4. Park Woojin (1)

1.9K 202 3
                                    

Park Woojin POV

Hai, namaku Park Woojin usiaku 20 tahun, mahasiswa tingkat awal di SNU jurusan Art & Design. Bisa berkuliah di SNU adalah suatu keajaiban. Aku bukanlah orang kaya seperti yang kalian bayangkan. Hidupku hanya berpatok kepada kata 'cukup' dan tidak berlebihan.

Aku lulus SMA dengan nilai yang cukup bagus pada usia 19tahun. Walaupun aku termasuk dalam kelompok orang cerdas di SMA, aku hanya bisa bermimpi untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Mengapa? kembali ke topik awal, hidupku hanya berpatok pada kata 'cukup'. Aku tak bisa memaksakan masuk universitas disaat keluargaku masih harus membiayai sekolah adikku. Aku mulai pasrah akan mimpiku untuk berkuliah tepat bersamaan dengan ayahku yang dipecat dari kantornya pada hari itu.

Aku tak bisa membiarkan hidup keluargaku kekurangan, ibuku sedang sakit dan tak bisa membantu ekonomi keluarga.
Sejak saat itu aku mulai mencari pekerjaan. Dimulai dari kerja part-time hingga diangkat menjadi karyawan tetap di sebuah perusahaan. Perusahaan melihat potensi serta kesungguhanku dalam bekerja, akhirnya mengangkatku menjadi kepala bagian dan naik lagi menjadi sekertaris CEO hanya dalam kurun waktu 4 bulan. Aku sudah bekerja di YOON Group kurang lebih 1 tahun. Hidupku mulai lebih dari kata 'cukup' walau tidak mewah.

Hari itu tiba, saat Ketua menelfonku di jam kerja.
"Halo sajangnim, apa ada yang harus kulakukan?"
"Eiy, sudah kubilang panggil aku hyung-nim saja."
"Ah ya hyung-nim."
"Woojin-ah.. Datanglah ke cafe biasa, ada yang ingin kubicarakan."
Ada apa ini? Tidak biasanya hyung-nim membahas pekerjaan di luar kantor.
"Ah baiklah hyung-nim."

Panggilan dimatikan. Ini aneh sekali, apa jangan-jangan....
Apakah akhir-akhir ini kinerjaku buruk? Apa aku akan mendapatkan surat PHK? Mustahil.
Bagaimana jika benar? Oke aku akan menyiapkan diriku dari sekarang.

Aku berangkat menuju cafe yang dimaksud dengan sedikit gelisah.
"Oh Park Woojin!" Hyung memanggil sembari melambaikan tangan untuk menunjukkan posisinya.
Aku membungkuk padanya dan mulai duduk.
"Apa yang ingin hyung bicarakan?" Tanyaku sopan.
"Apakah pekerjaanmu terlalu banyak?"
Apa benar ini tentang pemberhentianku? Aku bermonolog dalam hati.
"Tidak hyung, sejauh ini masih bisa kutangani."
"Kau terlihat sangat tergesa, santai saja aku tak akan mengurangi gajimu." ia tertawa santai.
"Mau pesan apa?" Tanyanya lagi.
"Tidak usah hyung aku sudah memakan bekalku."
"Baiklah, jika seperti itu. Aku akan langsung membicarakannya." Raut wajah hyung berubah serius.

Jantungku berdetak sedikit lebih cepat. Apakah ini yang dinamakan cinta?

Oke, sadarlah Park Woojin, ini bukan waktu yang tepat.
"Woojin, kau sudah bekerja keras selama ini. Aku menyadarinya dan ingin memberikanmu sebuah hadiah kecil."
Hyung mulai mengeluarkan map dan membukanya.
"Aku sudah mendaftarkanmu ke sebuah universitas. Kudengar kau sangat ingin berkuliah jadi aku berinisiatif untuk memberikanmu hadiah ini. Ini adalah berkas berkasnya, semua biaya akan ditanggung perusahaan. Kau bisa berfokus kuliah dan saat ada waktu luang kau bisa mengerjakan pekerjaan kantormu."
Hyung menyerahkan berkas-berkas itu padaku. Aku melihatnya sekilas "Seoul National University" dan terbelalak kaget.
"Hyung kupikir ini berlebihan, aku tidak bisa menerimanya. Lagipula mungkin nanti pekerjaanku akan terbengkalai."
"Tak ada penolakan. Terima saja, itu hanya hadiah kecil, aku percaya kau bisa."
Aku terdiam sejenak. Sebenarnya ini adalah kesempatan bagus.
"Baiklah hyung, aku tidak tahu harus mengucapkan kata apa selain terimakasih banyak. Aku akan bekerja lebih keras."
Hyung mengangguk.
"Ah ya, adikku juga masuk universitas yang sama denganmu tahun ini."
"Benarkah hyung? Siapa namanya? Mungkin nanti aku bisa menyapanya."
"Kau akan tahu sendiri." Ia mulai mendekat kepadaku dan berbisik

"Penampilannya terlihat mencolok." Ucapnya sambil tertawa. Aku terbengong ditempat.

Sungguh, baru kali ini aku tidak bisa membedakan apakah itu hanya candaan atau perkataan yang sebenarnya.
Setelah itu kami meninggalkan cafe karena harus menghadiri rapat.

I Choose to Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang