Zahra berjalan pelan menyusuri taman belakang sekolah dengan gontai. Saat melewati pasangan muda-mudi di depannya, sesekali Zahra menghela kan nafasnya dengan berat. Namun saat Zahra akan melewati pasangan muda-mudi yang berada di bangku santai, tiba-tiba langkah Zahra terhenti dan memilih untuk menguping pembicaraan pasangan tersebut."Serius?, ayah sama mama kamu ngajak liburan ke Lombok?"
"Iya, sayang aku serius. Mereka bilang gini nih ke aku 'Ayu, mama sama papa mau ngajak kamu liburan sekalian mengganti waktu yang terlewati karena kesibukan kami berdua.."
"Wah, ternyata mama sama papa kamu perhatian juga, Yu. Akhirnya kamu bisa pergi liburan bareng mereka, pasti mereka sayang banget sama kamu."
"Iya, dong. Kan mereka orang tuaku, ya kali mereka benci dengan anaknya. Orang tua mana sih yang begitu, mustahil kalo ada."
Zahra melanjutkan lagi perjalanannya sambil memikirkan obrolan tadi.
Ucapan gadis itu terus berputar putar di kepala Zahra, hingga ia tak menyadari jika ada batu yang berada di depannya dan
Bem
"Aw, sakit." Keluh Zahra merasakan sakit seraya memegang lututnya yang tergores batu-batuan tanah saat terjatuh.
Zahra mengambil nafas dalam dalam dan membuangnya pelan, "Aku bukanlah gadis cengeng!" Batin Zahra menyemangati.
Setelah menyemangati dirinya, Zahra pun berdiri kembali dan melanjutkan perjalanannya ke bangku favoritnya. Yah, bangku favorit Zahra adalah sebuah bangku yang berada di tempat yang sunyi nan sepi. Tepat di atas bangku tersebut berdiri sebuah pohon besar kokoh nan rindang
Sunyi?
Sunyi adalah penggambaran suasana hati Zahra yang haus akan kasih sayang orang tuanya.
Sepi?
Sedangkan sepi adalah penggambaran suasana hati Zahra yang sepi akan panggilan sayang, kecupan sayang, dan berbagai hal tentang sebuah kebahagian dari orang tua dan semua ini hanya dimiliki oleh dia.
Dia adalah Zahra Affianisha, si haus akan kasih sayang.
Setelah sampai tujuan, Zahra pun mendudukan tubuh lelahnya di bangku tersebut. Semilir angin yang sejuk menerpa wajah sendu Zahra dengan ramah, hingga membuat rambut hitam lebat miliknya terbang melambai-lambai.
Pandangan Zahra menatap lurus kedepan, namun pikiran Zahra tak sejalan dengan pandangan Zahra. Pikiran Zahra lebih memilih untuk menerawang ke obrolan beberapa waktu yang lalu.
"..orang tua mana sih yang begitu?mustahil kalo ada."
"Ada, kok." Ucap Zahra seperti berbisik. tiba-tiba dari mata Zahra keluar cairan bening dan hangat mengenai pipi merahnya.
"Aku."
"Aku tak seperti kak Annisa!,"
"Aku juga tak seperti kalian yang dimanjakan dan bermandikan kasih sayang." Ucap Zahra terisak seraya memeluk dadanya.
Rasa sakit itu kembali hadir, pedihnya luka yang ia rasakan di lututnya belum seberapa dengan luka yang ia rasakan di hatinya.
"Aku, aku tak pernah merasakan itu semua!"
"Aku tak pernah merasakan itu semua walaupun aku memintanya!"
"Berbeda dengan kalian yang tanpa kalian minta pun kalian akan selalu mendapatkannya."
"Aku, aku terkadang berpikir bahwa apakah aku sebenarnya adalah anak kandung mereka atau apakah aku hanya anak angkat bahkan aku berpikir apakah aku adalah anak pungut?" Zahra terisak sedih, mengeluarkan rasa sakitnya yang tidak bisa ia hilangkan. Rasa sakit yang tidak ada seorang pun yang mau mengerti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekotor Itukah Aku (selesai dan Revisi)
SonstigesUntuk cerita lengkapnya silahkan berkunjung ke NovelToon, gratis kok😘 ٱلْخَبِيثَٰتُ لِلْخَبِيثِينَ وَٱلْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَٰتِ ۖ وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُم...