"Boleh aku memegang tanganmu"tanyaku saat gadis itu datang ke acara fansign Bangtan.
Beberapa hari ini tidurku terganggu, kalian tau sendiri kan bahwa aku ini dikenal sebagai manusia es yang bisa tidur dimana-mana. Tapi ini benar-benar beda. Sosok itu terus mengganggu pikiranku.
Aku menelusuri lorong gelap saat aku hendak kembali ke apartemenku. Disini cukup sepi sehingga aku tak takut berjalan tanpa melakukan penyamaran. Lagian, apa peduliku dengan hal-hal yang ditakuti manusia pada umumnya di tempat gelap dan sepi ini.
Srekkk srekk....
Aku menoleh ke segala penjuru setelah mendengar suara benda seperti diseret. Awalnya aku tak menghiraukan suara aneh itu dan kembali berjalan.
Brukk..
Suara seperti benda terjatuh sangat jelas ditangkap telingaku. Aku perlahan mendekati dua tubuh wanita yang jatuh tak jauh dibelakangku dan sukses membuat mataku melotot sambil sebelah tanganku menutup mulut.
Salah satu gadis itu berlumuran darah dibagian leher dan pergelangan tangannya dengan kondisi yang sudah tak lagi bernyawa. Dan satu lagi, gadis ini sangat aneh dia terus berguman "Bukan aku! Aku hanya menyelamatkannya"dengan mulut terbuka menampilkan sepasang gigi taringnya yang tak terlalu panjang itu.
Aku bingung antara ingin menyelamatkan tapi aku tak terlalu berani saat memandang gadis yang masih meracau tak jelas itu. Kulitnya pucat melebihi kulitku, rambut blonde yang berantakan, serta tak lupa dengan sepasang taring yang kusebutkan tadi.
"Hey Yoon! Kau harus menyelamatkannya" batinku sambil mulai membopong tubuh gadis itu.
Saat aku mencoba membantunya berdiri, sepasang mata birunya menatapku nyalang. Ditepisnya kasar tanganku dan segera berjalan cepat meninggalkanku. Dia sepertinya sudah sehat melihat dia saat itu berjalan dengan baik. Dan yang paling anehnya saat mataku memperhatikan punggung hoodie yang dipakainya bertuliskan nama 'Min Yoongi BTS'.
Apakah dia seorang army?dia penggemarku?
Ternyata aku tidak salah, yang kulihat kemarin itu adalah gadis yang sama dengan gadis yang datang ke acara fansign bangtan kemarin. Bukan tanpa alasan aku meminta untuk menggenggam tangannya dan yang kurasakan benar, tangan itu sangat teramat dingin.
Chacha? Aku sangat penasaran dengan gadis itu. Kulit pucat dengan bibir merah darah yang memberi kesan cantik tapi misterius. Sebenarnya kau siapa? Dan apa yang kau lakukan malam itu?
Aku mengemudikan motor sport ku dengan kecepatan yang sedikit tinggi dengan pikiran yang tidak fokus membuatku tidak sengaja menabrak tubuh gadis yang tadi sedang berjalan. Tubuhnya terpental beberapa meter membuatku sangat khawatir dia sampai kenapa-napa.
Dengan cepat aku berlari mendekatinya dan mengulurkan tangan guna membantunya berdiri.
"Kau tak apa?" tanyaku pelan namun masih jelas didengar gadis itu.
Aku memerhatikan setiap sudut dan inci wajah gadis itu dan tak salah lagi, aku mengenalnya.
"Chacha?" tanyaku masih menggenggam tangan kanan gasis itu.
"Yoongi oppa?" tanyanya memastikan.
"Kau yakin tak apa? Tubuhmu terpental tadi" cemasku kini membuka kaca helm dikepalaku.
"Kau lihat sendiri aku baik-baik saja kan oppa?"
"Apartemenku tak jauh di depan, naiklah! Aku harus tanggung jawab dan mengobatimu" ajakku.
Setelah sampai di depan apartemen, aku langsung mengajak masuk Chacha dan kini gadis tengah duduk di sofa hitam ruang tamu.
"Kau yakin baik-baik saja Chacha-ssi?" pertanyaan yang sama. Aku melihatnya memutar bola matanya malas, apa ada yang salah dengan kalimatku?
"Kenapa harus memanggilku dengan embel-embel ssi? Apa aku terlihat setua itu?" tanyanya yang benar-benar mebuatku tertawa lepas. Sebegitu tidak senangkah dia dipanggil dengan embel-embel ssi?
"Baiklah aku minta maaf, jadi kupanggil Cha saja boleh?" tanyanku sambil mengusap air mata di sudut matanku karena tertawa terlalu lama.
"Itu lebih baik" balasnya singkat.
"Sebenarnya umurmu berapa? Kau masih sekolah menengah atas kan? Kelas 2 mungkin" kataku menerka-nerka.
"Huft! Apa aku sebegitu anak-anaknya hingga oppa menganggapku masih pelajar SMA?"
"Bukan begitu, hanya saja kau begitu menggemaskan layaknya anak-anak"
"Aku sudah kuliah semester dua jurusan ilmu psikolog" balasnya tanpa melihatku.
"Apa alasanmu memilih jurusan itu?" tanyaku lagi antusias.
"Alasanku ya kau" ucapnya cepat dan seketika dia menepuk pelan mulutnya. Mungkin dia keceplosan.
"Aku?" tanyaku menunjuk diriku sendiri.
"Maksudku kau itu ap-apakah k-kau harus tau oppa? Ah iya itu" sanggahnya cepat membuatku ingin sekali mencubit gemas pipi gadis itu karena ekspresinya barusan benar-benar menggemaskan.
"Berusaha mengelak tapi gagal, kau sangat lucu seperi itu. Jarak usia kita memang sedikit jauh, tapi sepertinya menjadikanmu adik kurang tepat. Pendamping hidup mungkin cocok".
"M-mwo?" tanyanya memastikan.(apa)
What? Apa-apaan mulutmu itu Yoon? Aku pun tak tahu aku barusan mengucapkan kalimat yang sukses membuat makhluk didepanku melotot tak percaya. Aku tak peduli dan aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Ah, lupakan saja" kataku tersenyum.
Kenapa beda dengan beberapa bulan yang lalu? Apa memang dia tidak mengingat kejadian itu, ataukah gadis yang menakutkan itu bukan dia!
Kulit pucat dengan mata biru itu, ah aku sungguh ingin lebih tahu siapa dia
YOU ARE READING
AFRAID[Jung Hoseok|Min Yoongi|Kim Chacha]
Fanfiction[On Going}... Zuka langsung menghampiri tubuh lemah itu dan dibawanya berbaring dikasur. Diamatinya tempat dimana Chacha tadi pingsan dan menemukan sebuah pisau lipat, pisau pemotong ikan, dan racun serangga. Zuka hanya bisa menggeleng frustasi deng...