18. Hurt [END]

2.8K 208 29
                                    

Woojin terbangun dari tidurnya sambil menggenggam tangan Jihoon yang berada disampingnya. Woojin masih setia menunggui Jihoon hingga saat ini. Kira-kira sudah 24 jam lebih Woojin menjaga Jihoon, dengan duduk disebelah ranjang rawatnya.

Beberapa kali punggung Woojin merasakan nyeri, karena terlalu lama duduk dan bahkan Woojin pun tertidur sambil duduk. Tetapi, sepertinya Jihoon belum juga berniat untuk membuka matanya.

Woojin mengamati wajah Jihoon yang sangat manis walau dengan mata tertutup dan wajah pucat. Pikiran Woojin melayang pada kejadian semalam dimana Sungwoon hyung memanggilnya untuk berbicara berdua di balkon rumah sakit.

"Woojin.."
"Ya, Hyung."
"Ini semua bukan salahmu. Untuk sementara, aku masih membutuhkan bantuanmu untuk menjaga Jihoon hingga ia sadar, karena aku masih harus menangani perusahaan." Sungwoon menghentikan ucapannya seraya menengadahkan kepalanya keatas. Ia merasa sulit untuk membicarakan hal ini pada Woojin.

Sedangkan Woojin sendiri, sedang menunggu lanjutan dari dari perkataan hyung atau sajangnim nya dengan gelisah. Ia tahu bahwa ini tidak akan berjalan dengan baik.
Setidaknya ia harus berterimakasih karena diizinkan untuk menjaga orang yang dicintai nya 'Park Jihoon'. Walaupun pada akhirnya ia gagal menjalankan tugasnya.

"Setelahnya..." Sungwoon melanjutkan perkataannya, tetapi terhenti lagi kala Woojin menginterupsinya.
"A..apa aku akan dipecat hyung?" Woojin bertanya dengan gugup.
Woojin sudah menyiapkan hati dan mentalnya untuk mendengarkan jawaban 'Ya' dari Sungwoon. Tetapi...

"Apa yang kau fikirkan Woojin! Aku tidak mungkin memecat karyawan terbaik di perusahaan." Sanggah Sungwoon dengan senyuman tersungging di bibirnya.

"Benarkah hyung?! Ah, Terimakasih hyung!" Woojin membungkuk berkali-kali untuk menunjukkan rasa terimakasihnya.

"Oke cukup Woojin, aku belum selesai bicara denganmu." Wajah Sungwoon kembali serius.

🐕🐕🐕


3 hari berlalu begitu cepat. Jihoon masih belum membuka mata indahnya.

Hari ini, masih Woojin dengan kantung mata dan rambut berantakan nya yang menunggui Jihoon. Setelah dokter mengatakan kondisi Jihoon stabil, hyung dan ibu Jihoon semakin sibuk di kantor dan tak ada yang menjaga Jihoon, maka dari itu Woojin meminta izin tidak masuk hingga Jihoon sadar. Beruntungnya hyung memeberinya izin.
Bahkan Woojin pun bolos kuliah demi menemani Jihoon.

Daniel dan Seongwoo sering berkunjung untuk menjenguk Jihoon. Mereka bergantian menunggui Jihoon selama Woojin mengisi perutnya, maupun saat ada sedikit urusan pekerjaan. Namun, hari ini mereka tidak bisa datang karena ada kesibukan masing-masing.

Perut Woojin sebenarnya sudah berbunyi sejak 2 jam yang lalu, namun ia menahannya karena tidak ingin meninggalkan Jihoon sendirian.

Kruukkk...

Ah sial, perut ini tidak bisa diajak kompromi. Pikir Woojin sambil menyalahkan perutnya sendiri.

Tidak lama kemudian perutnya mulai merasakan sakit. Akhirnya Woojin memutuskan untuk mengisi perutnya sebentar di kantin rumah sakit.

🐕🐕🐕

[Jihoon POV]

Aku membuka mata dengan pelan, membiasakan cahaya ruangan yang masuk melalui retina mataku.

Kedip

Aku melihat warna yang didominasi dengan putih.

Kedip

Warna lain mulai bermunculan.

Aku menggerakan kepala perlahan ke kiri dan aku melihat ada meja berwarna putih dengan segelas air minum dan buah buahan diatasnya
Kugerakkan lagi kepalaku ke kanan, seketika kurasakan pusing mulai mendera

I Choose to Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang