Jihoon tertidur di dalam mobil saat perjalanan pulang. Mereka sampai di rumah tepat saat Jihoon membuka matanya.
"Kau bisa berjalan ke kamarmu sendiri kan?" Tanya Woojin was-was. Sepertinya ia tidak akan sanggup jika Jihoon menyuruhnya untuk menggendong naik ke kamarnya di lantai 2. Woojin seketika menyadari betapa menderitanya Sungwoon hyung jika Jihoon sedang sakit. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana bisa hyung yang notabene mempunyai badan lebih kecil darinya menggendong Jihoon yang seperti ini.
Setelah kesadaran Jihoon kembali sepenuhnya ia hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Woojin dan keluar dari mobil.
Woojin menyimpan makanan yang dibelinya tadi saat perjalanan pulang di meja.
Jihoon hendak menaiki tangga untuk menuju kemarnya saat...
"Kau mau kemana Park Jihoon?" Woojin bertanya dengan wajah datarnya.
"Tentu saja ke kamar, dan mungkin tidur?"
"Tidak." Woojin menolak.
Jihoon memiringkan kepalanya pertanda ia kebingungan dengan penolakan Woojin.
"Kemari dan makan." Woojin berucap kembali.
Jihoon mengedikkan bahunya cuek, lagipula ia juga sedang lapar saat ini. Jihoon akhirnya menuju meja makan dan membuka plastik yang dibawa Woojin.
"Waahh Chicken!" Jihoon berseru riang.
"Kapan kau membelinya?" Jihoon bertanya antusias.
Woojin berjalan menuju kursi ruang tamu dan mulai membuka laptopnya.
"Tadi." Woojin menjawab singkat.
"Mengapa aku tidak tahu?" Tanya Jihoon bingung.
"Kau. Tidur."
Ah ya benar, ia melupakan bahwa ia tadi tertidur dalam perjalanan pulang."Bereskan piringnya setelah makan lalu segera bantu aku menyelesaikan pekerjaan." Woojin berucap tanpa menoleh kearah Jihoon.
Jihoon hanya mendengarkan. Keadaan hening setelahnya.Ah pupus sudah harapanku untuk beristirahat di kasur yang empuk. Batin Jihoon
Jihoon sangat tidak menyukai suasana hening atau canggung. Apakah kita akan terus canggung seperti ini untuk 2bulan kedepan? Jihoon berpikir.
Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya.
"Apa kau benar kekasih Lee Daehwi sunbae?" Jihoon bertanya sambil mengunyah makanan nya.
Woojin tidak menjawab dan fokus dengan pekerjaannya.
"Seongwoo bilang akhir-akhir ini kau jarang bersama dengannya." Ucap Jihoon lagi.
Woojin masih fokus terhadap laptopnya dan mengacuhkan Jihoon.
JIhoon tidak menyerah.
"Em.. Apa mungkin... Kalian pernah berciuman?" Jihoon bertanya lagi.
Woojin melirik Jihoon untuk memberikan tatapan dinginnya, lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
Tahan Woojin, tahan. Woojin berbicara dalam hati.
Jihoon terkekeh. Entah mengapa ini berubah menjadi sangat mengasyikkan. Ia ingin melakukannya lagi.
"Ah, jika kau tidak menjawab aku tebak kau belum berhasil mencium Daehwi sunbae?"Kesabaran Woojin hampir habis.
"Diam atau aku sendiri yang akan membungkam mulutmu." Kalimatnya terdengar dingin seperti ekspresi datarnya.
Jihoon tidak takut, ia pikir itu hanya ancaman biasa. Woojin tidak mungkin berani macam-macam padanya.
"Mungkinkah.... Kalian sudah putus? Ah sayang sekali." Jihoon mengeluarkan ekspresi pura-pura sedihnya.
"Daehwi sunbae yang malang."Woojin menahan dirinya sejak awal. Ocehan Jihoon membuatnya tidak fokus pada pekerjaannya. Woojin sebenarnya tidak ingin perduli tetapi entah dengan alasan apa, ia ingin membuat Jihoon diam. Pekerjaannya ini tidak bisa dikerjakan dengan main-main.
"Kesabaranku sudah habis." Tatapan dingin itu lagi.Woojin mendekat kearah Jihoon.
Jihoon kaget saat melihat Woojin berjalan mendekatinya, Ia lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mundur. Tatapan Woojin yang seperti ini sungguh membuat Jihoon ketakutan.
Woojin terus mendekatinya hingga punggung Jihoon membentur dinding dan tidak bisa mundur lagi. Woojin meletakkan tangannya di sebelah kepala Jihoon dan mengunci pergerakannya.
"M...Mau apa kau?" Jihoon mencoba menatap Woojin dengan berani walau sebenarnya ia sangat ketakutan. Jantungnya berdegup dengan cepat.
Woojin mendekatkan bibirnya ke telinga Jihoon dan berbisik.
"Kau sudah berani-beraninya membuat kesabaranku habis maka dari itu kau harus dihukum!" Ucapnya degan nada mematikan.
Tangan Jihoon terasa sangat dingin sekarang. ia sangat gugup dan ketakutan.
Woojin seharusnya tidak berani macam-macam padanya.
"AKAN KULAPORKAN KAU PADA HYU-" Jihoon berteriak dan ucapannya teputus saat Woojin mempertemukan bibirnya dengan bibir Jihoon.
Jihoon menutup matanya dan mematung karena terkejut.
Woojin merasakan bibir Jihoon yang sangat manis. Sangat pas dengan bibirnya dan ia menginginkan lebih. Tetapi tidak!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose to Love You [END]
Short StoryPark Jihoon seorang mahasiswa baru di kampus ternama yang terletak di seoul. Dalam satu hari hidupnya berubah drastis dari mahasiswa menjadi CEO sebuah perusahaan. Apa dia sekertaris yang dimaksud hyung? Oh Tidak!! Ini bukan berita bagus. "Tidak bis...