10. Confession

1.6K 164 0
                                    

Woojin dan Jihoon sampai di kampus tepat waktu. Lebih tepatnya, tepat waktu sampai di parkiran. Mereka akan terlambat jika tidak cepat bergegas menuju kelas. Untung saja mereka sudah menyantap sarapan kilat ala Park Woojin. Ya, 1 lembar roti diolesi dengan selai strawberry kesukaan Jihoon. Setidaknya itu dapat mengisi tenaga mereka untuk berlari hari ini.

Akhirnya mereka berpisah di parkiran tanpa mengucapkan salam perpisahan.
Beruntung kelas Woojin tidak terlalu jauh dari parkiran, ia masuk kelas sebelum dosen datang.

Jihoon masih berlari untuk menuju kelasnya dan terhenti saat seseorang memanggilnya.
"Park Ji!" Daniel melambaikan tangannya kepada Jihoon.
"Oh, Daniel hyung! Aku sudah terlambat, aku akan menemuimu nanti." Jihoon hendak berlari lagi, nafasnya terengah-engah.
"Park Ji tunggu!" Daniel berseru.
Jihoon berhenti.
"Hyung... aku benar-ben-" Ucapan Jihoon terpotong.
"Kelasmu diundur Ji..." Daniel menyela.
Jihoon terdiam kikuk. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"B..Benarkah?"
Daniel mengangguk yakin dan Jihoon menghela nafas lega. Ia bersyukur karena tidak jadi telat.
"Lalu... apa hyung tidak ada kelas?" Jihoon yang bingung karena Daniel pun belum masuk kelas.
"Tentu saja ada, nanti siang. Aku datang pagi karena ingin membicarakan sesuatu denganmu Ji."
Apakah aku berbuat kesalahan? Pikir Jihoon. Ia bingung karena raut wajah Daniel terlihat serius.
"Baiklah." Jihoon menyetujui karena tak ada alasan untuk menolak.

🐕🐕🐕

Taman kampus, menjadi tempat favorit mahasiswa/i untuk bersenda gurau, menenangkan diri, bahkan mengerjakan tugas. Tempat ini nyaman dan teduh karena banyak pepohonan dengan tinggi menjulang yang menghalangi sinar matahari.

Daniel dan Jihoon duduk bersebelahan di sebuah bangku.
Daniel membuka pembicaraan dengan wajah seriusnya.
"Park Ji..." Panggil Daniel lembut.
"Ya hyung.." Jihoon menoleh dan mereka saling bertatapan.
"Aku tahu, ini mungkin terlalu cepat. Tetapi aku tidak suka basa basi."
Jihoon hanya terdiam mendengarkan.
"Aku menyukaimu Ji.."
Jihoon berkedip. Apa aku salah dengar? Seorang senior terkenal seperti Kang Daniel menyukaiku?
"A..Apa?" Tanya Jihoon memastikan.

"Aku menyukaimu." Daniel mengucapkannya lagi.
Jihoon yakin kali ini ia tidak salah dengar. Daniel hyung benar-benar menyukainya!
"T..tapi bagaimana bisa?" Jihoon terlihat kebingungan dan tidak tahu harus menanggapi apa.
"Sebenarnya aku sudah memperhatikanmu sejak awal. Aku meyukaimu sejak pertama kali kita bertemu."
Jihoon mengangguk dan terdiam kikuk. Ia harus berkata apa sekarang?

"Aku tidak membutuhkan jawabanmu hari ini, kau bisa memikirkannya dahulu jika kau ingin."
Jihoon terdiam sebentar sebelum menjawab Daniel.
"Hyung maafkan aku tetapi sepertinya aku memang membutuhkan waktu."
Jihoon menunduk menyesal.

Daniel yang melihat Jihoon tertunduk lalu memegang tangan Jihoon. Akhirnya Jihoon menegakkan kepalanya untuk menatap Daniel.
"Hey, tidak apa. Santai saja.." Daniel kembali tersenyum hangat.
Jihoon mengangguk dan ikut tersenyum.

Jihoon meninggalkan Daniel dan beralasan ingin ke toilet. Tentu saja itu hanya sebuah alasan karena yang Jihoon lakukan di toilet hanya mencuci mukanya lalu menatap bayangan dirinya lewat cermin di depannya.
Berbagai macam pikiran berkecamuk di dalam kepalanya.

Apa aku terlihat menarik di mata Daniel hyung?
Bagaimana bisa Daniel hyung tertarik padaku?
Apa aku harus menerima Daniel hyung?
Jihoon berbicara dengan cermin di depannya. Ia mengusap wajahnya kasar lalu menghela nafas.

Daniel memang bersikap baik terhadap Jihoon dan Jihoon menyukainya. Tetapi tidak begitu, Jihoon pikir Daniel terlalu sempurna untuknya. Maksudnya, banyak sekali wanita dan bahkan pria lain yang mengagumi Daniel. 1 pertanyaan Jihoon, mengapa Daniel memilihnya?
Dan juga, Jihoon hanya menyukai Daniel sebagai....

I Choose to Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang