04

15.6K 2.5K 99
                                    



"Xerim!!" seru seseorang keras sontak membuat dua remaja yang mempunyai perbedaan tinggi badan yang cukup kontras itu berhenti dan menoleh saat sedang berjalan di koridor sekolah.

"Somi." gumam Xerim tersenyum cerah ketika perempuan yang disebutkan namanya sedang menghampiri dirinya.

"nempel amat berdua." ujar Somi sesaat sampai di hadapan Xerim dan Guanlin.

Lelaki jangkung itu tersenyum memamerkan deretan gigi rapihnya.

"btw congratsss atas peraknya!!" ucapan dari Xerim langsung membuat Somi tersenyum lebar.

"makasih, walaupun masih kecewa nggak dapet emas. Huaaaa" Somi merubah raut wajahnya menjadi lebih masam.

"eh abis pulang sekolah jangan kemana-mana ya, gue sama Daehwi mau traktir makan." Somi mengisyaratkan mereka agar melanjutkan perjalanan menuju kelas. Posisi gadis blasteran itu menengahi Xerim dan Guanlin.

Xerim berdehem melirik Guanlin tanpa diketahui Somi, mulutnya bergerak tanpa suara 'gimana?'

Guanlin menggeleng pelan.

"kok diem? Harus ikut pokoknya! Nggak mau denger alasan." ucap Somi telak.

Wajah Xerim dan Guanlin pasrah mendengar gadis cantik berbicara, namun raut Guanlin tak bertahan lama ketika melihat dari arah depan tepatnya menuju arah Xerim, terjadi kejar-kejaran dua orang murid laki-laki.

Dengan sigap laki-laki jangkung itu menarik Xerim ke dalam rengkuhannya agar tak tersenggol dua murid bertubuh cukup besar yang baru saja berlari cepat.

Bisa ambruk Xerim di senggol salah satu dari mereka. Apalagi badannya kurus kerempeng.

"Woi hati-hati dong!" teriak Somi menatap kesal dua murid yang menjauh itu.

Guanlin memasang tatapan memperingati bercampur marah, serta berusaha menghafal wajah kedua murid tersebut agar ia bisa memberi balasan suatu saat nanti. Namun berbeda dengan Xerim yang terdiam gugup bahkan pipinya bersemu ketika wajahnya bertabrakan dengan dada bidang Guanlin.

"lo nggakpapa, Rim?" Somi memisahkan kedua insan itu tanpa ragu, menimbulkan sedikit rasa sebal dihati Xerim.

"hm? Nggakpapa." jawabnya cepat, lalu berjalan mendahului, "ayo cepet."


oOo

"gue nggak bisa lama-lama ya. Gue mau bantuin mama bikin kue buat saudara." ucap Xerim setelah menghabiskan paket Big Mac sendirian. Yang langsung dihadiahi tatapan kosong Somi dan Daehwi, si bandar traktir kali ini.

"wahhh smp banget lu. Sudah makan pulang." balas Daewhi diiringi cengiran.

"kalo gitu gue ikut bantuin, sekalian mau pamer gue dapet perak." Somi menyambar.

"Jangan!" suara keras Xerim terdengar cepat.

"kenapa?" tanya Somi heran.

"eeng, itu nggak bisa sekarang. Besok aja gimana? Sekalian kita mau nonton basket kan?"

"yaudah besok aja."

Jawaban dari Somi sontak membuat Xerim bersyukur lega dalam hati. Setidaknya rencananya tidak gagal.

"Guanlin juga nggakbisa lama-lama. Mau les." Kali ini Guanlin yang beralasan.

"les? Les apaan? Tumben banget ikut les." respon Daehwi keheranan.

"les bahasa isyarat yang modern."

Dahi teman-temannya mengerut berbarengan. Tak terkecuali Xerim.

"oh, ada ya, Lin?" Somi berucap ragu.

Guanlin mengangguk yakin.

"yaudah kalo gitu gue duluan yak." Xerim meraih tas punggungnya pinknya, "makasih Somi Daewhi, besok gantian gue yang bawain sesuatu buat kalian. Dahh" ujarnya dengan cepat menghilang dari pandangan teman-temannya.

Guanlin mengayuh sepeda dengan semangat ketika matanya menangkap sosok gadis yang berdiri dengan raut kesal sambil sesekali mengecek sesuatu di ponsel pintarnya.

"lama banget." gerutu Xerim melihat laki-laki jangkung yang ia tunggu sejak tadi.

"tadi nemenin Somi di jemput dulu, kasian dia sendirian, soalnya Daehwi pulang duluan di suruh mamanya." alasan Guanlin tak bohong, laki-laki itu memang menemani Somi sampai dijemput.

Xerim mengangguk mengerti namun raut wajahnya masih terlihat masam, "kita ubah rencana ya? Udah kenyang tadi. Kita makan es krim aja abis itu keliling naik sepeda, gimana?"

Guanlin mengangguk setuju. Untungnya ia sudah mengisi tenaga tadi, jadi tak masalah membonceng Xerim kemanapun.



oOo

Mungkin seharusnya Guanlin tak percaya dengan kata-kata Xerim yang berkata bahwa dirinya sudah kenyang. Bagaimana tidak, gadis itu membeli hampir semua makanan di bazar yang diadakan dekat taman kota.

Memang sesaat sehabis membeli es krim mereka berniat mengunjungi taman kota sekedar untuk duduk-duduk. Tapi rencana itu gagal saat mata tajam Xerim melihat keramain yang langsung membuatnya tertarik.

"ada sate telur, Lin." Xerim menunjuk stan makanan tersebut dengan semangat menarik Guanlin yang pasrah.

"mas, sepuluh ya." pesan Xerim yang langsung diangguki, bukannya duduk, gadis itu malah berdiri melihat bagaimana pembuatan satai telur itu dengan serius tanpa menyadari minyak panas itu menyiprat ke tangannya.

"aww." ringis Xerim mengusap lengannya.

"aduh maaf mbak, makanya jangan disitu nanti kecipratan."

"nggakpapa?" tanya Guanlin menyentuh lengan Xerim yang terkena minyak panas, menarik gadis itu menjauhi penggorengan.

"nggakpapa, cuma agak perih sedikit." jawab Xerim berusaha meyakinkan laki-laki itu.

"aduh sakit! Kok aku disentil!!" keluh Xerim ketika Guanlin tanpa aba-aba menyentil dahinya cukup keras. Tangan ramping gadis itu mengusap dengan wajah memelas.

"siapa suruh nggak hati-hati." wajah Guanlin juga terlihat kesal.

"kan aku yang abis kena minyak panas, terus tiba-tiba Xerim disentil tapi kenapa malah kamu yang marah." Xerim tak kalah sebal.

Tak menjawab, Guanlin langsung meraih satai telur yang pesan dan langsung membayar. Selanjutnya ia menggandeng tangan Xerim untuk pergi dari tempat tersebut.

"Xerim lagi marah, Guanlin." rajuk gadis itu kesal hendak melepaskan tautan tangannya pada Guanlin ketika mereka sampai di tempat parkir sepeda yang lelaki.

Guanlin mengambil napas berat dan menghembuskannya dengan pelan. "belajar untuk perhatiin sekitar, Xerim. Nggak selamanya Guanlin bisa nemenin Xerim dan selalu ngelindungin Xerim."

Guanlin berhenti berisyarat saat Xerim menatapnya dengan tatapan sedih dan menyesal.

"maaf. Guanlin cuma khawatir." laki-laki memasang raut tak enak. Menyentuh puncak kepala gadis itu dan mengacaknya pelan.

Yang tadinya Xerim sedih, gara-gara abis di usap kepalanya malah jadi deg-deg serrrr sendiri. Jadi kepingin senyum-senyum.

"abis ini kita mampir dulu ke apotek. Udah mau gelap juga, ayo pulang."

Xerim mengangguk patuh sambil menutupi pipinya dengan kedua tangannya.

oOo



Mian sekali lama ngelanjutnya:(((

Secret ¦ Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang