13

11.3K 2.2K 197
                                    


"Rim. Tolong beliin tepung dong di mini market depan, abis nih. Nanti nggak jadi kuenya."

Suara yang terdengar itu membuat Xerim menggeram tertahan seketika saat hendak menikmati minuman cokelat dingin yang baru saja ia buat.

Xerim bangkit dari duduk untuk menghampiri ibunya yang sibuk mencampurkan bahan kue. "duitnya? Plus ongkir ya nyonya."

"malesnya gini nih, tepungnya paling 20 ribu, ongkirnya 50 ribu sendiri."

"ihhhhh berprasangka buruk aja mama mah. Xerim lagi baik nih, ongkirnya eskrim aja." protes gadis itu tak terima.

Sambil memaksakan senyum sumringahnya, gadis melangkah pergi tanpa membenarkan ikatan rambut yang terlihat acak-acakan.

Selang beberapa menit,

"loh mana tepungnya?" tanya mamanya melihat Xerim pulang tanpa membawa barang yang dimaksud.

"ada cowok-cowok di depan mini market, Xerim malu. Gak jadi beli, suruh Xander aja."

"Xander lagi maen di tempat David. Gih, susul sana."

"emang dasar tuyul ngerepotin." dumel Xerim menghentak-hentakan kakinya sebal.

Baru saja Xerim melewati pagar rumah, matanya langsung melihat sosok yang akan ia cari tengah berjalan ke arah rumahnya bersama David dan cowok tampan. Ia belum pernah melihat cowok itu.

"Xerim jelek!" panggil adiknya semangat.

Iya semangat. Semangat ngatain.

"kayak ada yang ngomong, mana ya orangnya?" tanya Xerim pura-pura tak melihat adik kecilnya.

"eh David, ini siapa? Xander mana ya? Udah jadi setan apa?" Xerim menunjuk cowok yang menggandeng tangan David.

"ih Xerim! Xander disini." adiknya mencoba menarik baju Xerim sambil mengatakan keberadaannya.

"tuhkan, ada yang ngomong tapi nggak ada wujudnya." ucap Xerim lagi.

Sedang remaja cowok yang asik melihat interaksi adik-kakak itu terkekeh geli.

"saya Jihoon, omnya David. Tadi Xander minta dianterin pulang." cowok yang menggandeng adiknya tadi memperkenalkan diri secara tiba-tiba.

"aduh maaf ngerepotin, makasih ya..?" ucapan Xerim tergantung, ekspresi seakan bertanya ia harus memanggil apa.

"saya baru lulus SMA." balas Jihoon cepat.

"ooh, makasih ya kak Jihoon, emang nih Xander suka manja anaknya. Lain kali kalo dia minta anterin lagi, anterin aja ke kuburan."

Jihoon sontak tertawa mendengar penuturan gadis di hadapannya, ditambah wajah Xander memerah antara ingin menangis dan sebal.

"Xander setan dong. Hehehehehe." celetuk David mengatai temannya sendiri. Tawa Xerim lepas saat itu juga saat melihat ekspresi Xander.

"Rim."

Tawa Xerim lenyap seketika mendengar suara yang sangat ia hapal. Tanpa menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya, Xerim berucap,

"Kak Jihoon masuk dulu aja, mama lagi buat kue. Abis itu kita jalan-jalan bareng kan?"

"hm?" sahut Jihoon tak mengerti situasi.

"kan kemaren kak Jihoon udah janji mau ngajak aku sama ni tuyul dua jalan-jalan."

"oh? Iya, abis itu kita jalan-jalan." jawab Jihoon setelah mengerti arti tatapan Xerim. "yaudah kalo gitu, kakak masuk ya."

"yeay! Jalan-jalan!" sorak dua anak kecil mendengar percakapan tersebut tanpa bertanya apa-apa. Memasuki rumah Xerim dengan jeritan senang.

"ada apa?" tanya Xerim mencoba untuk biasa, walaupun sebenarnya ia sangat ingin memaki cowok di hadapannya sekarang.

"ini martabak pesenan lo. Maaf kalo terlambat." Guanlin menyerahkan plastik itu kepada Xerim, namun Xerim menolaknya.

"makasih, tapi Xerim udah nggak kepengen."

"maaf untuk tadi malem." ucap Guanlin menatap Xerim dengan tatapan menyesal.

"oh iya, ini tugasnya udah gue kerjain. Jadi lo gak perlu ngerjain lagi." cowok itu memperlihatkan tugas makalah yang sudah ia buat.

"makasih untuk kedua kalinya, tapi Xerim cuma mau ngumpul tugas kalo Xerim ikut ngerjain."

"anggep aja sebagai permintaan maaf. Guanlin bener-bener minta maaf, Rim."

"udah Xerim maafin, tapi Xerim tetep nggak bisa terima makalahnya. Maaf ya, Lin. Kalo gitu Xerim masuk dulu." ujar gadis ingin cepat-cepat jauh dari Guanlin.

"Rim." panggil Guanlin, kali ini ia menahan gadis itu dengan memegang pergelangan tangannya.

"lain kali kalo emang nggak niat dateng, bilang. Waktu Xerim bukan cuma buat nunggu hal yang sia-sia." ucap Xerim pelan.

Xerim melepaskan genggaman tangan Guanlin secara halus, lalu meninggalkan remaja laki-laki tersebut dengan senyum paksa.

Secret ¦ Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang