Semua orang pasti menyimpan sebuah rahasia dalam hidupnya, entah rahasia oranglain ataupun dirinya sendiri, rahasia penting yang mampu menghancurkan dunia, atau rahasia yang mampu merusak citra seseorang.
Namun yang terpenting adalah, mampukah kau menjaga rahasia itu?
oOo
"Guanlin kalo punya duit banyak jangan sampe temen-temen tau ya, nanti dimintain." pesan seorang gadis dengan rambut bergelombang sebahu yang di cat berwarna coklat gelap, nada suaranya seperti berbisik.
Laki-laki yang disebut namanya itu hanya tersenyum dan mengangguk mengerti.
"jangan kebanyakan senyum juga, nanti dikatain orang gila." tambahnya ketika menyadari lelaki itu tak kunjung melunturkan senyumnya.
Guanlin langsung merubah wajahnya dengan wajah datar, membuat si gadis tertawa kecil. "baju yang kemarin kena saus gimana? Kena marah mama nggak?" tanyanya.
Guanlin menggeleng cepat, untuk kesekian kalinya, ia kembali mengukir senyum.
Bibir tipis gadis bernama lengkap Xerim Coleen itu mencebik kesal, "udah dibilang jangan senyum terus."
Lelaki jangkung itu terkekeh, kemudian matanya menangkap sosok wanita yang baru saja datang melewati pintu kelas, dengan cepat Guanlin menunjuk arah tersebut, memberitahu Xerim bahwa guru datang.
Xerim menoleh, lalu membenarkan posisi kursinya kedepan menghadap papan tulis. "duduk sini aja, kan Somi sama Daehwi dispen." ia menepuk kursi yang seharusnya ditempati teman sebangkunya, Somi. Sedangkan kursi sebelah Guanlin adalah kursi Daehwi.
Guanlin mengambil tasnya dan menduduki kursi Somi di depan bersama Xerim dengan gerakan cepat, meskipun sempat menjadi perhatian guru karena tinggi badannya yang menjulang.
"kalo duduk berdua jangan berisik, ya." pesan guru tersebut dengan suara yang lebih mirip peringatan, namun diangguki cepat oleh kedua murid itu.
"ya walaupun cuma Xerim yang bisa berisik."
Lanjutan kata-kata dari guru tersebut langsung membuat suasana kelas menjadi hening dan tegang, tak terkecuali Xerim yang langsung menatap Guanlin iba.
"jangan di dengerin, anggap aja suara batuk." bisik Xerim menyemangati.
Guanlin lagi-lagi tersenyum dan mengangguk, seolah tampak tak tersinggung dengan ucapan gurunya itu.
Mungkin sebagian orang yang tidak tahu menau, akan berpikir seharusnya Xerim yang seharusnya dikasihani karena gadis itu tengah disindir keras. Tapi bagi orang yang tahu akan situasi sekarang, pasti menaruh simpati pada Guanlin, karena pada dasarnya sang guru sedang menyindir remaja lelaki itu.
Guanlin adalah satu dari banyak anak yang mempunyai kekurangan, ia tidak bisa berbicara. Walaupun masih banyak teman-teman yang mempercayai bahwa sebenarnya Guanlin hanya berpura-pura, tapi tak sedikit juga yang percaya bahwa Guanlin memang bisu.
Bagi orang yang tak percaya, mereka merasa janggal karena seharusnya Guanlin bersekolah di sekolah luar biasa, bukan di sekolah umum seperti sekarang, dan anehnya pihak sekolah pun menerima dengan berbagai alasan.
Setelah pelajaran selesai, para siswa dan siswi berhambur menyerbu tempat yang menjadi favorit hampir seluruh murid, kantin.
"bekal nggak? Bekal apa?"
Kecuali dua insan yang tengah saling melihat isi bekal masing-masing.
"boleh minta nggak? Tadi buru-buru, jadinya cuma goreng telor ceplok." ucap Xerim memelas saat matanya melihat beberapa udang dan cumi tepung di bekal si lelaki.
Guanlin langsung menyodorkan bekalnya sebagai balasan, dan mengambil kotak bekal Xerim, ia menukarnya.
"cuma minta sedikit kok, nggak banyak." ujar Xerim cepat, ingin menukar kembali bekal tersebut namun Guanlin menahannya dan menggeleng.
"telor ceplok buatan Xerim enak?" kata Xerim mengartikan gerakan isyarat dari Guanlin.
Guanlin mengangguk.
Xerim tersenyum malu, "makasih."
"perasaan rasa telor ceplok ya gitu-gitu aja." gumam Xerim bingung sebelum menghabiskan bekalnya bersama Guanlin.
"EH GUANLIN TAU NGGAK?!" pekik Xerim tiba-tiba dengan suara keras, tak lupa tangannya reflek menepuk bahu Guanlin kencang.
Sedangkan Guanlin memejamkan matanya, mengambil napas panjang untuk menahan rasa kesal, hampir saja ia tersedak. Menoleh sebagai tanda ia ingin tahu apa yang akan dibicarakan gadis di hadapannya.
"Youtube Xerim tadi malem ada yang komentar dong, terus like sama viewersnya nambah banyak, padahal kemarin-kemarin nggak ada yang nonton, like, komen, apalagi subscribe."
Xerim berujar dengan semangat ketika teringat tadi malam video youtubenya yang berisi tutorial makeup meningkat. Ya, Xerim ingin menjadi seorang beauty vlogger.
"aku suruh temen-temen dan sepupu cewek aku nonton" balas Guanlin menggunakan isyarat.
"OH YA?! MAKASIH GUANLIN." Xerim reflek memeluk lelaki itu gemas, dan melepasnya diiringi tawa kecil.
"eh tapi, temen cewek Guanlin pasti banyak ya? Pasti cantik-cantik juga ya?" tanya Xerim penasaran.
Guanlin mengangguk bangga, setelahnya tersenyum lebar. Berbeda dengan Xerim yang hanya tersenyum kecil dan sedikit terpaksa.
"lain kali nggak suruh temen-temen Guanlin nonton juga nggakpapa, Xerim bisa kok nambahin viewers sendiri." ujar Xerim pelan, tubuhnya bangkit dari kursi, "Xerim ke toilet dulu ya, Lin, kebelet pipis." lanjutnya cepat meninggalkan Guanlin dengan tanda tanya besar melihat sikap si gadis.
oOo
Xerim (re: Serim)
kalo ff ini ndak cucok, tolong ingatkan aku untuk di unpub ya gaes.
Sebenernya Guanlin emang nggak masuk list cerita aku selanjutnya, tapi tiba-tiba dapet ide yang cocok banget sama Guanlin. Huhu
Ini konfliknya insyaallah gakbakal berat kok, karena ini cuma cerita selingan sebelum aku publish project besarnya.