Jika waktu dapat diputar kembali, mungkin Jin akan memilih menjadi seorang bawahan. Lebih memilih bersama Jane, dari pada menerima tawaran dari Panglima Besar.
Ya, jika waktu dapat diputar kembali, pikir Jin
Sekarang Jin sedang berada di Cafe Jungkook, dia tahu bahwa tindakan kemarin menyebabkan satu masalah lagi. Jadi, dia akan menyelesaikannya sekarang. Orang yang mengawasinya sedang mendekat, dan Jin sudah siap.
Saat sudah merasakan keberadaan manusia suruhan itu, Jin hanya menghela nafas. Merepotkan, pikirnya.
"Tidak usah membuatku untuk tidak sadarkan diri, pertemukan aku dengan Tuanmu sekarang." Kata Jin dengan tenang.
Jin tahu, kata-katanya mengagetkan manusia tersebut. Tapi Jin juga paham hanya ini satu-satunya untuk bisa lepas dari pengawasan seorang Park Jimin, seorang yang sudah kehilangan nurani sebagai seorang manusia hanya dapat dilawan dengan takdir.
Jin berdiri, dan memandang pria yang menggunakan baju santai tersebut dengan pandangan acuh. Melewati pria tersebut dan hanya bertanya dimana mobilnya.
Pria tersebut hanya menunjukan ekspresi terkejut dan menunjukan jalan dimana mobil yang dibawanya di parkir.
Di dalam mobil, pria yang ditugaskan Jimin merasa bahwa Jin tidaklah normal, entah karena apa tapi hatinya mempunyai firasat yang sangat tidak bagus. Aura si pria bermata biru itu terlalu menekan.
-00-
Hyerim sekarang sedang memandangi Jungkook yang sedang tidur di kamar apartemennya, entah mengapa Jungkook tidak melakukan apapun. Padahal biasanya ketika bertemu, kelinci ini selalu merengek untuk dipuaskan. Tetapi sekarang lihatlah pria imut yang beringas ini hanya tidur dengan tenang setelah berkata, bahwa dia lelah.
Hyerim hanya diam saja, dia tidak mau menanyakan apapun, dia tahu watak Jungkook akan menjadi seperti apa jika Hyerim merengek untuk dimanja. Pada saat sedang memperhatikan pria-nya, ponsel Jungkook yang berada di atas nakas berbunyi. Hyerim mendiamkan hal itu, Jungkook tidak suka jika Hyerim menyentuh barang pribadinya tanpa ijin. Saat panggilan pertama berhenti, tidak lama ada panggilan lain yang masuk. Hyerim pun hanya melirik ponsel tersebut, ingin sekali meenjawab panggilan tersebut agar tidak mengganggu.
Saat panggilan yang ketiga kakinya Hyerim akhirnya tidak tahan dan melihat siapa yang sebegitu inginnya berbicara dengan Jungkook.
Jaein
Hyerim tersentak. Jungkook tidak pernah mendapatkan telpon dari wanita lain, semua yang dekat dengan Jungkook hingga staff EO tempat pamerannya selalu seorang laki-laki. Dan Jungkook sendiri sangat selektif untuk menyimpan sebuah nomor telpon seseorang.
Siapa Jaein?
Hyerim ragu-ragu untuk menyentuh ponsel tersebut, hanya saja rasa penasaran mendadak memuncak. Jungkook-nya tidak pernah menyimpan nomor ponsel wanita lain selain dirinya, Hyerim sangat tahu akan hal itu. Bertahun-tahun bersama Jungkook, bukan berarti dia tidak tahu seperti apa pria yang bersamanya saat ini. Hyerim pun mengambil ponsel tersebut, dan menggeser layarnya untuk menjawab si penelpon.

YOU ARE READING
Demon Painting
FanfictionObsession, Mutualism, Human, Blood, White Canvas and Destiny. The story about their decision to be a mutual, bring them to destiny on a white canvas.