Dua Minggu Kemudian ...
Perjalanan, adalah hal yang diidam - idamkan Ladie sejak ia mulai menyukai motor antik.
Hari ini, Ladie akan memulai sebuah perjalanan ke Utara. Sesuai petunjuk yang diberikan Opa."Kau yakin akan melakukan perjalanan sendirian, Ladie?" tanya Bondan. Tangannya dipenuhi Oli, dan Ia sedang mengecek seluruh mesin motor antik tersebut.
Ladie mengangguk.
"Tentu saja. Sendiri lebih baik, daripada ditemani Kau yang cerewet," jawabnya. Bondan terkekeh.
"Aku cerewet karena aku sayang padamu, Ladie ..." gumamnya.
"Whatt!" seru Ladie.
Bondan nyengir melihat ekspresi Ladie."Geer kan Kau?!" ujarnya. Ladie merengut.
"Sial!" tukasnya.
*
"Kau benar - benar mau resign dari Resto, Ladie?!" seru Zahra. Mulutnya masih dipenuhi Kentang Goreng.
Ladie mengangguk."Kau sendiri, apa kerjamu sekarang?!" tanya Ladie. Zahra menyeringai, lalu menghirup Jus Jeruknya.
"Kau ingin tahu?" tanyanya. Ladie mengangguk. Zahra menyebalkan, sebab gadis itu seperti bermain teka - teki dengannya.
"Sini kubisikan," jawabnya sambil menengok kiri kanan. Ladie berdiri, mendekatkan telinganya pada Zahra. Gadis itu membisikkan sesuatu. Membuat Ladie terbelalak.
"Kau serius?!" seru Ladie. Zahra menempelkan telunjuk dibibirnya yang mengerucut. Ladie membekap mulutnya sendiri.
"Hanya itu satu - satunya pekerjaan yang menghasilkan uang banyak dalam sekejap!" jawab Zahra.
Ladie menggeleng - gelengkan kepala. Pertama, ia tak menyangka jika Zahra bisa melakukan pekerjaan itu. Padahal, jelas - jelas, Wina sering mengatainya bodoh dan sebutan buruk lainnya yang lebih dari itu.
"Kau pasti akan berpikir seperti itu ..." gumam Zahra. Seakan mengerti apa yang dalam pikiran Ladie. Ladie nyengir.
"Aku hanya terbentur fasilitas, Ladie. Setelah Papa dipenjara karena kasus Korupsi itu, semua perkakasku tak tersisa. Tapi kini, seseorang membayarku Sepuluh kali lipat untuk pekerjaan ini." terangnya. Ladie mengangguk - anggukan kepala. Ia paham kini, Zahra tak bisa diremehkan.
*
Kabut, mengiringi perjalanan pertama Ladie sore itu. Gadis itu nampak 'gagah' dengan mengendarai motor CB yang sudah dipermak habis oleh tangan Dingin seorang Bondan.
Satu jam sudah perjalanannya menuju Utara. Hawa dingin mulai menyelusup ketika Ladie memasuki sebuah perkebunan pinus milik Pemerintah.Kiri Kanan jalan lengang. Ladie mulai didera rasa cemas, ketika tak Satu pun ia bertemu Satu pun kendaraan yang melintas.
'Lah, apa iya Aku nyasar?' pikirnya.
Ladie menepikan Motornya. Matanya memicing. Sekitar Seratus meter dihadapannya, ia melihat cahaya lampu berkelip redup. Ladie mengembuskan napas lega, kemudian melanjutkan perjalanannya.
*
KRIIIIINGGG ....
Ladie menggoyangkan Lonceng yang berada di atas meja Resepsionist. Ia mengedarkan pandangan.
'Kenapa Losmen ini sepi sekali?' bathin Ladie.
Namun, akal sehatnya kembali. Siapa juga yang akan datang menginap ditempat seperti ini? Paling - paling, hanya orang yang benar - benar kemalaman seperti dirinya.
"Mau menginap berapa malam?" suara berat mengagetkan gadis itu.
"Oh ya, Satu malam saja," jawabnya. Pria sebaya Bondan itu mengangguk. Kemudian ia mencatat sesuatu.
"Lima Puluh Ribu," lanjutnya. Ladie terbelalak.
"Lima Puluh Ribu, kan?" ulangnya. Ladie khawatir ia salah dengar, karena terlalu lama kepalanya mengenakan Helm. Pria itu mengangguk lagi.
"Okey ..." gumamnya. Meski dalam hati ia berujar,
'gila, murah amat!'
Kemudian gadis itu menyerahkan selembar Uang Lima Puluh Ribuan.
"Tak ada Room Boy kah?" tanya Ladie. Pria itu mengangguk, kemudian menatap Ladie.
Ada yang aneh ...
Tapi apa?*
Seorang Room Boy membawakan tas Ladie, menaiki lantai Dua. Losmen itu hanya memiliki Dua lantai.
"Silahkan ..." gumamnya. Ladie mengangguk, dan Ia tak sempat mengucapkan apapun lagi. Room boy itu pergi, Ladie meneliti segala apa yang ada dalam kamar Nomor Tujuh itu.
Kamar Losmen tersebut sangat Wah, untuk ukuran Lima Puluh Ribu per malam. Ya Tuhan, Ladie ini bodoh atau apakah, apa Dia sama sekali tak mencurigai apa - apa?
I dont know ...
Ladie merebahkn tubuhnya yang penat. Di tempat tidur ukuran Twin.
Ia belum sempat melakukan apapun, kecuali tadi ke kamar mandi untuk sekedar pipis.Perjalanan dari Kota menuju tempat ini sungguh membuatnya lelah, hingga tanpa sadar ia terlelap.
*
Klotak ... Klotak ...
Ladie terjaga, suara yang berasal dari kamar sebelah membuatnya terjaga.
Dug Dug Dug ...
'Ya ampuun! Keterlaluan sekali! Apa yang dilakukan orang itu ditengah malam begini?!' seru hati kecil Ladie. Saat ditengoknya, jam baru menunjukkan pukul Satu malam.
Dug Dug Dug ...
Ladie berdiri, kemudian ia menghampiri pintu dan membukanya. Koridor Losmen nampak sunyi senyap. Lampu redup menambah suasana sedikit horror. Terutama, karena nuansa Losmen tersebut identik berwarna Merah menyala dengan sentuhan warna Hitam dibeberapa aksen.
Tok Tok Tok
"Hallo ... Bisakah Kau menghentikannya? Kau mengganggu tidurku!" seru Ladie.
Tak ada jawaban.Srek Srek Srekk
Terdengar suara langkah kaki dari dalam kamar tersebut.
Cklek
"Maaf mengganggumu ..." seorang Perempuan dengan rambut acak - acakan berdiri dihadapan Ladie.
Ladie hampir saja melonjak mundur, melihat keadaan Perempuan aneh itu. Rambutnya acak - acakkan, baju tidur yang dikenakannya pun tak beraturan.
"Kau baik - baik saja?" pertanyaan biasa namun sangat terdengar bodoh itu tiba - tiba meluncur dari bibir Ladie.
"Ma .. Maafkan Aku, maksudku, aku pikir ..."
Perempuan itu mengangguk."Tak apa. Aku baik - baik saja," ia berbalik, kemudian menutup pintu dan meninggalkan Ladie yang masih berdiri disana.
"Hahahahahaha ..."
Tiba - tiba terdengar suara perempuan itu tertawa keras sekali dari dalam kamarnya.
Ladie tersentak, ia kemudian buru - buru masuk ke kamarnya, dan mengunci pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kustom Sindikat
Ficção AdolescenteApa yang akan Kau lakukan, jika Kau mendapatkan sebuah surat Wasiat yang tidak biasa? Bukan Uang, bukan Harta, Bukan Emas ataupun Sawah! Melainkan hanya sebuah Motor Antik. Itu terdengar biasa saja, bukan? Tapi, bagaimana jika dibalik apa yang diwar...