This part will be mature because have smut.
please be a wise reader.. don't forget to give vote and comment. Happy reading..-00-
Jungkook berakhir tidak bisa tidur, oh ingatkan Jungkook untuk membunuh Park Jimin karena membawa Jaein yang membuatnya berpikir semalam suntuk. Jungkook masih mencoba untuk memejamkan matanya, ketika ponselnya berbunyi.
"Ah! Sial!" Rutuk Jungkook, dengan cepat dia mengambil ponsel yang diletakan di atas nakas. Tertera nama Hyerim disana, ingin rasanya Jungkook tidak mempedulikan panggilan tersebut. Dengan nafas berat Jungkook menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.
"Pagi sayang." Sapa Jungkook dengan suara lelah yang memang sengaja ditunjukan oleh Jungkook.
"Ini jam berapa kook? Kau berjanji akan ke apartemenku." Sahut Hyerim.
"Sial aku lupa." - maki Jungkook dalam hati.
Hanya terdengar dengusan di sebrang saluran komunikasi itu. Hyerim tau Jungkook lupa akan janjinya. Biasa, Hyerim sudah terbiasa akan kelakuan Jungkook yang seakan hanya menjadikan Hyerim sebagai status supaya tetap terlihat normal.
"Maafkan aku sayang, aku akan segera kesana." Sahut Jungkook, dia sudah tau Hyerim kesal karena lupa akan janji yang dibuat sendiri oleh Jungkook. Jungkook pun segera memutus sambungan telpon. Jungkook tidak cinta Hyerim, sekali lagi Jungkook hanya tidak ingin Citra baik yang sudah dia pertahankan hancur karena seorang Gadis.
"Ini karena kau Jaein-ah." Gumam Jungkook pelan. Jungkook berjalan keluar kamar tamu menuju kamar pribadinya.
"Apa dia masih tidur?" -Tanya Jungkook dalam hati. Jungkook perlahan membuka pintu kamar dan hanya menemukan kamar yang sudah kosong dan rapi. Jungkook pun mendekati pintu kamar mandi untuk melihat apakah Jaein sedang berada disana atau tidak.
"Wanita itu sudah pergi kalau kau mencarinya Jeon." Tiba-tiba terdengar suara Jimin dari pintu. Jungkook berbalik dan melihat Jimin yang sudah siap untuk ke kantor.
"Dia pergi subuh tadi dengan cara berjalan yang sangat membuatku ingin mengukungnya dalam kasurku." Lanjut Jimin sambil tersenyum.
Jungkook hanya menatap sambil mengeraskan rahangnya, dia tidak suka kalau Jimin mengetahui apa yang di lakukannya. Senyum itu, Jungkook benci senyum Jimin yang terlihat meremehkannya. Ingin sekali menghancurkan wajah manis yang menipu miliknya.
"Aku tidak mencarinya hyung, aku harus pergi menemui Hyerim." Jawab Jungkook tetap mempertahankan satu-satunya yang dia punya di depan Jimin. Gengsi.
Jimin hanya menatap Jungkook dengan tatapan seperti melihat badut yang melakukan sulap murahan. Jimin senang. Jungkook muak.
"Ku tinggalkan sandwich di dapur. Aku pergi dulu Kookie." Jimin beralih tanpa lupa mengedipkan matanya ke Jungkook. Jungkook makin kesal dan langsung menuju kamar mandi sebelum mengejar Jimin untuk membuatnya tak bisa lagi berkembang biak.
-00-
Jaein tidak masuk kantor, dia tidak ingin dipandang aneh saat dia berjalan karena menahan perih di area kewanitaannya. Jaein pergi dari rumah Jungkook pagi-pagi buta demi menghindari Si Brengsek Jimin.
Pukul 10.00 pagi, Jaein hanya tiduran di ranjang kecilnya dengan mencari tau tentang Jungkook di ponsel pintarnya. Dunia manusia memang memiliki kelebihan yang Jaein suka, salah satunya internet. Dengan ini dia bisa mencari apapun di dunia tanpa harus mengeluarkan banyak energi.
YOU ARE READING
Demon Painting
FanficObsession, Mutualism, Human, Blood, White Canvas and Destiny. The story about their decision to be a mutual, bring them to destiny on a white canvas.