17. Worried

1.9K 194 19
                                    

Jihoon dibawa masuk kedalam gang sempit dan tubuhnya dilemparkan ke barang-barang bekas yang ada disana.
Kepalanya terbentur oleh meja, tidak keras memang tetapi itu membuatnya pusing.

Jihoon mencoba bangkit dengan sisa tenaganya.
"Pegang dia!" Ucap salah seorang lelaki.
2 orang datang dan mencengkram keras lengan Jihoon agar tak memberontak.

"Lepaskan aku sialan! Apa mau kalian!?" Jihoon bergerak gelisah. Mata Jihoon memerah karena menahan tangis.

"Apa mau kami? Cih.. Berani sekali kau manis." Lelaki yang berada di depan Jihoon mulai mengelus dan membelai pipi Jihoon.
"Lepaskan tanganmu dariku!" Jihoon menendang lelaki yang ada di depannya dengan keras, hingga lelaki itu tersungkur. Beberapa temannya langsung membantu bos nya itu untuk berdiri.

Bukannya kesakitan karena ditendang Jihoon, lelaki itu malah tersenyum miring.
"Berani juga kau." Ucapnya.
"Geledah isi tasnya! Ambilah handphone dan uangnya segera!" Titah lelaki itu pada temannya.

Temannya dengan cepat menggeledah tas Jihoon.
"Tak ada barang berharga Bos! Hanya ada buku." Lapor seseorang.
Pria itu tersenyum dan mulai berjalan mendekat kearah Jihoon.

"Pegang kakinya." Titah lelaki itu lagi.
Setelah memastikan Jihoon tidak bisa bergerak. Pria itu mulai meraba badan Jihoon.
"Jangan sentuh aku bodoh!" Jihoon memaki.

Air mata mulai mengalir dari matanya. Jihoon tidak bisa! Ini namanya pelecehan.
"Mulutmu berisik sekali manis." Lelaki itu tersenyum miring sambil mengelus pipi Jihoon.
"Haruskan ku bungkam bibir manismu dengan milikku?"
"Tidak! T..tolong jangan lakukan itu hiks." Jihoon berbicara sambil menangis.

"Baringkan dia di meja itu!" Titah Bos itu lagi.
Anak buahnya dengan cepat membawa Jihoon yang memberontak pelan. Jihoon kehabisan tenaga, matanya mulai berkunang-kunang.

Ia belum sempat mengisi perutnya, tenaganya sudah habis karena berlarian, memberontak serta berteriak.

Lelaki itu mulai mendekati Jihoon sambil tersenyum puas.
Tangan dan kaki Jihoon masih dipegangi sehingga ia tidak bisa bergerak banyak.
"To..tolong jangan lakukan ini." Ucap Jihoon lemah. Air matanya masih saja mengalir karena sekarang Jihoon makin ketakutan.

Lelaki itu mulai memposisikan badannya diatas Jihoon, ia menahan kedua lengannya di samping kepala Jihoon. Tidak sampai menindih Jihoon tetapi itu sangat dekat.
Wajahnya mulai mendekat, dan bersiap untuk membungkam mulut Jihoon.
Jihoon memalingkan wajahnya sambil menangis.

"Kau tidak ingin kucium? Apa kau tidak tahu bahwa ini sangat memabukkan?"
Jihoon tidak menjawab dan hanya menangis sesegukan.
Akhirnya lelaki itu mencengkram dagu Jihoon agar menghadap kearahnya. Ia mendekatkan lagi wajahnya untuk mencium Jihoon.

Jihoon tidak bisa mengelak karena dagunya dicengkram keras, sehingga yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah dan memejamkan mata, tidak ingin melihat wajah lelaki itu yang akan menciumnya.

1 senti lagi bibir lelaki itu mengenai bibir Jihoon. Namun, kegiatannya terinterupsi oleh seseorang yang menarik kerahnya dengan keras dari belakang.

"Apa yang kalian lakukan brengsek!!" Teriak Woojin.

Lelaki itu tersungkur setelah mendapatkan pukulan keras dari Woojin. Yah, beruntungnya Woojin datang tepat waktu.

Teman-temannya yang melihat bos mereka terjatuh langsung melepaskan serta mendorong Jihoon hingga terjatuh dan kepalanya terbentur lemari bekas disana.

Woojin yang melihat Jihoon, segera menolong nya. Sementara Daniel, ia tidak banyak berbicara. Daniel lebih memilih untuk mulai menghajar mereka satu persatu.

I Choose to Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang