11

11.3K 2.1K 128
                                    



"Bun? Titipan Guanlin gimana?" tanya Guanlin yang sedari tadi menunggu ibunya pulang dari rumah sakit.

"oh ada di mobil tuh, Bunda lupa bawanya."

"yaudah kalo gitu Guanlin pinjem mobil Bunda sekalian mau kerumah Xerim." Guanlin menyalimi ibunya sedikit terburu saat keluar rumah setelah menyambar kunci mobil.

"maghrib-maghrib gini? Kenapa nggak nanti malem aja?!"

"penting, Bun!" sahut Guanlin sedikit berteriak sebelum memasuki mobil.

Guanlin sedikit mempercepat laju mobilnya untuk sampai di rumah Xerim. Sesaatnya sampai, dan baru saja keluar dari mobil, ia melihat Xerim bersama seorang anak kecil laki-laki yang sedang menuntun sepeda.

Mata Guanlin dan Xerim secara tak sengaja bertemu. Wajah gadis itu terlihat kaget.

"wih kak Guanlin!" seru anak laki-laki yang masih duduk di sekolah dasar itu.

Guanlin tersenyum menyambut seruan tersebut.

"apa kabar, bos?" tanya Guanlin membuat anak laki-laki itu mengerutkan dahi dalam.

Ah! Guanlin lupa bahwa adik dari Xerim itu belum tahu yang sebenarnya.

"Kak Xerim denger nggak?! Kak Guanlin udah nggak bisu lagi!!" katanya antusias dan melepas sepedanya hingga sepeda tersebut sontak terjatuh.

"apasih dasar alay. Udah sana cepetan masuk terus mandi, bau tau nggak." omel Xerim memaksa adiknya yang masih mengoceh tak jelas menatap Guanlin.

"ada apa, Lin?" tanya Xerim tanpa berniat menyuruh cowok tersebut masuk ke dalam rumah.

"mau ngasih ini." Guanlin menyodorkan bingkisan yang ia bawa, ekspresi wajahnya was-was.

Xerim menatap bungkisan tersebut selama beberapa saat, sebelum akhirnya mengambilnya. "wah, makasih yah. Masuk dulu Lin, tunggu sebentar."

"nggakusah gue langsung pulang, cuma mau ngasih itu aja." tolak Guanlin halus.

"yaudah tunggu sebenar aja." Xerim sedikit berlari memasuki rumahnya, tak menunggu lama, gadis itu kembali dengan membawa

"makasih ya udah beliin Xerim, tapi maaf, Xerim nggak bisa nerima gratis, apalagi Xerim emang udah lama nabung. Ini uang gantinya. Sekali lagi makasih ya Guanlin." gadis itu memberikan sebuah amplop berisi uang.

"engga-engga." tolak Guanlin cepat, "gue emang mau ngasih lo kok. Anggep aja sebagai permintaan maaf gue karena gue bohong."

"tapi Xerim juga udah nabung. Emang niat kepengen beli sendiri. Kalo Guanlin nggak mau terima uangnya, Xerim juga nggak bisa terima ini." balas Xerim pelan.

Guanlin menatap Xerim cukup lama, "udah, Rim. Ambil aja, pulang dulu ya." kata Guanlin berlari meninggalkan Xerim menuju mobilnya.

"EH"


oOo


"Guanlin dimana? Nggak lupa 'kan berangkat pagi? Kan mau sarapan dulu." tanya seorang gadis disebrang telepon.

"iya ini udah mau berangkat, tunggu ya, By." jawab Guanlin mengapit telepon genggamnya di bahu, sedang kedua tangannya sibuk mengikat tali sepatu.

"oke, nanti hubungin aku aja kalo udah mau sampe."

Guanlin mematikan sambungan telepon tersebut dan kembali menyelesaikan kesibukkannya. Pagi ini ia harus menjemput Beby seperti yang sudah dijanjikan tadi malam.

Guanlin sempat bercerita sedikit tentang hubungannya dan Xerim kepada Beby tadi malam. Walaupun ia tak memberitahu nama si gadis itu adalah Xerim. Guanlin merahasiakannya saat bercerita, dan Beby pun memberikan beberapa tanggapan dan solusi, sebagai balasan, ia harus menjemput gadis itu pagi ini.

Baru saja ingin menghubungi Beby untuk memberitahu bahwa ia sudah dekat, namun sebuah panggilan masuk terlebih dahulu.

"Halo, Rim?"

"Halo, Guanlin. Ini mamanya Xerim, kamu udah berangkat sekolah belom ya? Mobil tante tiba-tiba mogok nih, udah setengah jalan ke sekolah Xerim. Mau pesen ojek online nggak dapet-dapet. Kasian Xerim, mau ada ulangan kan hari ini?" suara yang Guanlin hapal itu terdengar lemas setelah berbicara panjang lebar.

"dimana tante? Biar nanti Guanlin susul."

"deket Mcd yang mau kesekolah kalian itu. Bisa ya, Lin?"

"oh iya, bisa kok tante. Tunggu sebentar ya te."

"iya nak, Guanlin. Makasih ya."

"sama-sama tante." sambungan itu terputus tepat saat ia berhenti di depan rumah Beby.


oOo

Entah untuk keberapa kalinya Xerim bolak-balik mengecek jam di pergelangan tangannya, namun seseorang yang ditunggu tak kunjung datang. Walaupun jam masuk masih cukup lama, tetap saja Xerim ingin lebih dulu sampai kelas dan mengulang apa yang ia pelajari semalam.

"Rim."

Xerim menoleh, mendapati sosok jangkung yang menghampiri dirinya bersama seorang gadis dibelakangnya.

"tante dimana?" tanya Guanlin, pandangan mengedar saat melihat Xerim sendirian.

"barusan aja tadi ikut orang bengkel."

Guanlin bernapas lega. "yaudah ayo masuk mobil, ini ada Beby."

"Hai Xerim." sapa Beby yang dibalas sapaan balik sambil tersenyum oleh Xerim.


"Lin, kita jadi sarapan gak? Waktunya agak mepet sih." ujar Beby disela perjalanan.

Xerim yang duduk di kursi belakang mendongak mendengar kata 'kita', "kalian mau sarapan?" tanya Xerim.

"iya tadi karena mikir masih banyak waktu, tapi sekarang mepet kayaknya gak jadi deh ya." jawab Beby diiringi senyum kecut.

"maaf ya Xerim jadi ngerepotin." kata Xerim pelan.

"engga kok, Rim." balas Guanlin cepat. "masih sempet kok ini kalo mau sarapan. Tapi ya gak pake ngobrol-ngobrol dulu." lanjutnya.

"yaudah kalo sempet, aku gak bakal fokus belajar soalnya kalo gak sarapan." Beby menyetujui.

"Xerim kan udah sarapan, jadi Xerim tunggu di mobil aja ya, sekalian mau belajar sebentar." Xerim memberi alasan untuk menghindar dari keduanya.

Baru saja Guanlin ingin membalas perkataan Xerim dengan mengajukan protes, namun Beby lebih dulu menyanggahnya.

"oh gitu, Rim? Yaudah nggakpapa. Kita juga cuma sebentar kok."

Xerim menghembuskan napas panjangnya tanpa menimbulkan suara.

Secret ¦ Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang