Chapter Twelve

594 39 1
                                    


Pengusaha Retail Kang Jaeho telah dikabarkan hilang sejak 23 Januari dan hingga saat ini masih belum ditemukan keberadaannya. Saksi terakhir yaitu sopir pribadi dari Kang Jaeho mengatakan bahwa pengusaha tersebut sudah diantarkan ke rumahnya yang berada disekitaran Gangnam dan tidak terlihat lagi hingga keesokan harinya. Keadaan rumah pada saat ditinggalkan pun tidak mengalami kerusakan.

Jungkook yang melihat berita tersebut pun hanya mendengus. Kenapa pula harus dicari? Bajingan tua. Pikir Jungkook. Dengan malas Jungkook pun mengganti channel untuk melihat acara lain.

Semua kasus 4 pengusaha yang hilang ini dapat dikatakan terorganisir, ada yang ingin mengacau dan ingin memberikan teror dengan menculik orang-orang ini. Saya yakin bahwa semua ini sudah direncanakan dan kami akan semampunya menangkap siapapun pelakunya.

Jungkook melihat seorang pria yang sedang memberikan keterangan pada media tentang orang-orang yang telah diculiknya dan juga Jimin secara bergantian.

"Siapa orang itu, Hyung?" Tanya Jungkook kepada Jimin yang saat ini hanya duduk manis sambil melihat berkas dan juga berkutat dengan laptopnya. Padahal hari ini adalah hari libur yang harusnya dapat dinikmati dengan membuat tubuh Jimin panas bersama Jaein yang tidak dapat menolak hentakan kasarnya. Sayang, Jaein sedang bersenang-senang di kamar mandi dengan hasil pekerjaan mereka belakangan ini.

"Kim Taehyung. Seorang Dektektif Polisi yang belakangan memang menyelidiki kasus ini. Kata Hoseok dia orang jenius dan dapat memecahkan banyak kasus." Kata Jimin santai sambil menyesap kopi yang sudah diseduhnya dari tadi.

"Kau yakin akan aman? Aku tidak suka kesenanganku diganggu oleh tikus-tikus pemerintah." Kata Jungkook.

"Mereka tidak akan menyentuh kita sedikit pun, walaupun menyelidiki hubungan bajingan-bajingan itu dengan perusahaan dia tidak akan menemukan apapun." Jawab Jimin, "Lagipula semua mainan yang kuberikan tidak ada hubungan langsung terhadap Jeon Group."

Kali ini Jungkook hanya mengawasi kakak angkatnya yang paling bajingan di dunia dengan tatapan tidak percaya. Jungkook selama ini memang tidak menanyakan orang-orang yang masuk dalam daftar pemusnahan mereka, selama Jungkook mendapatkan bahan utama untuk catnya maka dia akan senang.

"Kupikir mereka melakukan kesalahan. Bukankah beberapa kali Kang Jaeho melakukan kerja sama dengan Jeon Group?" Jungkook benar-benar tidak bisa mengabaikan hal ini, apa jadinya jika semua terbongkar padahal hasratnya saja belum ada separuh terpenuhi. Jimin hanya menyesap kopi dan menyulut rokok.

"Tidak, kerja sama yang diberikan adalah masalah hutang piutang. Bangsat itu membawa uangku. Bukan uang perusahaan. Dia mengemis kepada Ayah, tetapi ayah tahu daftar riwayat dari bajingan tua itu. Lagipula Kang Jaeho tidak pernah mengatakan pada siapapun kepada siapa dia meminjam uang." Jawab Jimin, "Parahnya hasil penjualan organ dalamnya saja masih belum menutup hutangnya. Sial."

Jungkook hanya mendengus, "Aktingmu parah kalau didepanku, bilang saja dari awal memang ingin kau habisi. Hypocrite." Kata-kata Jungkook hanya dibalas dengan kekehan pelan oleh Jimin.

"Yah, setidaknya aku dapat bersenang-senang. Bukan hanya kau dan Jaein. Ah, aku sudah tidak sabar untuk menculik yang satu ini." Kata Jimin sambil melempar sebuah map merah ke pangkuan Jungkook. Jungkook pun membuka berkas tersebut dan terpampang nama Kim Namjoon di sana.

"Kenapa Kim Namjoon?" Tanya Jungkook walaupun sebenarnya ia tahu apa jawaban Jimin.

"Makanya Kookie, kalau kau memang gila harusnya dari awal saja kau hancurkan orang seperti Namjoon itu. Aku tahu kau telah kehilangan beberapa lukisanmu untuk dia jual di black market dengan alasan bahwa lukisan tersebut rusak pada saat pengiriman." Jawab Jimin. Kalau bukan karena dia butuh Jimin, mungkin sekarang dia sudah mencekik leher jenjang lelaki pendek di depannya ini.

Demon PaintingWhere stories live. Discover now