Tidak apa jika hanya aku yang menyimpan segala rasa karena aku penikmat rasa. Do'a kan saja aku agar tidak lelah menghadapi rasa ini sendirian.
Aku menghempaskan tubuhku ke tempat ternyamanku. Dialah kasur tempat ternyamanku. Aku ingin cepat-cepat berlalu melewati hari yang panjang ini. Namun mata ini seolah enggan untuk memejamkannya. Mereka setia padaku, mata yang tidak akan terpejam jika pemiliknya belum mengizinkannya, air mata tidak akan menetes sebelum pemiliknya menginstruksikan untuk menangis. Dan sekarang aku ingin mengintruksikan air mata untuk keluar dari sarangnya.
Jika hukum di Indonesia
Tumpul keatas dan tajam ke bawah.
Maka buatlah aku untuk tumpul kepadanya
Dan biarkan aku tajam pada perasaanku.
Agar aku bisa menghilang sama sepertinya.[Azhar pov]
Di tengah malam yang sunyi, sangat sunyi hingga aku hanya mendengar dentingan jarum jam. Semua orang sedang terlelap mengistirahatkan diri. Angin yang menyusup menghembus sela-sela kamarku membuatku ingin cepat-cepat menarik selimut, kau tahu? Ini sangat dingin.Mata ini enggan untuk terpejam, padahal sudah sangat kantuk.
Aku teringat saat aku masih duduk di bangku SMP saat masih puber dulu hehe ibuku pernah mengatakan.
"Azhar masih terbangun?".
Aku hanya tersenyum kemudian bangkit dan menjawab "iya bu".
Ibuku mengelus pucuk kepalaku kemudian dia mengatakan lagi.
"Azhar, jika kamu terbangun di tengah malam itu tandanya Allah sedang ingin bertemu denganmu".
Aku mencerna baik-baik perkataan ibuku. Dan sekarang aku mengerti setiap kali aku terbangun maka aku akan melakukan shalat tahajud. Mungkin karena Allah sedang rindu padaku.
Aku menghembuskan nafas gusar karena aku masih terbayang dengan sosok wanita cantik yang anggun dengan pakaian tertutupnya.
Dia yang kesal kepadaku lalu pergi meninggalkanku begitu saja dan... yahhh dia juga yang membuatku terkesan dengan jawaban yang dia lontarkan atas pertanyaanku. Wahh dia wanita yang punya pemikiran luas.
Berhenti memikirkan tentang siapa wanita tersebut dan sekarang saatnya aku tidur kembali.
[Azhar pov end]***
[Back to Humai pov]Kenapa hari ini begitu melelahkan. Dan sekarang aku terbangun padahal aku ini sangat ingin tidur. Kulirik jam dinding dan sekarang pukul 1.45 aishh menjengkelkan.
Namun aku takut saat aku hanya mendengar dentingan jam rasanya seperti film horor.
Dan angin malam ini selalu mengibaskan gorden jendelaku membuat suasana semakin tegang. Dan satu lagi aku tidak bisa tidur jika lampu dimatikan.Jujur aku ini penakut meskipun ayah ibuku selalu menegur sikap kekanakanku ini. Saat aku menarik selimutku lagi entah mengapa telingaku ini sangat peka dengan suara-suara horor, seperti malam ini aku mendengar suara gesekan sendal yang semakin mendekat ke kamarku.
Aku terus berdo'a memohon perlindungan dan suara itu semakin terdengar jelas. Keringat dingin sudah ku keluarkan, lidah terasa kelu dan kakiku terasa amat sulit untuk digerakan. Tiba-tiba glekkk... suara pintu kamarku terbuka dan ini membuatku sangat takut. Aku berteriak "pergi..jangan ganggu aku..... pergii kau..".
Dan apa yang terjadi dia malah semakin mendekat dan sekarang dapat kurasakan dia duduk di tepi ranjangku.
"Kamu ini..udah besar kelakuan masih kaya anak kecil".
Suara ini menenangkanku dan kuberanikan diri untuk membuka selimut yang membalut tubuhku dari bawah sampai ke atas kepala"Alhamdulillah.. ibu ini ngagetin aja".
Ibuku memukul tanganku pelan dan dia sedikit memonyongkan mulutnya karena aku ini menyebalkan "ayo shalat dulu ibu sama ayah mumpung masih belum tidur. Biasakan memanfaatkan waktu!".
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Remember Me
Espiritualpenantian yang dinanti tumbuh menjadi penantian yang tertinggal. Rasa yang membekas sulit untuk diobati, hingga akhirnya ada sebuah akhir yang menjadi titik akhir. Don't R e m e m b e r Me .