Author pov
.
.
.
Aktivitas para santriwan dan santriwati selama bulan Ramadhan berjalan dengan lancar dan khidmat.Seperti biasa, setelah melaksanakan shilat tarawih, para santriwan dan santriwati mebgaji sesuai jadwal mereka masing2.
Untuk santri putra tingkat Alfiyah mengaji kitab "Iqna'", yang di kaji oleh pak yai. Yang lainnya, ada yang nderes Qur'an, ada yang nderes kitab, bahkan ada juga yang bercengkrama ria.
Untuk santri putri, seluruhnya. Ya santri mukim(santri yang mondok) & santri kalong(santri yang hanya mengaji di pondok). Semuanya mengaji Al-Qur'an, dan di simak oleh bu nyai. Ya, kegiatan inilah yang paling di sukai oleh Nisa, saling menyimak bacaan Qur'an, dan saling membenarkan satu sama lain.
Tapi, hari ini Nisa tidak seperti biasanya.
Hidungnya merah, bibirnya pucat, dan badannya lemas. Ya, Nisa sedang sakit.
Ternyata hal itu yang membuat Nisa tidak fashih dalam bacaannya. Khoir, teman sekamar Nisa yang menyadari kejanggalan temannya itu setelah ngaji ia langsung menghampiri Nisa yang berjalan gontai menuju kamarnya.
" Nis, kamu gapapa?" Kata khoir sambil merangkul pundak Nisa.
Nisa hanya tersenyum sambil menengok ke arah Khoir.
" Koq senyum sih Nis? Bibir kamu pucet loh, kamu sakit?" Sambil mengarahkan tanganya ke kening Nisa.
"Astaghfirullah.. badan kamu panas Nisa. Kamu demam?"
Nisa hanya menggeleng.
"Kamu koq nggak bicara sih Nis? Kamu radang tenggorokan?" Ucap Khoir sambil menghadapkan Nisa agar menghadap dirinya.
"Hehe kayaknya sih iya Khoir" jawab Nisa dengan suara serak. "Tapi nggak parah koq" icap nisa sambil tersenyum dan memegang bahu Khoir meyakinkan.
" Masya Allah, suara kamu udah serak gitu, katamu nggak parah?" Kata khoir agak meninggi sambil berkacak pinggang.
"Hehe beneran Khoir" Nisa nyengir sambil membentuk jarinya seperti huruf V.
Khoir memutar bola matanya malas.
" Hadeuuh.. debat sama kamu tu ndak ada ujungnya ya nis? Udah Sekarang kamu pergi ke kamar istirahat aja ndak usah ikut ngaji dulu." Sambil mendorong Nisa pelan."Nggak, ini tuh nggak parah khoiir, ini cuma radang biasa, lagian ngajinya kan cuma ma'nai saja, ndak di suruh mbaca kan? Jadi, untuk apa aku ndak ikut ngaji?" Jelas Nisa panjang lebar.
"Terserah kamu deh nis" ucap khoir sambil meninggalkan Nisa menuju ke dapur BuNyai. Namun dengan segera Nisa memegang pergelangan tangan khoir.
"Eh eh, kamu mau kemana? Masa gitu aja marah sih? Ingat! Laa taghdhob wa lakal..?"
"Jannah" lanjut khoir dengan malas. "Ya robbiii.. aku tuh nggak marah Nisa kuuu sayang kuuu manis kuuu hidup dan mati kuuuu, aku mau ke dapur, mau bikin wedang jahe.. hadeeeuh sewot banget sih, lagi PMS kamu?!" Ucap lhoir panjang lebar sambil menyentuh pipi Nisa dengan kedua tangannya.
"Hehehehe iyaaa iyaa kamu bikin gih" ucap Nisa sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
Khoir pun pergi menuju dapur dan membuat wedang jahe untuk Nisa, agar radang tenggorokan nya agak baikan.
Ehh.. para readers tau nggak wedang jahe?
Wedang jahe itu teh hangat di kasih jahe yang udah di geprek.
Ada yang udah tau rasanya? Author pernah, rasanya tuh hangat hangat gimanaaa gitu di tenggorokan..😁✌
Ga tanya thor😒 eiitttssss.. sadar thor sadar!! /Plakk!!/💨Setelah ngaji Iqna' , lanjut ngaji tafsir yasin yang di kaji oleh Ustad Asruli. Jam ngaji beliau di mulai dari jam 20:00, sampai jam 22:00.
Disaat nisa meletakkan sandalnya, nisa melihat sandal Umar di tempat Akhwat.
"Sandal Umar?" Gumam nisa. Tapi nisa tak menghiraukan hal tersebut.
Nisa yang biasanya kuat ngaji sampai jam 22:00, hari ini dia malah tertidur karna pusing yang tak tertahan.
" Kita istirahat sebentar" ucap Ustad Asruli.
"Eh Nisa ketiduran tuh, aku pengen ke atas bentar, mau buang hajat. Anterin yukk khoir.." Rengek Ummah oada Khoir.
"Nisa sendirian dong?"
"Bentar aja, buang hajat aja koq. Suerr" ucap ummah sambil membentuk jari nya seperti huruf V.
" Emmmm iya deh, sekalian mau ambil minyak kayu putih buat Nisa"Ummah dan khoir pun pergi meninggalkan nisa sendirian.
.
.
.
.Gimana readers? Hehe makin gaje ya?😄 Atau gimana?
Maka dari itu, author butuh kritik dan saran nih.Jangan lupa tinggalin jejak😚🔯
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Salafiyah
Random" Jika aku tau semua akan berakhir seperti ini, maka aku akan memilih untuk memendam rasa ini dari pada mengungkapkan nya" Khoirun Nisa " Nama mu telah terukir di hati ku, dan akan ku jaga ukiran ini sampai aku datang menjemput mu. Tak peduli sebesa...