Katakan apa yang ingin kau katakan. Jangan menjauh, menghilang apalagi tidak mengenalku.
Kebetulan hobiku dengannya sama yaitu membaca novel. Sudah biasa jika aku dan Lira berjam-jam di Gramedia, bukan karena kami sibuk mencari buku melainkan kami akan membaca bukunya disana kemudian kami akan membeli buku yang lain. Jika dirasa sudah terlalu lama aku dan Lira akan memfoto setiap halaman novel yang belum sempat dibaca. Ternyata gratisan itu enak hehe.
"De lihat deh covernya bagus ya?" Tutur Lira dengan memamerkan novel kepadaku.
Aku hanya mengangguk karena kurasa itu tidak penting.
"Ihh Humai lihat dulu, serius ini bagus!".
Kalo Lira sudah memaksa dia seperti anak ayam yang kehilangan induknya hufhh. Ketika aku hendak melihat cover novel yang Lira tunjukan tiba-tiba.
"Lohh kalian.." suara berat ini, dia yang jadi buah bibir kampus ada disini?.
____________________________________Ketika aku mendengar suara berat tersebut sepertinya aku mengenalnya dan saat aku mendongkak ke atas aku langsung berdiri memberikan salam.
"Ahh Assalamualaikum pak".
"Mm iya waalaikumsalam".
Lira sempat bingung apa yang harus dia lakukan, kemudian Lira berdiri dan hanya tersenyum kikuk.
Kulihat dari tangannya dia sedang memegang sebuah buku yang kutebak itu adalah novel yang sedang kubaca saat ini."Kalian ternyata ada disini juga, sejak kapan?".
Kali ini Lira yang sangat antusias ingin menjawab "sejak pagi pak hehe".
Wajahnya tampak kaget tidak percaya "penjaga toko dong ya" ia tersenyum renyah.
Aku dan Lira hanya tersenyum sebagai jawabannya.
Dia berdehem kecil "khem kalo gitu saya permisi dulu ya".
Aku dan Lira kembali tersenyum kikuk didepannya kemudian mempersilahkannya untuk pergi dengan sopan.
Hal yang paling berat adalah melupakan seseorang yang sedang aktif di perbincangkan di otakku. Lelah memang, aku ingin cepat-cepat melupakan, meredakan semua yang bersarang di otakku tentangnya.
Aku ingin kembali menata hati untuk tidak lagi memikirkannya, tidak lagi berharap padanya, tidak lagi selalu tentangnya. Cukup sudah aku ini lelah.
"Huaaa Mai diakan pak Azhar dosen baru kita, dosen ganteng dan sekaligus muda, dosen pengganti pak Rangga, ahh tampannya" Lira sangat antusias membicarakannya hingga dia tak henti-hentinya berbicara.
"Huh biasa aja kali Ra, gantengan juga bapak gue".
"Ganteng si tapi.... udah kendor gitu kulitnya" dia bicara seenak jidat, ekspresinya terlihat murung meledek dan ini membuatku kesal.
Aku hanya diam tanpa ekspresi bodoamat dengan apa yang dikatakan Lira.
Dia menyenggol bahuku dengan bahunya "ahh becanda kali Mai serius amat".
Aku tetap diam.Duduk dengan tenang menunggu sesuatu yang akan datang, berharap apa yang dikatakannya memang benar adanya. Ya aku dan Lira kini duduk di sebuah tempat dengan nama yang cukup unik 'kedai penghilang rasa'. Unik bukan? Kurasa orang-orang ditempat ini mempunyai masa lalu yang kelam hehe.
Bayangkan saja mereka semua membuat poster yang ditempel pada setiap dinding yang bertemakan mantan, ada-ada saja memang.
"Ini mbak kopi capucino dan kopi susunya" ucap pelayan ramah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Remember Me
Spiritualpenantian yang dinanti tumbuh menjadi penantian yang tertinggal. Rasa yang membekas sulit untuk diobati, hingga akhirnya ada sebuah akhir yang menjadi titik akhir. Don't R e m e m b e r Me .