Guanlin mengambil napas panjang setelah berhasil merebahkan tubuhnya di sofa berwarna coklat di rumahnya, tangannya bergerak ke samping mencoba meregangkan ototnya yang kaku.
Tak butuh waktu lama untuk membuat Guanlin terlelap saat itu juga sebab tubuhnya benar-benar lelah setelah semalaman mengerjakan tugasnya dan Xerim. Ditambah pagi buta ia langsung bergegas menuju rumah sepupu perempuannya, meminta bantuan untuk membuat martabak keju.
Bukan ia tak ingin meminta bantuan bundanya, bagaimana ia meminta bantuan jika handphone wanita itu terus berdering. Menandakan kesibukannya yang mendadak walaupun di hari libur sebagai seorang dokter.
Kesialan Guanlin dari malam berlanjut hingga hari selanjutnya, ia dan sepupunya gagal membuat makanan berlemak itu, mereka bahkan menghabiskan 3 jam hanya untuk mendapatkan hasil yang lumayan.
Sebenarnya, sikap Xerim hari ini cukup membuat Guanlin meringis. Bagaimana tidak, waktu tidurnya tersita hanya untuk memikirkan bagaimana agar Xerim memberikan maaf.
Setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan, ia kembali dihadapkan kepada sebuah 'penolakan' dari gadis itu. Hari yang benar-benar buruk.
oOo
"buka nggak ya?" tanya Xerim kepada dirinya sendiri.
Ibu jarinya bergerak hendak menyentuh instastory Beby, namun ragu-ragu. Semenjak kejadian tadi malam, Xerim selalu penasaran dengan apa yang di unggah rivalnya itu. Ey, rival?
Ya, Xerim mengganggap Beby rival mulai sekarang.
Xerim memejamkan matanya sebelah, lalu,
Klik!
Terpampanglah sebuah foto martabak keju yang sangat menggugah selera, bahkan Xerim sempat menelan ludahnya. Di tengah-tengah foto tersebut tersampir sebuah username yang tak lain adalah username Guanlin.
Ada jasa nerjang orang nggak sih? Xerim mau nyewa buat Guanlin sama Beby.
oOo
Xerim udah siap jiwa dan raga buat diemin Guanlin hari ini. Tekat gadis itu.
Namun sampai bel berbunyi, cowok itu belum menunjukkan batang hidungnya. Mencoba untuk tak terlalu peduli, tapi gagal. Xerim terus memikirkan cowok itu, apa Guanlin sakit hati karena perlakuannya kemarin?
"pagi anak-anak. Ibu cuma mau ngasih tau, hari ini Guanlin nggak masuk ya, dia lagi dirawat di rumah sakit. Nanti ketua kelas dikoordinir siapa aja yang bisa jenguk ya, perwakilan aja." wanita dewasa cantik selaku wali kelas itu berucap.
"iya bu." jawab ketua kelas.
"Rim, lo nggak tau?" tanya Somi cepat, ekspresinya terkejut.
Xerim menggelengkan kepalanya pelan, tubuhnya lemas.
"lo, Hwi?" kali ini Somi bertanya kepada laki-laki di belakangnya.
"engga, dia nggak ada kabar-kabar ke gue."
"oke berarti kita yang jenguk abis pulang sekolah." ucap Somi akhirnya.
Xerim menggigit bibirnya, pelajaran hari ini sama sekali tak masuk ke dalam kepalanya, hanya berharap waktu berjalan dengan cepat sehingga ia bisa melihat keadaan Guanlin.
"Som, gimana kalo jam 1 kita izin?" usul Xerim tak sabaran.
"nggak bakal boleh, Rim. Udah tunggu aja, 4 jam lagi pulang." balas gadis blasteran itu.
Waktu yang ditunggu akhirnya tiba, setelah penantian panjang, suara bel yang menandakan berakhirnya kegiatan sekolah hari ini terdengar.
"ayo cepet, nanti beli buahnya kan lama." ujar Xerim seperti menggerutu.
"Rim, bisa berenti ngomong cepet nggak sih? Nanti nggak jadi nih. Udah berapa kali aja lo bilang cepet-cepet, Guanlin nggak bakal kemana-mana kok." omel Daehwi merasa kupingnya panas mendengar Xerim terus mengulang kata dengan inti yang sama, ingin cepat sampai.
"tau, dikira gue kaga pusing apa denger lo ngomong mulu." tambah Somi.
Gadis itu tak mendengar omelan teman-temannya, ia tak peduli. Xerim hanya ingin cepat bertemu Guanlin.
Namun, sikap Xerim sesudah sampai tempat tujuan malah berubah. Gadis itu terdiam, bukan, gadis itu hanya ingin diam. Bahkan ia ingin cepat-cepat pergi dari ruangan ini.
"temen kelompoknya Guanlin siapa sih? Nggak tau diri banget, udah dikerjain sampe nggak tidur malah sok mau ngerjain sendiri." ucap gadis yang berada tepat di samping ranjang Guanlin.
Xerim yang berada di posisi paling belakang dari teman-temannya, hanya menggigit bibir kuat.
"terus siapa yang minta buatin martabak? Kalo pengen tuh beli sendiri kenapa, manja banget gitu aja pengen dibuatin sampe nyusahin orang lain."
"By." tegur Guanlin, bermaksud menyuruh gadis itu diam.
Xerim memejamkan matanya ketika mendengar ucapan Beby, semua jawaban dari pertanyaan cewek itu adalah orang yang sama, Xerim.
"kenapa? Orangnya ada disini? Siapa? Xerim?" lanjut Beby melirik sinis Xerim yang menunduk.
"duh keliatan deh ulernya." celetuk Somi tak terima melihat sahabatnya dilirik dengan sinis.
"By, bisa tolong panggilin bunda nggak?" ujar Guanlin meminta tolong, walaupun tujuan sebenarnya adalah mengenyahkan gadis itu dari ruangan.
Beby menghela napas kesal, kemudian tersenyum menatap Guanlin. "bisa kok."
"kok ada Beby, Lin?" tanya Daehwi setelah memastikan gadis itu meninggalkan ruangan.
"iya tadi pas jam istirahat pertama dia kesini." jawab Guanlin, matanya mencuri pandang ke arah Xerim yang masih menunduk.
"terus lo gimana? Lo sakit apa?" tanya Somi memeriksa tubuh Guanlin. "nggak kecelakaan kan?"
Guanlin yang risih badannya diraba-raba akhirnya protes, "gue nggakpapa, cuma kecapekan doang. Udah nggak usah pegang-pegang! Geli."
Gadis blasteran itu cengengesan.
"mana tadi orang yang bawel minta cepet sampe, giliran udah sampe malah diem aja." sindir Daehwi.
Xerim mengangkat wajahnya, memberanikan diri untuk bersuara. "cepet sembuh ya, Lin." ucapnya pelan, mencoba untuk mengukir sebuah senyum kecil.
Guanlin mengangguk, "makasih, Rim."
"eh, ada temen-temennya Guanlin." ujar seseorang yang sudah Xerim hapal suaranya.
"halo tante." Somi yang lebih dulu menyapa dilanjutkan Daehwi dan terakhir, Xerim.
"bunda tau nggak siapa yang buat Guanlin kecapekan sampe sakit gini?" tanya Beby tiba-tiba.
Wanita berjas dokter itu menoleh, "siapa?"
"nih anaknya." dagu Beby bergerak seperti mengisyaratkan bahwa Xerim adalah pelakunya.
Xerim menunduk dalam, "maaf tante." suaranya sedikit bergetar menahan tangis. Bagaimana tidak, ia dijatuhkan di depan seseorang yang amat sayang pada Guanlin.
"engga, Bun. By, jangan sok tau." sanggah Guanlin cepat melihat gelagat Xerim yang ingin menangis.
"tau lo, sok tau banget." Somi menambahkan dengan kesal.
"sok tau gimana? Jelas-jelas Xerim minta maaf, berarti dia ngaku kan kalo dia penyebab Guanlin sakit."
Beby tersenyum puas dalam hati.