zahra terhadap dirinya.

Zahra masih saja mengedarkan pandangannya, mencari orang yang sangat ia tunggu-tunggu sedari tadi. Namun belum juga ia temukan.

"Fia, kamu dimana sih?. Apa kamu gak penasaran dengan apa yang akan aku lakukan sekarang?, aku mau kamu lihat hasil perjuangan aku yang sudah lama aku tunggu. " Gumam Zahra seraya mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Mendengar gumaman Zahra, Annisa hanya mengerutkan dahinya pertanda ia tak mengerti sama sekali dengan apa yang dimaksud oleh Zahra.

Perjuangan apa yang kamu maksud, dek?. Jangan katakan jika ini adalah sesuatu yang buruk.

Ketakutan dan keresahan yang di rasakan Annisa saat ini ia tahan dengan sekuat tenaga, ia tak ingin mengeluarkan rasa sesak nya di depan Zahra.

Karena hari ini sikap Zahra sangat berubah, bahkan 100% jauh lebih dingin dari biasanya.
Zahra yang kini berada di hadapannya bukanlah Zahra biasanya yang menampakkan wajah datar tanpa ekspresi, namun kali ini Zahra bukan hanya menampilkan wajah datar tanpa ekspresi nya akan tetapi juga menampilkan wajah dengan tatapan kemarahannya.

Ini lain dari biasanya, ia tak seperti Zahra yang kemarin-kemarin. Zahra yang sok tegar, Zahra yang sok kuat dan Zahra yang pura-pura bahagia akan punah setelah hari ini.

Yang akan ada adalah Zahra yang bahagia karena telah membuat seseorang yang ia benci akan merasakan indahnya dunianya. Itu adalah pikiran minim Zahra, ia tak pernah berpikir jauh sebelum melakukan hal bodoh ini. Bahkan hari ini tekadnya sudah benar-benar bulat untuk menuntaskan ide gilanya ini.

Sekotor Itukah Aku (selesai dan Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang