Chapter Eight

804 60 15
                                        

Pada kenyataannya Jaein benar-benar menikmatinya apa yang dia lakukan bersama Jungkook. Sudah tidak terhitung berapa banyak dia mencapai kepuasan akibat ulah Pelukis gila tersebut. Jaein hanya melirik kesebelahnya, Jungkook tidur dengan memeluk pinggang Jaein. Tidak mempedulikan dinginnya lantai. Ya, mereka melakukannya di lantai karena mereka bukan ke apartemen dimana Jungkook tinggal. Tetapi di apartemen yang digunakan sebagai studio lukis.

Jaein tidak mempunyai perasaan seperti cinta, apalagi suka. Dia hanya yakin Jungkook adalah orang yang selama ini dia cari. Melakukan ini hanyalah sebagai cara untuk melihat sisi masing-masing. Jaein melihat luka yang ada di tangan Jungkook. Mengelus lembut luka yang mulai mengering tersebut. Jungkook memang gila. Dan itu sangat indah.

"Ugh." Jungkook perlahan mulai membuka matanya. Jaein hanya menanti sampai mata Jungkook terbuka.

"Sejak kapan terbangun? Apa kau tidak lelah?" Tanya Jungkook dengan suaranya yang serak.

"Baru saja. Lelah. Tetapi aku sangat menyukainya." Jawab Jaein.

"Tidak ada yang tidak suka, semua wanita pasti menyukai permainanku." Kata Jungkook dengan memberikan senyum.

"Kau dan Jimin sama saja. Sombong." Sahut Jaein. Tapi tidak ada nada kesal dalam suara yang dikeluarkan.

Jungkook hanya tertawa pelan, mengeratkan pelukannya agar bisa menghirup semua obsesi yang ada dalam tubuh wanita tersebut. "Kau memang hebat." Sembari Jungkook mencium penuh hasrat bibir Jaein.

Jaein menerimanya lagi. Oh, dia benar-benar menyukai apa yang Jungkook lakukan. Semua nafsu, obsesi dan kegilaan menyatu. Mereka melepas ciuman tersebut saat sudah udara sudah habis dalam paru-paru mereka. Nafas terengah diselingi dengan tangan mereka yang mulai meraba kulit satu sama lain.

"Aku ingin mencoba hal lain." Kata Jungkook.

"Hal apa?" Kata Jaein sambil menahan dan memejamkan mata. Dia sudah merasakan tangan Jungkook di area pangkal paha.

"Lakukan hal ini pada saat aku melukis. Ajarkan apa yang ingin kau ajarkan." Jungkook menikmati wajah Jaein yang sudah tidak tahan dengan perlakukan yang diberikannya, apalagi saat jarinya sudah masuk dan mengoyak titik kenikmatan wanita itu. Jaein hanya menganguk, dan Jungkook lalu melepaskan Jaein.

Jungkook mengangkat tubuh mungil wanita itu dan membawa ke salah satu canvas lukisannya. Jungkook duduk, dan menempatkan Jaein dipangkuannya lalu menghadapkan perempuan itu ke depan canvas putih dengan pusat tubuh mereka menyatu.

"Mulai dari sini ugh-kau akan mendapatkan lukisan yang kau mau." Jaein memberikan gerakan yang mematikan seluruh saraf Jungkook. Jungkook hanya mengerang dan mengambil sebuah kuas, lalu Jaein mengarahkan kuas tersebut ke luka yang mulai mengering.

Jungkook mulai membuka lagi luka tersebut, dan mengoleskan darah ke kuas sambil menghentak kuat Jaein.

"Aku mulai, dan teruslah bergerak sayang." Perintah Jungkook.

-00-

Jimin hanya melihat dari CCTV. Katakan memang Jimin gila, ya dia gila melihat apa yang sudah dilakukan Jungkook kecilnya dengan wanita iblis tersebut. Jungkook sendiri tidak tahu bahwa Jimin memasang kamera di semua sudut studionya. Jimin sangat perlu memasang kamera pengintai, apalagi saat Jimin mendapatkan Jaein.

"Sungguh, kalian indah. Ah, andai kita bisa melakukannya bertiga." Gumam Jimin yang sambil menyesap luka dipergelangan tangannya, tak lupa tangan satunya memainkan pusat tubuhnya.

Jimin sudah akan mencapai puncak. Permainan yang mereka siapkan akan dimulai. Jimin sudah merencanakan semua walaupun Jimin masih terus mencari pria blonde yang menghampiri Jungkook tadi.

Demon PaintingWhere stories live. Discover now