Ladie mengguyur kepalanya dengan segayung Air dingin. Rasa dingin, kontan menyegarkan kepalanya yang seperti membara tadi.
Bagai mana bisa, seorang pria asing, tiba - tiba berbicara soal berkas?!
Berkas apa?
Bahkan Ladie sendiri tak tahu apa yang dikatakan Pria tua menyebalkan itu!*
Gudang, adalah satu - satunya tempat yang tidak disukai Ladie. Sehingga jarang bahkan tak pernah Ladie memasukinya.
Semua bukan tanpa alasan. Saat Ladie masih kecil dulu, ia mencari mainannya didalam karung yang Opa letakkan di gudang itu. Tanpa diduga, segerombolan Kecoa datang dan menyerbu Ladie. Ia menjerit - jerit, meraung dan berjanji takkan pernah mau lagi mendatangi Gudang itu.Setelah sekian Belas Tahun ia tak masuk kedalamnya, pagi ini, dikarenakan buku coklat milik Opa itu, Ladie sudah berdiri di ambang pintu gudang.
Perlahan, Gadis itu memutar anak kunci.Cklek
Pintu gudang terbuka lebar.
Ladie menutup matanya sesaat, tak dapat dibayangkan, bagaimana jika Kecoa - kecoa itu menuntut balas! Sebab dulu, Ladie menghabisi mereka dengan serangan Baygon.Gadis itu membuka mata, dan ia mengerjap - ngerjap. Kemudian mengucek matanya.
Gudang itu sama sekali tak nampak kotor, tak jorok dan tak bau kencing Kecoa! Dan tak ada pula sarang Laba - laba!Ladie melangkah pelan, kemudian menyalakan lampu.
Gadis itu tertegun cukup lama.
Di dalam gudang, terdapat sebuah motor tua nan antik. Motor yang sering Opa ceritakan padanya, bahwa Opa pernah memiliki sebuah motor yang setia membawanya berpetualang.Opa selalu menolak, ketika Ladie menanyakan keberadaan motor tua itu, Opa hanya menunjukkan sebuah Foto dirinya tengah bergaya di atas motor tersebut. Sekitar Tahun 1985 an.
'Gila, ini benar - benar gila! Motor ini ... Motor ini kini benar - benar kumiliki!'
Ladie meraba motor antik dengan cat berwarna kuning pucat itu.
'Ini sih, Dilan aja kalah keren!' lanjutnya.
Ladie meninggalkan kekagumannya pada motor antik itu. Ia melangkah menuju sebuah lemari kayu ukiran Jepara yang terkenal itu. Perlahan ia membuka laci tersebut.
Sebuah bungkusan plastik menghentikan pencarian Ladie.
ia mengambilnya, kemudian membukanya.Ladie bersorak sendirian, entah sejak kapan Opa mengetahui ukuran bajunya. Ladie mengenakan Rompi Jeans buntung dengan tulisan Vintage dibagian punggungnya.
The Ladie Of Kustom Sindikat
Wajah Ladie merona, kedua matanya berbinar - binar.
'Terimakasih Opa, Aku sayang padamu ....' bisik Ladie.
Matanya kembali bertumpu pada sebuah amplop berwarna coklat, yang diletakkan dibawah bungkusan tadi.
Ladie mengedarkan pandangan, kemudian membuka isi amplop tersebut.*
Ladie membawa amplop coklat itu beserta bungkusan plastik. Nanti, ia akan meminta Bona, sahabatnya untuk membantunya mengeluarkan motor antik itu.
Bonanza adalah sahabat kecil Ladie. Kini, ia membuka sebuah bengkel khusus dengan 'pasien' motor - motor 'uzur'.Bona juga lah yang ternyata selama ini turut merawat motor antik di dalam gudang itu.
TANPA SEPENGETAHUAN LADIE!
*
Ladie mengunci pintu kamarnya. Kadang - kadang, ada beberapa teman pria nya datang tanpa mengetuk pintu. Oh ya, Ladie memiliki teman pria yang mendominan. Teman wanitanya hanya Dua orang saja. Yang Satu Ria, temannya di Kampus. Satunya lagi Zahra, teman di tempat kerja.
Ria anak yang cerdas, tapi tidak pecicilan seperti Ladie. Dia anak seorang Pejabat Daerah di Kampung halamannya. Ia tinggal disebuah Apartment di Kota besar itu.
Sedangkan Zahra, dia gadis sederhana yang sering kena semprot Manajer di Resto. Akibat keteledorannya.*
'Berkas? Peta? Peta apa ini?' seru Ladie, ketika ia baru saja selesai membuka isi amplop coklat itu.
Ia merenung, mengingat lagi kedatangan Gunawan pagi tadi.'Apakah ini yang dia maksud? Ada apa dengan berkas ini? Aku benar - benar tak mengerti ...'
Ladie membolak - balik amplop tersebut.
SECREET
Tertera sebuah tulisan.
Ladie buru - buru menyimpan amplop itu disuatu tempat rahasia miliknya. Yakin, takkan ada Satu pun orang yang menemukan tempat rahasia itu*
Pagi datang, saatnya Ladie kembali pada kenyataan. Kenyataan bahwa pagi ini ia harus kembali pada pekerjaannya.
Gadis itu sedang bersiap, saat Andi, Gojek langganannya membunyikan klakson diluar sana."Bentar, Ndi!" seru Ladie. Ia buru - buru mengenakan sepatu Vans kesayangannya, lalu meraih tas selempang dan keluar lalu mengunci pintu rumah.
"Ndi, ke bengkel bentar ya," pintanya. Andi mengangguk. Ia sudah hafal bengkel mana yang akan dituju Ladie.
Motor melaju dengan kecepatan sedang. Menuju bengkel Bondan."Dan, sini!" seru Ladie, saat melihat Bondan tengah menikmati secangkir kopi, disebuah bangku depan bengkel yang dipenuhi gambar - gambar graviti.
Bondan berlari, menghampiri Ladie.
Gadis itu membisikkan sesuatu. Bondan mengangguk sembari menjentikkan jari.*
Brukkk
Seseorang jatuh terpental. Tak lama, Ladie mendengar seorang laki - laki memaki.
Ladie mengintip dari pintu dapur.'sudah kuduga ...' pikirnya.
Zahra berlari, melewati Ladie dan terus berlari ke belakang. Ke ruang karyawan.
Zahra melepaskan celemek dari pinggangnya, kemudian melemparkannya di lantai.
Ladie memungutnya, kemudian duduk disebelah Zahra."Ada apa lagi, Zahra?" tanyanya perlahan.
Zahra menangis. Ia melepaskan bando khusus karyawati. Ia menatap Ladie dengan mata basah."Kenapa? Kenapa aku selalu sial, Ladie?! Aku capek! Aku ingin berhenti saja kerja disini ..." serunya. Ladie mengusap bahu Zahra.
"Sabar Zahra. Akhir - akhir ini aku memang sering melihatmu melamun. Ada apa?" tanya Ladie.
Zahra diam, kedua tangannya meremas Rok seragamnya.*
"Heh, kalian! Kalian pikir Resto ini milik nenek moyangmu?! Diluar masih banyak tamu menunggu! Malah asyik mengobrol!" suara Wina, mengagetkan keduanya.
"Dan kau, Zahra! Kenapa masih berdiam diri, bereskan pecahan piring diluar sana! Aku muak karena kau selalu membuat kekacauan!" lanjutnya.
Zahra berdiri, ia benar - benar sudah tidak tahan. Kemudian menghampiri Wina. Tanpa diduga, Zahra mencengkeram kerah bajunya.
"Aku juga sudah muak Kau perlakukan seperti ini, Wina! Mulai hari ini, Aku resign! Selamat menikmati kesibukanmu sendiri!" hardiknya.
Wajah Wina pucat. Ladie juga hanya diam mematung. Melihat Zahra yang berubah 180 derajat!
*
Kekacauan di Resto semakin bertambah parah. Ketidak beradaan Zahra malah membuat banyak karyawan mengeluh. Meski zahra sering memecahkan piring, tapi percayalah, hanya Zahra yang sanggup bekerja lembur tanpa istirahat!
Ladie tahu betul, Zahra adalah tulang punggung keluarganya. Ia bekerja banting tulang semenjak Papa nya dipenjara karena sebuah kasus Korupsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kustom Sindikat
Roman pour AdolescentsApa yang akan Kau lakukan, jika Kau mendapatkan sebuah surat Wasiat yang tidak biasa? Bukan Uang, bukan Harta, Bukan Emas ataupun Sawah! Melainkan hanya sebuah Motor Antik. Itu terdengar biasa saja, bukan? Tapi, bagaimana jika dibalik apa yang diwar...