~x12x~

117 24 0
                                    

Normal POV.

Akaashi menatap Hiro, menunggu lanjutan dari kalimat nya, "Mungkin cerita ini tidak seseram atau semengerikan yang kau bayangkan,"
Hiro melanjutkan ucapan nya sambil duduk di hadapan Akaashi. "Tiga, tahun yang lalu..."

Back to 2018, 15 Agustus. (Hiro POV)

Suara teriakan-teriakan yang menggema membuat siapa pun yang mendengar nya takut, tidak terkecuali aku. Aku, adiku dan kedua orang tua ku berlari menjauh dari asal suara itu, Jika kalian bertanya apa yang terjadi, Masalah nya cukup rumit.

2018, tahun di mana para peneliti labolatorium crow sedang mengumpulkan para tumbal atau kelinci percobaan yang akan mereka gunakan, dan entah bagaimana aku termasuk dalam daftar itu. Kedua orang tua ku menolak dengan tegas, tapi para peneliti itu seolah menulikan telinga nya.

Bukan hanya aku yang di incar, masih ada lebih dari ratusan anak kecil atau remaja yang di incar, beberapa orang tua setuju anak nya menjadi objek penelitian karna membutuhkan uang, contoh nya Oikawa dan Iwaizumi, mereka berdua adalkul teman baik ku.

Berlari dan bersembunyi, hal itu sudah kami lakukan sejak dua hari yang lalu, para peneliti itu tidak menyerah menangkap ku, kenapa? Kenapa mereka tidak menyerah saja? pikiran itu terlintas di pikiran ku saat melihat peneliti-peneliti itu mengejar ku.

Derap langkah yang terdengar di sela-sela bunyi hujan yang sangat deras tertangkap oleh pendengaran ku, ayah dan ibu yang juga menyadari suara itu segera menarik tangan ku dan adik ku. Kami berlari mencoba menghindar dari kejaran para peneliti itu, tapi sayang nya kami malah terjebak di jalan buntuh.

Ayah memanjat dinding yang menjadi penghalang itu, menjulurkan tangan nya saat dia berhasil sampai di puncak, Setelah itu ibu ku memanjat dengan bantuan ayah ku, berhasil.
Sekarang hanya tersisa aku dan adikku, tepat saat ayah akan menjulurkan tangan nya lagi, sebuah peluru senapan laras panjang menembus jantung nya, darah dari tubuh ayah ku mengotori kemeja putih yang ku kenakan.

Tidak lama setelah itu, bunyi tembakan kedua terjadi, hal yang sama terjadi dengan ibu ku, mayat mereka berdua terjatuh tepat di depan kakiku, tanpa di kinta air mata ku mulai mengalir, hujan yang turun menyatu dengan air mata ku.

"JIKA BUKAN KARNA KAKAK, AYAH DAH IBU AKAN TETAP HIDUP!" Adik ku berteriak sambil memeluk mayat ibu, kenapa harus mereka yang mati, kenapa tidak aku saja?

Orang-orang yang tadi mengejar kami telah mengepung ku, "Jika kau ikut dengan kami, kami akan membiarkan adik mu hidup dan kami juga akan membiayai hidup nya." Ucap salah satu dari mereka, tanpa sempat aku menjawab, seseorang menusukan sebuah jarum suntik pada lengan ku.

Setelah itu pandangan ku menggelap, tapi aku masih bisa mendengar suara mereka, tubuhku ikut memberat, membuatku menghantam tanah dengan kuat, dan setelah itu suara-suara yang tadi nya masih dapat ku dengar pun menghilang.

Saat aku terbangun, aku sudah berada di sebuah ruangan serba putih, dengan sebuah kaca dan pintu  di salah satu sudut ruangan dengan posisi terikat di sebuah kursi. Seorang laki-laki dengan jas labolatorium menghampiriku dengan membawa sebuah koper.

Pengelihatan ku yang masih kabur membuat ku sulit melihat benda apa yang ada di dalam koper itu, Satu hal yang pasti, aku melihat jarum suntik di sana. Laki-laki itu menggulung lengan baju ku, dan menusukan jarum suntik itu langsung ke lengan ku.

Saat laki-laki itu mencabut jarum itu, darahku ikut mengalir. Setetes liquid bening turun dari mata ku, disusul dengan tetesan-tetesan lain nya. setelah selesai menyuntiku sebanyak lebih dari 20 kali dengan cara yang sama, laki-laki itu berjalan keluar.

back to 2022. (Normal POV)

"Dan, ah maaf hanya itu yang ku ingat." Hiro bercerita panjang lebar pada Akaashi, dari cerita itu Akaashi tau seberapa sadis nya para peneliti di sini, "Kenapa kau tidak melawan?" Sebuah suara membuat mereka mengalihkan perhatian dari kegiatan yang masing-masing mereka lakukan.

Pemuda dengan Rambut putih dan manik yang seindah lautan yang sedari tadi diam di pojok ruangan, Shiro kimimura. "Jika aku bisa, aku akan melawan nya, tapi nyata nya aku tidak bisa." Suara Hiro sedikit memelan, nada suara Hiro yang seperti itu membuat yang lain nya ikut mengerti perasaan yang dia rasakan.

"Jadi, para tikus bersembunyi di sini?"  Suara yang lumayan berat membuat semua mata menoleh ke arah pintu, di sana berdiri sosok yang tidak ingin mereka temui sekarang, adik dari Hiro, Hibura Natsune.

𝕄𝕦𝕥𝕒𝕟 • 𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang