Karena kerjaan ku sudah selesai jadi aku update cepet..
Be wise reader, sudah kuperingatkan ini mature content. Jadi sudah tau ini beberapa part hanya untuk +21 and yes this story will have a smut too.
Enjoy
-00-
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Jaein pada pria yang sedang berada di depannya.
"Tidak ada, hanya terkenang sesuatu." Jawab Jimin, sambil meminum wine.
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan? Apa hanya ingin mengajakku makan di tempat mahal? Kau ingin pamer?" Tanya Jaein tajam, mungkin nadanya bisa memotong leher Jimin jika dia masih punya kekuatan.
"Oh, ayolah manis. Tidak bisakah kau menikmati steak yang kubelikan? Toh, aku tau kau tidak sanggup makan di restoran seperti ini dengan gajimu itu." Jawab Jimin.
Jaein ingin sekali mencabik-cabik Jimin sekarang juga. Jaein hanya menutup mata sebentar dengan menggenggam erat pisau dan garpunya untuk menahan diri agar tidak mengumpat di tempat umum. Kalau saja ada penghargaan orang paling brengsek, Jaein senang hati akan mempersembahkan untuk Jimin.
"Aku hanya ingin membuatmu senang Jaein-ah, lagipula aku tidak pernah berbohong padamu kan? Kau hanya tinggal menikmati." Kata Jimin.
"Hah! Yang benar saja Tuan Muda, tidak pernah bohong? Kau tau, Jeon Jungkook belum sedikit pun bergerak dan aku sudah muak menunggu lama brengsek." Jawab Jaein, kali ini tidak bisa dia tahan lagi. Persetan dengan di mana dia sekarang
"Ah, kau memang manis sekali saat marah seperti itu, sayang. Aku jadi benar-benar ingin membuatmu terus mendesah dengan penuh nikmat." Kata Jimin dengan senyum yang bisa membuat wanita manapun akan menjatuhkan dirinya dengan sukarela.
"Dasar bajingan!" Jaein tidak ragu lagi sekarang untuk mengeluarkan segala macam kata makian yang dia pelajari, dan dia dengan hati lapang memberikan semua itu pada Jimin.
"Kau tidak perlu khawatir, aku memahami Jungkook dengan sangat baik. Dia perhitungan, semua langkah dia pikirkan dengan sangat baik. Kau tau dia juga memakai topeng seperti kau dan aku." Kata Jimin sambil memasukan potongan daging steak ke dalam mulutnya.
"Apa jaminanmu?" Tanya Jaein, dia tidak ingin terus dijadikan pemuas hormon oleh Park Jimin.
"Oh, kau akan mendapatkan yang kau inginkan. Gunakan saja darahku." Jawab Jimin santai.
Jaein hanya menatap Jimin dengan pandangan jijik.
"Jangan pandang aku seperti itu, aku tau kau menyukainya. Lagipula melukai diri sendiri itu mudah and I'm still can't forget that night." Kata Jimin dengan suara yang terdengar sangat puas.
-00-
"Jungkook, apa kau mendengarkanku?" Tanya Namjoon. Seketika Jungkook langsung tersadar dari lamunannya.
"Ah, maaf hyung. Banyak yang sedang kupikirkan, jadi sampai dimana kita tadi?" Tanya Jungkook.
"Seperti bukan dirimu saja, biasanya kau akan selalu bersemangat untuk membicarakan tema pameran lukisanmu." Jawab Namjoon. Jungkook hanya memberikan senyum kecil. Sambil menyeruput ice americano. Sekarang mereka berdua berada di salah satu cafe punya Jungkook yang dia kelola pada saat masih SMA bersama Jimin, hasil coba-coba tetapi membuat terkejut akan hasilnya sampai sekarang.
YOU ARE READING
Demon Painting
FanfictionObsession, Mutualism, Human, Blood, White Canvas and Destiny. The story about their decision to be a mutual, bring them to destiny on a white canvas.