"Lukisanmu memang sangat indah. Kau memang berbakat Jungkook-ah." Puji Namjoon.
Ia hanya tersenyum. Jungkook hanya mengerti kalau dia mencintai lukisan. Dia menyadari dirinya mencintai lukisan semenjak kecil, semenjak dia bisa mengingat dan pertama kali memegang pensil warna. Dia sadar tidak ada yang lebih indah dari sebuah lukisannya, sekali pun itu Hyerim sang kekasih. Tapi semua karya ini belum cukup untuk Jungkook, dia ingin menghasilkan sesuatu yang lebih hebat lagi. Dan dia tidak akan berhenti sampai bisa mendapatkan lukisan yang bisa membuat obsesi cintanya terhadap lukisan terpenuhi.
"Aku tidak menyesal kali ini membantumu dalam exhibition. Aku mendapat untung besar," Lanjut Namjoon yang hanya ditanggapi dengan tawa renyah dari Jungkook.
"Klise. Setelah memuji karya seni lalu berujung ke uang. Dasar manusia." - Pikir Jungkook kesal.
"Kalau begitu aku pamit dulu Hyung. Ada yang harus aku kerjakan di studioku," Jungkook pun menyalami tangan Namjoon sambil tersenyum manis.
"Ah baiklah, memang susah jadi orang berbakat teruslah membuat lukisan indah. Aku akan selalu ada untuk pameranmu," Sahut Namjoon dengan senyum lebar hingga lesung pipitnya terlihat.
Jungkook pun berbalik dan melangkahkan kakinya menjauhi Namjoon. Senyum yang diberikan kepada Namjoon tadi seketika hilang.
"Dasar hypocrite, Dia tidak mengerti lukisanku hanya ingin mendapatkan uang." - Batin Jungkook geram.
Dengan hati yang kesal Jungkook langsung menuju mobilnya dan masuk dengan membanting Pintu.
"Brengsek! Penilaianku memang tidak pernah salah terhadap orang. Tikus yang hanya mengerti uang yang tidak pernah mengerti akan keindahan lukisan. Manusia menjijikan!" Maki Jungkook keras, dia menghidupkan mesin Mobil dan menginjak pedal gas dengan keras. Persetan dengan rambu-rambu lalu lintas, dia hanya ingin cepat sampai studio dan melukis. Dia sangat benci dengan para manusia yang melihat lukisannya sebagai tambang emas, menjijikan pikir Jungkook.
Bagi seorang Jung Jungkook, lukisan lebih berharga melebihi berlian termahal didunia sekalipun. Jungkook lebih mencintai lukisan dari pada dirinya sendiri. Ya, Jungkook mungkin berlebihan tapi dia tidak peduli, dia tidak pernah puas akan semua karya yang dibuatnya walaupun lukisan-lukisannya dihargai sangat mahal. Dia harus bisa menghasilkan lukisan yang bisa membuat dirinya puas, yang bisa dia lihat tanpa ada kata bosan dan yang bisa membuatnya jatuh cinta akan karyanya sendiri.
Jungkook hanya mencintai lukisan. Hanya lukisan yang nyata untuknya.
-00-
"Sebenarnya kau ini mempunyai otak atau tidak Kwon Jaein-ssi?" Suara ini benar-benar sangat dibenci oleh Kwon Jaein. Ingin rasanya Jaein mengeluarkan pita suara manusia lemah yang ada didepannya ini.
"Sial!" - Pikir Jaein.
"Maafkan aku Park Bujangnim. Saya tidak akan mengulanginya lagi, mohon pengertiannya Bujangnim," Sahut Jaein sambil membungkukan badannya. Park Jimin sialan batin Jaein.
"Aku tidak mau tau, kau harus mengoreksi semua laporan ini sebelum jam kantor selesai. Kalau tidak selesai terpaksa aku memindahkanmu ke bagian arsip," Sahut Park Jimin kepada Jaein.
"Maafkan saya Bujangnim, jangan pindahkan saya. Saya akan memperbaikinya, berikan saya waktu lebih lama lagi Bujangnim," Jaein hanya bisa terus memaki dalam hati, ini sudah menginjak harga dirinya memohon-mohon kepada manusia yang ada didepannya.
"Aku bisa memberikanmu waktu lebih kalau perlu kau tidak usah mengerjakannya Kwon Jaein-ssi dengan satu syarat," Kata Park Jimin, nada suaranya mendadak berubah menjadi lebih lembut? Atau hanya Jaein yang salah dengar. Sial, kalau saja dia masih bisa membaca pikiran.
YOU ARE READING
Demon Painting
FanficObsession, Mutualism, Human, Blood, White Canvas and Destiny. The story about their decision to be a mutual, bring them to destiny on a white canvas.