11

35 6 0
                                    

Mencintai tanpa permisi.

Seperti biasa kini aku bersama kawan mapala berkumpul kembali untuk membahas kunjungan kami ke Bandung. Kali ini kami berada di taman kampus, tempatnya cocok untuk berdiskusi. Aku sangat tidak sabar mengenai kunjungan kami ke Bandung makanya grup chat mapala tidak pernah sepi. Kadang ribut membahas yang tidak penting, kadang terlalu serius hingga tanda seru pun keluar. Aku bahkan sangat terhibur dengan kelakuan mereka yang terkadang seperti anak kecil. Aku, Rani dan Yosi duduk paling belakang diantara para cowok. Bukan berarti mereka ini jahat ya membiarkan cewe dibelakang. Kata Adam wanita yang baik adalah dia yang selalu menjadi makmum untuk pria. Maka dari itu, kami duduk dibelakang atas perintah sang ketua tim.

"Disini kalian sudah mencari tahu bagaimana curug malela?" Adam bertanya pada kami.
Adam berdiri sedangkan kami duduk. Karena jika kami semua duduk maka keadaan akan tidak efektip.

Aku mengangkat tanganku untuk menjawab pertanyaan Adam. Dan Adam pun mempersilahkan aku untuk berdiri ditempat.

"Ok Dam jadi gini mengenai kunjungan kita ke Bandung, curug malela. Kita harus mengetahui akses jalan, internet dan juga warga sekitar. Mengenai semua itu saya sudah mencari tahu. Jikalau kita mengenakan kendaraan pribadi disarankan untuk menggunakan mobil off road. Kemudian pasti disana juga kita akan menginap, tidak ada salahnya jika kita menginap dirumah warga. Karena kebetulan warga sekitar curug malela itu ramah-ramah dan tentunya kita juga harus tahu diri. Kita juga disana membutuhkan jasa tukang ojek, oleh karena itu kita harus siap mencatat nomornya. Agar kita tidak repot saja Dam. Dan untuk internet, telkomsel dan indosatlah yang tertangkap dengan baik. Jadi, jika kita ingin tetap berkomunikasi disarankan untuk menggunakan kartu tersebut".

"Ok gue terima saran lo Humai, bagus. Itu artinya banyak yang harus kita persiapkan. Salah satunya adalah kamera jika kita ingin mengabadikan  moment. Dan apa disini ada yang mempunyai kamera?".

Pertanyaan Adam disambut baik oleh Amar.
Amar mengangkat tangannya "gue ada. Kalian belum tahu kalo gue ini potographer kampus ternama?".

Krikkk..

Krikkk..

Krikkk..

Semuanya terdiam tidak menanggapi Amar yang sedang kumat. Bayangkan saja dia berdiri dengan pedenya sambil mempraktikan gaya ala potographer. Setelah dia sadar apa yang dilakukannya menjadi sorotan mata tajam, akhirnya dia kembali terduduk dengan wajah tanpa dosa.

"Ok kamera sudah ada, potographer juga sudah ada. Jadi kita disana tidak perlu lagi menyewa orang untuk mengabadikan moment kita. Disinikan sudah ada Amar" lanjut Adam.

Amar tersenyum bangga namun sepersekian detik senyumnya berubah jadi wajah kikuk " jadi maksud lo gue gak ikutan di foto gitu? Enak aja!".

Sam tertawa meledek "lah kan lo yang jadi potographernya masa lo ikutan di foto si. Terus yang motoin kita siapa?".

"Kali ini gue rugi jadi potographer!" Tutur Damar dengan suara parau.

Semuanya tertawa kecuali Amar yang sedang kesal. Namun tawa kami terhenti saat Adam berdehem kecil.

Hening..

Hening..

Sebelum Adam kembali berbicara kini Yosi menambahkan dengan sedikit mengerutkan dahinya "emmm ngomong-ngomong Dam, kita kesana mau ngapain ya?"

"Panjat tebing?" Tutur Sam.
"Atau...." tutur Dani
"Arung jeram?" Lanjut Egar kali ini.

Aku dan yang lainnya hanya manggut-manggut kepala. Setelah semuanya diam tanpa ada sepatah katapun, Adam kembali melanjutkan "nah ini! Yang belum kita bahas. Disini kalian bebas mau milih yang mana. Dan kita akan memilih suara terbanyak apa yang Sam sama Egar sarankan bahkan kita bisa melakukan keduanya dan ya kita di Bandung bukan hanya panjat tebing ataupun arung jeram, kita disana akan mengeksplor kota Bandung. Jadi, siap-siap aja ok".

Don't Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang