07

12.9K 2.2K 177
                                    

Bahasanya acak adul karena aku buat di hari yang beda-beda.

Btw ayo marahin aku aja, biar aku update cepet.


oOo

"hm?" sahut seseorang dibalik panggilan telepon tersebut.

"orang yang lo yang kasih tau, dia dateng kesini." jawab Daehwi sedikit berbisik, memastikan tidak ada yang menguping pembicaraannya.

Laki-laki disebrang itu kini terlonjak kaget, "gue kesana sekarang." setelahnya menutup panggilan tersebut.

Daehwi menghembuskan napas pelan sesaat setelah memasukkan smartphone ke dalam sakunya. Kemudian kembali menemui dua temannya.


oOo

oOo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Maaf, Rim." ujar Guanlin dengan nada menyesal.

"nggakpapa, Xerim cuma kaget aja." raut gadis itu masih bingung.

Guanlin menatap Xerim seksama, berusaha untuk ngebaca ekspresi gadis yang berada di hadapannya sekarang. Namun tak berhasil.

Sebelumnya ia memang sudah berusaha mengantisipasi dengan memberitahu Daehwi jika menemukan laki-laki yang ia sebutkan ciri-cirinya yang merupakan pentolan sekolah lain dimana terkenal penggoda wanita, namun tak akut.

Daehwi? Gimana dia bisa tau? Guanlin ingetin, untuk suksesnya suatu rencana itu butuh pendukung gaes.

Setelah menyelesaikan urusannya dengan siswa sebelah, tanpa berkata, Guanlin langsung membawa Xerim pergi. Dan disinilah mereka, di bawah pohon rindang yang terdapat kursi panjang dekat taman kota.

Pikiran Xerim kacau, namun sangat tidak terelakkan bahwa kini ia tahu alasan Guanlin menolaknya. Cowok itu sempurna. Guanlin tidak bisu. Cowok itu bisa berbicara.

Mana mau Guanlin yang sempurna pacaran sama debu kipas angin. Pikir Xerim.

Kedua insan itu terdiam tanpa alasan cukup lama, sampai si cowok mulai memecahkan keheningan itu.

"lo udah makan, Rim?" Guanlin tau ini benar-benar pertanyaan basi.

"lo?" ulang Xerim sedikit gak percaya.

"gue belum. Makanya kalo lo juga belum, kita makan bareng."

Bukan. Bukan itu yang Xerim maksud. Guanlin salah mengartikan ucapannya.
Selama ini Xerim mengira mereka makai sebutan nama atau aku-kamu.

"Xerim mau pulang, Lin." balas gadis itu pelan.

"gue anterin."


oOo


Kurang lebih 10 meter lagi, Xerim akan melewati gerbang sekolah. Tanpa Guanlin yang biasa di sebelahnya sambil menggandeng sepeda fixie nya.

"gakpapa, Rim. Guanlin bukan orang kaya kok, lo masih bisa deketin dia. Dia gak terlalu sempurna." gumam Xerim pada dirinya sendiri.


"gila sih, duta besar woy. Bukan lagi, Guanlin. Gue deketin lah."

"nyokap nya dokter kandungan. Jadi menantu dokter gue."

"sempurna banget si Guanlin, kenapa dari dulu gue gak deketin dia coba."

Sayup-sayup Xerim mendengar para siswi menyebutkan nama Guanlin dalam obrolannya saat ia berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya.

"ada apa sih, Som?" tanya Xerim penasaran, menghampiri Somi yang baru saja memisahkan diri dari gerombolan cewek-cewek.

"itu, gara-gara kemaren ketauan gak bisu, jadi banyak yang ngorek informasi gitu. Dia anak kedubes, trus nyokapnya dokter. Gue gak terlalu kaget sih denger ini, gue liat emang Guanlin gak mungkin orang biasa aja." jelas Somi masih dengan wajah sedikit tak percaya.

"apa?"

Apa-apaan lagi sih?
Gak bisu, terus sekarang ternyata Guanlin anak orang penting. Kenapa Xerim jadi ngerasa bego banget. Berani-beraninya nyatain cinta ke cowok yang ternyata udah kayak pangeran.

"stt ada orangnya." bisik salah satu siswi memberitahu.

Kelas yang awalnya ribut jadi hening seketika gara-gara Guanlin masuk.

"Rim, istirahat nanti gue tunggu di atap ya." ucap Guanlin pelan.

Aneh rasanya denger Guanlin ngomong. Bikin Xerim deg-degan.

"mau ngapain?"

"ngomong sebentar."

Gara-gara Guanlin bilang mau ngobrol tadi, Xerim jadi gak fokus belajar. Bawaannya kepengen cepet-cepet selesai terus dengerin Guanlin mau ngomong apa.

"Lin. Suara lo macho juga." celetuk salah satu siswa melihat Guanlin yang lagi siap-siap mau ke atap setelah pelajaran kedua selesai.

Guanlin cuma senyum. Sekilas natap Xerim yang lagi mau on the way juga.

"Lin." panggil seseorang ketika mereka berjalan keluar kelas.

Xerim dan Guanlin berhenti lalu menoleh. Beby, temen Guanlin waktu kelas 10 yang sekarang beda kelas. Salah satu cewek yang mau temenan sama Guanlin dan mereka deket sampe sekarang.

"Xerim ke atap duluan ya, Lin." pamit Xerim mendahului dua remaja itu.

"nggak mau ngomong apa-apa sama aku?" tanya Beby, matanya memicing seperti berekspresi marah.

"maaf, By." hanya itu yang terucap dari bibir Guanlin.

Beby tertawa kecil, "nggakpapa, aku agak kaget aja denger dari temen-temen. Suara kamu seksi, Lin." katanya masih diiringi tawa kecil menggoda.

"yaudah deh, cuma mau nyapa aja. Kirain gara-gara kamu ternyata bisa ngomong, terus jadi sombong ke aku." sambung Beby.

"gak mungkin lah."

"yaudah aku ke kelas ya." cewek itu berbalik setelah berucap.

"By." panggil Guanlin.

"ya?"

"kamu lagi haid ya?"

Beby terkesiap melihat belakang androknya yang terdapat bercak darah.





Somay
Rim dimana? Udah bel. Cepetan masuk.

Lagi nunggu Guanlin, bentar lagi dah.

Somay
Ngapain nungguin, orang tadi gue liat dia lagi asik sama si Beby.


Xerim mau nangis aja rasanya.

Secret ¦ Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang