15

11.7K 2.1K 92
                                    

Langkah kakinya memelan dan berhenti tepat di depan sebuah pintu berwarna cokelat, tangannya terangkat ragu. Jantungnya cukup berdetak kencang pagi ini.

"Hai." sapa gadis itu setelah berpikir cukup lama untuk sekedar membuka pintu.

Sedangkan yang disapa hanya terdiam meyakinkan diri bahwa di hadapannya sekarang adalah benar-benar Xerim.

"Xerim? Nggak sekolah?"

Gadis itu, Xerim, menggelengkan kepalanya pelan. Matanya melirik sebuah mangkuk yang menyisakan sedikit bubur yang Xerim duga baru saja dihabiskan oleh Guanlin, kemudian pandangan matanya berpindah turun melihat kotak makan berisi bubur yang ia bawa dan ia buat sendiri pagi ini. Tanpa sadar ia menyembunyikan kotak makan itu di balik tubuhnya.

"ada siapa, Lin?"

Xerim dan Guanlin menoleh bersamaan kearah toilet, seorang gadis baru saja keluar dari sana.

"oh ini Xerim. Temen sekelas."

"yaudah gue berangkat udah telat. Dahh Xerim, jagain Guanlin yah." ucap gadis itu terburu-buru memakai sepatunya, dan menyambar cepat tas yang berada di sofa.

"eh bentar, gue mau pap dulu. Bukti ke Beby kalo lo makan buburnya. Ntar dia bacot kalo gue nggak fotoin." gadis yang merupakan sepupu Guanlin itu mengambil foto mangkuk bekas bubur yang berada di nakas. Setelahnya berlari keluar ruangan meninggalkan Xerim dan Guanlin yang terdiam canggung.

Hari ini Xerim berniat menjaga Guanlin sebagai permintaan maaf atas kesalahannya dan untungnya mamanya memperbolehkan ia izin tidak masuk sekolah hari ini. Setelah kemarin ia dipojokkan oleh Beby, Xerim bertekad hari ini ia akan menjaga Guanlin dengan baik.

Yah, membahas kemarin, bunda Guanlin tak menyalahinya sama sekali. Bahkan wanita itu hanya menanggapi dengan tersenyum dan mengganggap itu bukan masalah besar. Bahkan ia malah mengusap bahu Xerim untuk menenangkan gadis itu agar tak menangis.

"Guanlin udah besar kok, nggakpapa disakitin." kata wanita itu kemarin sambil tertawa kecil.

"bawa apa, Rim?" tanya Guanlin memecahkan lamunan Xerim. Pandangan terarah pada sesuatu yang disembunyikan gadis itu.

"hng? Bawa bubur, tapi buat Xerim sendiri. Xerim lagi kepengen makan bubur pagi-pagi." jawabnya menarik kursi agar lebih dekat dengan ranjang Guanlin lalu mendudukinya.

Xerim berbohong agar Guanlin tak mengira bubur itu untuk dirinya. Nice Xerim.

"yaudah makan aja sekarang. Gue temenin"

"sekarang?" tanya Xerim. Guanlin mengangguk.

Dengan ragu Xerim membuka kotak makannya di ranjang samping Gualin.

"tunggu" gerakan tangan Xerim saat ingin menyendokkan bubur itu terhenti. Guanlin lebih dulu memegang tangannya.

"ini kenapa?" tanya laki-laki itu menunjuk sebuah luka di punggung tangan Xerim.

"kena air panas tadi pagi." jawabnya, memang saat pagi-pagi sekali Xerim sudah sibuk di dapur untuk membuatkan sesuatu untuk Guanlin.

"gara-gara buat bubur ini?" tanyanya sekali lagi.

"bukan, tadi pagi aku buat teh untuk orang rumah." kali ini jawaban gadis itu bohong.

"kalo gitu biar gue yang suapin." Guanlin mengambil alih sendok dari tangan Xerim.

"jangan, Xerim bisa sendiri kok." tolak gadis itu saat Guanlin ingin menyuapinya.

"nggakpapa, a?" Guanlin membuka mulutnya untuk Xerim ikuti.

Tak ingin berdebat, gadis itu menuruti dengan membuka mulutnya, menerima suapan bubur yang ia buat, yang seharusnya dimakan oleh Guanlin. Bukan dirinya.

Salah satu makanan terakhir yang akan Xerim makan jika dunia ini tak memiliki makanan lain: bubur. Ya, Xerim tidak menyukai bubur. Tapi ia malah harus memakannya hari ini.

"nggak enak." respon Xerim setelah memaksa menelan bubur.

Dahi Guanlin berkerut, menyendokkan sesuap bubur ke dalam mulutnya. "enak kok."

"jangan dimakan, nggak enak. Xerim mau muntah."

"yaudah kalo nggak enak buat gue aja, buat gue makan nanti siang." Guanlin berusaha menjauhkan kotak makan itu saat Xerim hendak mengambilnya.

Guanlin tak berbohong, bubur buatan Xerim memang enak.

"kamu udah diperiksa pagi ini?" tanya Xerim menyerah dengan Guanlin.

"udah, tadi bunda udah kesini." jawab Guanlin menyimpan bubur buatan Xerim di dalam nakas.

"Beby tadi pagi kesini?"

"engga."

Xerim mengangguk-anggukkan kepalanya. Tak tau harus berkata apa lagi, ia sudah cukup dikecewakan pagi ini.

"nanti Beby jenguk kamu?"

"nggak tau."

Xerim kembali menganggukkan kepalanya. Matanya bergerak menghindari Guanlin, mencoba memalingkannya dengan melihat interior ruangan.

"Beby-"

"Rim" potong Guanlin sebelum Xerim selesai bicara. "kenapa sih nanyain Beby terus? Kan yang sakit gue." katanya kesal.

"Sorry, Xerim cuma nggak mau Beby salah paham kalo liat Xerim disini."

"salah paham gimana?" respon Guanlin cepat.

Xerim menatap Guanlin yang juga sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya. "kan Beby pacar Guanlin, nanti dia marah."

"tau dari mana? Siapa yang bilang?"

"jadi bener?"

"tau dari mana, Xerim?" tanya Guanlin sekali lagi.

"liat di instastory nya Sesil, waktu Guanlin ke acaranya Beby. Kata Sesil kalian udah official." Xerim menjelaskan dan mencoba mengingat sebuah foto Guanlin dan Beby yang diambil secara tak sengaja di acara perempuan itu, keduanya sama-sama tersenyum bahagia. Dan terakhir, di tengah foto tersebut tertulis 'official'.

"terus lo percaya?"

Xerim menatap tanya Guanlin, kemudian mengangguk. "karena itu Guanlin nolak Xerim kan?"

"Guanlin suka sama Beby." lanjutnya pelan. Hampir tak terdengar.

Secret ¦ Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang