Sudah hampir 4 hari teman sebangku Xerin dan Guanlin berada di luar kota, berjuang membanggakan sekolah, dan selama 3 dari 4 hari itu mereka duduk bersama."Guanlin, nggak suruh temen-temen buat komentar, like dan subcribe lagi kan?" tanya Xerim saat mereka tengah menikmati bekal masing-masing.
Yang ditanya hanya menggeleng kepala.
"Yes! Berarti ini naiknya beneran murni tanpa manipulasi." ucap Xerim melihat channel youtube miliknya lewat telepon pintarnya. "ngomong-ngomong, kamu udah nonton videonya?"
"udah."
"berarti kamu liat muka polosan aku dong. Gimana? Beda banget ya sama aku di sekolah?" tanya Xerim antusias sekaligus sedikit malu.
Guanlin bergerak singkat "nggak terlalu."
"maksudnya nggak gimana? Aku sama-sama jelek di rumah sama di sekolah?" nadanya sedikit kesal.
"sama-sama cantik. Kamu sederhana."
Xerim tertawa kecil, "bukan sederhana, tapi aku emang nggak sanggup beli makeup atau skincare yang mahal-mahal." jelasnya.
"muka aku sering beruntusan gitu, Lin. Gara-gara dulu aku pernah pake sembarang perawatan, tergiur harga murah." gadis itu mulai bercerita.
Guanlin tertawa meledek, "makanya jangan suka beli yang murahan, nggakpapa mahal, asal bagus untuk Xerim. Kan bisa nabung dulu." lelaki itu menasehati.
"tapi mahalnya tuh mahal banget, Lin. Mending duitnya Xerim beliin mie ayam, bisa dapet sama gerobaknya."
"makan mulu."
"oh iya, kenapa Xerim nggak buat konten mukbang aja ya, daripada makeup-makeup gitu. Tapi nggak deh, Xerim cinta makeup." ucap Xerim labil.
"kapan ya Xerim punya makeup atau skincare yang bagus." Xerim berujar pelan sambil memandang kosong papan tulis. Membayangi jika ia mempunyai barang mewah keluaran US atau South Korea.
"suatu saat nanti pasti Xerim bakal punya."
Xerim tersenyum menanggapi Guanlin, "Guanlin pasti mau beliin Xerim kan?" tanya cewek itu dengan nada bercanda.
"mending untuk beli mie ayam sama gerobaknya." balas Guanlin membuat Xerim tertawa lebar karena laki-laki itu meniru ekspresi Xerim.
Gadis itu mengambil botol air minum yang berada di meja Guanlin, "pokoknya nanti kalo youtube Xerim udah banyak yang nonton, terus dapet uang, nanti Xerim traktir Guanlin." ucapnya sebelum meminum cairan putih itu.
Mendengar Xerim berbicara seperti itu lantas membuat Guanlin langsung menyodorkan jari kelingkingnya, Xerim tentu saja membalas dengan mengaitkan kelingking mereka berdua.
"minggu depan nanti Guanlin ikut nonton lomba basket?" tanya Xerim setelah menghabiskan makanannya, disusul Guanlin yang sedang menggeleng.
Dahi Xerim berkerut dalam, "loh kenapa kok nggak ikut, kan biar rame, terus kamu juga biasanya selalu ikut. Final loh, Lin. Pasti seru."
"lawannya Xerim tau sendiri, kita udah rivalan banget. Pasti nanti bakal berantem setelah lomba selesai." Guanlin menjelaskan karena ia sudah sering mengalaminya, maka dari itu kali ini ia akan absen untuk melihat lomba antar sekolah itu. Sudah lelah.
"berarti Xerim bakal sendirian dong nanti." gadis itu mengembungkan pipinya sedih.
Guanlin menepuk pelan pipi Xerim "yaudah nggak usah ikut, di rumah aja."
"tapi penasaran, aku baru pertama kali liat yang final. Sekalian cari cowok ganteng."
Remaja berbadan bongsor itu merespon ucapan Xerim dengan menunjuk dirinya sendiri. Membuat gadis disebelahnya terkekeh pelan.
oOo
Gelap, definisi dari kamar seseorang yang kini tengah sibuk memperlihatkan kelihaian jarinya di atas keyboard.
Tirai gorden ruangan itu tertutup rapat tanpa celah sehingga gelap gulita bahkan hampir tidak bisa melihat apapun jika saat ini ia tidak menghidupnya 6 layar komputer di depannya.
"Guanl- oh!"
Guanlin sempat tersentak sampai akhirnya ia menoleh kearah pintu, melihat ibu nya saat ini sedang mengamati apa yang ia tonton.
Guanlin menggeleng ketika mata anak dan ibu itu bertemu, bermaksud memberitahu bahwa ini tidak seperti apa yang ibu nya bayangkan.
"Oke-oke, bunda ngerti. Bunda cuma mau bilang makanan udah siap, kalo udah selesai nonton kebawah ya?"
Guanlin mengangguk dan melihat ibu nya kembali menutup pintu, setelahnya ia mengambil napas panjang.