Chapter Ten

623 44 2
                                    

Jungkook memandang semua daftar nama yang ada pada amplop tersebut. Di dalamnya tidak hanya nama saja, akan tetapi beberapa informasi kotor lainnya. Jungkook membaca semua satu persatu, hingga Jaein keluar dari kamar mandi yang ada di kamar tersebut. Jaein mendekat ke arah Jungkook, yang sedang duduk sambil menyenderkan punggungnya pada headboard ranjang.

"Apakah mereka semua sangat mengganggu?" Tanya Jaein, sambil menunjuk ke arah kertas-kertas yang dipegang Jungkook.

"Aku tidak tahu, tapi aku yakin ini berhubungan dengan perusahaan Ayah. Dan ada beberapa nama yang sudah aku kenal, tentu saja mereka mengganggu. Orang-orang menjijikan memang." Jawab Jungkook.

"Apakah Park Jimin ingin kau melakukan ini sendiri?"

"Tidak, Hyung akan selalu membereskan semua. Ini sudah berlaku semenjak dia kubawa ke rumah. Jimin Hyung selalu membersihkan kegiatanku yang sedikit mengkhawatirkan Ayah."

Jaein hanya menganguk paham. Dia ikut memandang semua nama yang sedang di buka satu persatu oleh Jungkook. Hingga dia menemukan sebuah foto seorang pria.

"Tunggu, tolong perlihatkan data yang sebelumnya Jungkook-ah." Kata Jaein. Jungkook pun memberikan kertas tersebut tanpa melihat siapa yang ada dalam kertas tersebut.

Jaein memandang kertas tersebut. Bagaimana bisa? Pikir Jaein.


"Siapa? Kwon Jaemin?" Tanya Jungkook. Lalu dia membaca perlahan tentang data yang dipegang oleh Jaein.

"Kwon Jaemin, pemilik sebuah restoran ternama di Gangnam. Kau mengenalnya? Hmm, terlibat beberapa kali kasus pelecehan seksual dan juga pemerkosaan? Wow, bajingan." Umpat Jungkook.

"Bisakah kau menyelidikinya Jungkook-ah?" Tanya Jaein.

"Kenapa? Apa pria ini ada hubungannya denganmu?" Suara Jungkook melembut.

"Dia adalah kakakku. Bajingan ini adalah seorang yang ingin sekali aku habisi, selain Park Jimin." Kata Jaein.

"Oke, kalau memang ini keinginanamu. Aku akan memulainya besok, sekarang kau istirahat, karena rencana akan kita mulai besok."

"Sebelum kau menyuruhnya istirahat dengan sangat lembut Kookie, biarkan aku mencicipinya sebentar. Kalian tau? Suara kalian benar-benar membuatku gila." Jimin sudah berdiri di ambang pintu kamar Jungkook, dengan tangan berada dalam saku celananya.

"Damn! Hyung!" Jungkook kaget bukan main, Jaein sendiri hanya memekik kaget mendengar suara Jimin.

"Dasar bajingan tengik! Tidak bisakah kau biarkan aku dan Jungkook berdua?!" Jaein kesal, sangat kesal akan tingkah Jimin.

"Tenang kitten, kau jangan terlalu sering marah karena itu membuatku ingin menghancurkanmu sekarang juga." Jimin perlahan melangkah mendekati Jaein dan Jungkook.

Jimin lalu menarik tangan Jaein, tentu saja wanita itu memberontak. Akan tetapi  Jaein tidak mempunyai tenaga besar untuk bisa lepas dari Jimin. Jungkook pun hanya menghela nafas, saat Jimin sudah membawa Jaein menjauh.


"Hyung, jangan terlalu kasar." Kata Jungkook. Di mana kalimat tersebut hanya dibalas dengan tatapan kesal Jaein, "Maafkan aku sayang, aku sendiri mengerti batas kemampuanku jika harus melawan Park Jimin." Lanjut Jungkook.

"Jungkook!" Teriak Jaein kesal, tentu saja Jimin senang. Oh ya, Jungkook tidak mungkin merebut Jaein dari Jimin. Jungkook pernah melihat Jimin berubah menjadi iblis saat apa yang diinginkannya tidak terpenuhi.

"Akan kupastikan kau memohon kepadaku, sayang." Suara Jimin terdengar sebelum menjauh dari kamar Jungkook. Jungkook hanya menggeleng pelan kepalanya, entah siapa yang lebih gila antara dia dan Park Jimin.

Demon PaintingWhere stories live. Discover now