Sekali lagi, ini FF mature content, jadi ku harap kalian lebih bijaksana ya, yang dibawah umur lebih baik mikir lagi untuk baca 😚
Happy reading
-00-
Jungkook tidak bisa tidur, berusaha untuk memejamkan mata dengan mengubah berbagai posisi pun tidak bisa membuat kantuk datang. Dia pun duduk dengan mengusak kasar rambutnya.
"Sial, sudah Ku peringatkan untuk memelankan suara mereka," Jungkook bergumam pelan, dan dia baru menyadari kalau tenggorokannya kering. Ia pun bangun dan keluar kamar menuju ke dapur.
"Sedikit bir mungkin bisa membantuku untuk tidur," - Pikir Jungkook.
"Ku mohon.. henti-akh akh!"
"Berteriaklah manis, ugh.. shit! Your taste is nice kitten."
Jungkook yang sedang berjalan ke dapur pun mendengar suara perang ranjang dari arah kamar Jimin. Dia hanya memutar bola matanya dengan dengusan keras.
"Sinting, semoga wanita itu selamat besok," gumam Jungkook. Jungkook pun mempercepat langkahnya sebelum instingnya sebagai laki-laki ikut menggila dan masuk untuk sama-sama menghancurkan Jaein di dalam sana.
Jungkook sampai di dapur dan membuka kulkas, di ambilnya satu kaleng bir dan dia bawa ke balkon apartemennya. Sedikit hawa dingin mungkin bisa mendinginkan kepalanya yang panas akibat tingkah Jimin.
Jungkook memandang kota dari balkon apartemennya yang berada di paling atas gedung. Dia menyukai warna kota Seoul di malam hari, gelap tetapi berwarna. Seperti hidupnya banyak warna dengan kegelapan yang selalu memenjarakan Jungkook.
Jungkook tidak tahu berapa lama dia berada di balkon sampai ada seseorang yang sudah berdiri tepat di sisi Jungkook. Jungkook hanya melirik sinis ke arah manusia yang hanya memakai celana pendek dan memperlihatkan tubuhnya tersebut, dan dengan santai membakar rokok dan menghisapnya dengan wajah nikmat.
"Kau harus mencobanya. Dia hebat di ranjang kook, kau harus lihat wajahnya yang kesakitan tapi tetap menatapku dengan pandangan membunuhnya itu," Kata Jimin dengan menampilkan smirk meremehkan.
"Aku tidak segila kau hyung, aku tidak sudi melakukan hal itu dengan kasar. Dan lagi pula Kau tau kan aku benci asap rokok?" Tantang Jungkook.
"Hah! Aku mengenalmu lebih dari separuh hidupku Jungkook-ah. Aku tau kau juga tertarik pada jalang itu. Pakai saja, aku tak keberatan membaginya. Seorang teman harus saling berbagi dengan apa yang dia punya bukan?" Kali ini ada nada sinis yang diberikan oleh Jimin.
Jungkook hanya diam, ya seorang Park Jimin pasti sangat memahami Jungkook. Mereka sama-sama brengsek dengan cara yang berbeda, Park Jimin yang memilih memperlihatkan sisi gelapnya sedangkan Jungkook lebih memilih untuk menjadi sempurna dengan memakai topeng.
"Jangan samakan aku denganmu hyung, hidupku sempurna dan kau pun tau itu?" Balas Jungkook, dia tidak akan mau kalah dari seorang Park Jimin walaupun kenyataannya sisi lemah dirinya hanya Jimin yang tau.
"Terserah kau saja Jung, aku ingin tidur. Istirahat lah aku tau kau sedang frustasi. Tidur baik untukmu," Jimin pun meninggalkan Jungkook sendiri di balkon.
"Frustasi ya," - pikir Jungkook, dia hanya menghela nafas dan menghabiskan bir yang sedari tadi dipegangnya. Jungkook pun berbalik dan berjalan menuju kamarnya setelah membuang kaleng bir di tempat sampah. Saat dia berjalan, dia melihat wanita itu perlahan menutup pintu kamar Jimin secara perlahan dan sudah memakai baju lengkap.
YOU ARE READING
Demon Painting
FanfictionObsession, Mutualism, Human, Blood, White Canvas and Destiny. The story about their decision to be a mutual, bring them to destiny on a white canvas.