Ladie menjerit. Membuat Bona buru - buru masuk kedalam rumah Ladie. Ia terbelalak, melihat keadaan rumah, terutama kamar Ladie yang berantakan.
"Ada maling!" seru Bona. Ladie mengangguk. Bukan! Bukan maling, tapi ini pasti lerjaan si brengsek Gunawan tua itu!
"Apa yang hilang?!" Bona melihat Laptop milik Ladie masih ada. Motor antik pun ada.
Tivi, kulkas, radio butut Opa pun ada. Magic com, microwave, mesin cuci, bahkan hingga jemuran baju tak luput dari pencarian Bonanza. Semua barang - barang itu masih ada.
Lalu, apa yang dicuri?Ladie bergerak ke arah kamar. Diikuti Bona.
"Apa yang hilang?!" seru Bona sekali lagi. Ladie diam, ia tak tahu harus menceritakan soal berkas dan peta milik Opa atau tidak.
"Ladie!" serua Bona mengagetkan gadis itu. Ia menggeleng.
"Tak ada yang hilang ...." jawab Ladie akhirnya. Ia menatap tempat persembunyiannya, masih utuh. Namun, ia tak tahu keberadaan isinya masih utuh atau tidak. Ladie akan melihatnya nanti, setelah Bona pulang.
"Bona, biar aku membereskannya sendiri," ujar Ladie. Bona menggeleng.
"Tidak, Ladie! Aku akan membantumu," jawabnya.
"Sudah kubilang aku bisa melakukannya sendiri, Bonanza!" teriak Ladie. Bona kaget, tapi kemudian mengangguk.
"Baiklah, kabari aku jika kau perlu bantuanku," jawab Bona akhirnya.
Ia takkan memaksa, Cinta tak pernah memaksa, Cinta itu membebaskan. Baiklah ... Jangan lebay, Author!Ladie menatap kepergian Bona tak bergeming. Ia menutup dan mengunci pintu, sesaat setelah Bona benar - benar pergi.
*
Tempat persembunyian itu masih ada, Ladie buru - buru melihat isinya. Ia mengembuskan napas lega.
Sepertinya, ia kini harus mencari tempat lain untuk menyembunyikan dua barang yang diburu oleh Gunawan.
Ladie tak tahu apa berharganya dua barang itu, yang jelas, itu pasti memang benar - benar sangat berharga, sehingga si tua Gunawan itu melakukan pencarian sampai sejauh itu.Ladie masih menatap seisi rumahnya yang berantakan. Kepalanya mendadak pening. Ia menuang segelas air putih dan meneguknya habis.
'Besok saja kubereskan ...' gumamnya. Ladie mengambil Laptopnya, kemudian menyalakannya.
Ia mengernyit. Ada seseorang yang berusaha memasuki Akun miliknya.
'Hacker sialan!' gerutunya.
Ia harus membuat Password baru agar bisa kembali membuka akunnya.
Dan kini, gadis itu kehilangan selera berselancarnya, ia mematikan Laptop dan beranjak ke kamar tidur.*
Pagi di rumah Abu - abu ...
Ladie sedang merapikan seisi rumah, saat Bona tiba - tiba muncul di ambang pintu. Ladie menoleh sekilas, kemudian melanjutkan kegiatannya.
"Hai ..." sapa bondan.
Ladie hanya mendeham. Bona mengernyit. Lho, apa salahnya? Kenapa Ladie tiba - tiba dingin begitu? Yang seharusnya kesal itu kan bonanza karena semalam sudah dibohongi, dibentak, dan sekarang, dicuekin pula!
"Kau masih tak ingin diganggu? Baiklah, aku pulang," Bona beranjak.
Satu langkah, Dua, Tiga, bahkan hingga motornya dihidupkanpun, tak ada tanda Ladie memanggilnya, apa lagi mengejarnya seperti Cinta mengejar Rangga.
Bona pergi sambil mengembuskan napas.*
Ladie baru saja turun dari motornya. Ia meletakkan helm, kemudian ia beralih pada sebuah motor di parkiran Kampus dipaling pojok.
'Seperti motor siapa ya ...' pikirnya. Ia melangkah memasuki gedung Fakultas. Melangkah cepat, karena beberapa menit lagi sudah jam masuk.
"Ladie!" Ladie menghentikan langkah. Ria berlari, dan menjejeri langkahnya.
"Hey, aku punya surprise lho untukmu," serunya dengan wajah sumringah. Mereka melangkah memasuki kelas.
"Apa? Senang benar!" jawab Ladie. Ia turut senang mendengar kabar baik itu.
"Nanti saja, seusai kuis." jawabnya sambil mengerling. Ladie terkekeh lalu mengangguk.
*
"What, jadi, seriusan Kau akan bertunangan?!" pekik Ladie. Ia hampir saja menyemburkan Es jeruk dimulutnya.
Ria menjengat, lalu mengangguk. Gadis cantik yang kian hari kian Girly itu wajahnya nampak merona. Pulasan Blush On tipis dipipinya nampak membuatnya lebih cantik lagi."Siapa, siapa? Mana? Mana pria yang beruntung itu, Ria! Aku ingin melihatnya!" seru Ladie. Ria terbahak.
"Sebentar ya!" Ladie mengangguk. Memperhatikan Ria yang tengah menelpon seseorang.
Beberapa menit kemudian,
"Taraaaaa .... Sayang, kenalkan, ini sahabat terbaikku!" Ria berseru riang. Ladie berdiri, kemudian membalikkan badan.
Tubuhnya terasa kaku, lututnya bergetar, matanya membulat. Keadaannya saat ini persis seperti Kucing Pak RT yang kemarin hampir terlindas Ambulance."E ... Elang ..." gumamnya.
Pria itu sama - sama terkejut. Terlebih lagi Ria. Ia menatap keduanya bergantian."Oh my God, bagaimana bisa kalian saling mengenal?! Kau, kau tak pernah bercerita padaku, Ladie!" seru Ria sembari menutup mulut.
Elang tersenyum, berusaha mencairkan suasana.
"Kami bertemu dijalan, kebetulan saat itu akan ke arah yang sama. Sempat mengobrol sih, sambil ngopi. Hanya itu, iya kan, Ladie?" jelasnya sambil menatap Ladie. Mata elangnya seperti sedang menusuk - nusuk jantung gadis itu.
Ladie mengangguk.
"I iya Ria, itu benar. Ya, begitulah. Iya, begitulah ceritanya ..." jawab Ladie. Dengan senyum hambar.
Suasana ceria tiba - tiba menjadi hening. Ladie sibuk memainkan ujung kukunya, sementara Elang tengah menelpon seseorang.
Dan Ria, diam - diam ia memerhatikan perubahan raut Ladie.*
Telepon aku!
Ladie mengirimkan pesan pada Bona.
Drrrttt Drrrttt
Ponsel Ladie berdering.
"Hallo ..."
.......
"Oh oke, aku segera datang!"
Klik
"Ri, sorri aku harus buru-buru pergi. Ada hal yang harus kuselesaikan. Samaikan salamku untuk ... Calon suamimu, ok!" pamit Ladie. Gadis itu menelan ludah, yang tiba - tiba saja kerongkongannya gerasa mengering.
Ia tak menunggu Ria menjawab. Ladie berdiri kemudian berjalan cepat meninggalkan keduanya.Di Bengkel jauh disana, Bonanza masih menatap ponselnya sambil mengernyit.
"Bang, malah bengong!" suara si empunya motor membuyarkan lamunan Bona.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kustom Sindikat
Teen FictionApa yang akan Kau lakukan, jika Kau mendapatkan sebuah surat Wasiat yang tidak biasa? Bukan Uang, bukan Harta, Bukan Emas ataupun Sawah! Melainkan hanya sebuah Motor Antik. Itu terdengar biasa saja, bukan? Tapi, bagaimana jika dibalik apa yang diwar...