Ladie mulai merasakan Aura Negatif, mungkin karena kini, ia sudah benar - benar fresh, setelah sempat terlelap beberapa jam. Sehingga otaknya sudah mulai encer, dan mampu mencerna apa yang terjadi disekitarnya.
Atau, apa karena memang suasana disana terlalu seram?
Tak terdengar suara apapun dari kamar sebelah, namun tak lama, Ladie mendengar suara gemerisik dedaunan dari luar jendela kamarnya.'Lihat tidak ya ...' Ia bertanya pada dirinya sendiri.
Ladie adalah tipe gadis penakut sekaligus penasaran. Ia berpikir. Jika dalam hitungan keenam suara itu terdengar lagi, maka ia akan melihatnya.
Oh ya, sekedar bocoran! Ladie sudah melakukan kebiasaan itu sejak ia masih kecil. Ia selalu menghitung beberapa kejadian dalam hatinya. Jika dalam hitungan ke sekian terjadi anu atau apalah itu, maka dia akan bertindak anu. Ya, kira - kira begitulah penjelasannya.*
Kreseekkkk
Ladie berdiri, ia membuka tirai perlahan. Mulutnya mengatup. Beberapa orang tengah berjalan. Enam orang. Mereka membawa ... Keranda!
Jantung Ladie berdegup kencang. Ia mundur beberapa lanngkah.
Ini tidak benar! Tempat ini aneh dan dia harus pergi!
Keranda siapa itu?
Siapa yang mati?
Mengapa malam - malam begini?
Pertanyaan demi pertanyaan meliputi pikirannya, sembari ia meraih tas ranselnya.Krekk
Pintu terkunci.
Krekk
Masih belum bisa dibuka!
Satu detik kemudian, Ladie menepuk dahi, ia belum memutar anak kunci!Krekkkk
Ladie berlari, hendak menuruni anak tangga. Ketika tiba - tiba matanya tertuju pada seorang anak perempuan yang sedang menangis didekat anak tangga pertama.
Ladie menghentikan langkahnya. Gadis kecil itu bergaun Kuning pucat, ia memeluk sebuah boneka kecil.
"Hey, kenapa kau malam - malam disini?" tanya Ladie. Ia menatap kesekeliling. Tak ada tanda - tanda seseorang disana.
Gadis kecil itu mengangkat wajahnya.'Oh my God ...'
pekik Ladie.
"Apa yang terjadi padamu? Dimana Orang tua mu?!" seru Ladie. Saat melihat darah segar mengucur dari hidung gadis itu. Gadis kecil tak menjawab. Tangisnya malah semakin pecah.
Ladie menjadi bingung sendiri, lalu ..."Tunggu, aku akan menemui Resepsionis, mungkin mereka bisa membantumu!" ujarnya. Gadis kecil itu menundukkan kepala. Dan tangisnya lirih.
Ladie menuruni anak tangga terbiru - buru.Kriiinggg
"Tolooooong .... Maaasss, Mbaaaakk Helloooo ...." teriak Ladie.
Seorang pria yang tadi sore menyambutnya keluar."Ada apa?" tanyanya, masih dengan suara datar. Ladie gemas melihat pelayanan pria itu yang begitu lamban.
"Disana, disana ada seorang gadis yang sedang terluka. Apa kau bisa mengantarnya pada Orang tuanya?" ujar Ladie cemas. Pria itu mengernyit.
"Gadis kecil?" tanyanya. Ladie menggebrak meja resepsionis.
"Apa maksudmu? Kau ini kan petugas Resepsionis masa kau tak ingat siapa saja yang menginap di losmen ini?! Ah sudahlah, aku tak peduli! Yang paling penting, kau temui gadis itu sekarang!" cerocos Ladie.
Ia akhirnya merasa jika semua kecemasannya tak berguna. Sebab, pria itu malah tersenyum."Tidak ada tamu yang datang menginap malam ini, selain Anda, Nona ..." jawabnya perlahan.
Ladie membulatkan kedua mata.
Bagaimana bisa?! Jelas - jelas dikamar sebelahnya ada seorang perempuan. Dan tadi, ia bertemu gadis kecil itu di ujung tangga!*
Ladie merasa Losmen itu benar - benar payah. Entah payah, entah horror, yang jelas, kini ia masih berseteru dengan pria resepsionis itu.
"Baiklah, ikut aku jika Anda bersikeras." pria itu keluar dari balik meja resepsionis.
Ladie mengikuti langkahnya, ia akan membuktikan jika ucapannya benar.
Ladie menjerit, ketika tiba - tiba sebuah cengkeraman tangan terasa dipergelangan tangannya.
"Jangan! Ikut aku!" teriak Pria yang entah dari mana datangnya itu.
Ladie hampir saja menampar Pria manis yang berdiri didepannya."Cepat!!" pria itu menyeret lengan Ladie, tanpa mempedulikan apapun.
"Pakai Helm mu! Ayo pergi!" masih dalam keadaan bingung, Ladie mengenakan Helmnya, kemudian menyela motor dan mengikuti motor Pria dihadapannya.
Ladie berhasil mengimbangi laju motor pria misterius itu.
Motornya, kemudian menepi. Seratus Meter menjauh dari Losmen aneh itu.*
Ladie membuka helm dari kepalanya. Lalu turun dan menghampiri Pria misterius itu.
"Siapa kau ini?!" serunya. Pria itu melepaskan Helm. Kemudian menempelkan telunjuk dibibirnya. Tak lama, ia menunjuk ke arah Losmen.
Ladie memutar kepala, dan matanya terbelalak, melihat apa yang berdiri agak jauh dari hadapannya itu.Tak ada lampu yang menyala, suasana Losmen itu mendadak mencekam. Tak ada Losmen! Yang ada hanyalah sebuah bangunan yang sebagian bentuknya sudah rubuh.
Bangunan itu hanya dijadikan tempat Kelelawar berpulang.
Ladie, ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia menggeleng - geleng."Apa yang terjadi ..." gumamnya.
Pria itu turun dari motornya."sebaiknya, kita mencari tempat terang untuk membahas soal ini," jawabnya. Ladie mengangguk. Masih dalam ketakutan, ia mengikuti motor pria itu, melaju lurus ke arah Utara.
*
Ladie mengembuskan napas lega. Ketika dihadapannya, ia melihat lampu jalan berkelap kelip. Aktivitas malam nampak terlihat lumayan ramai, mereka berada di sebuah Kota kecil Utara.
Pria misterius itu menepikan motornya di depan sebuah warung Angkringan. Yang diikuti oleh Ladie.
Mereka duduk lesahan, didepan Kios yang disulap menjadi meja makan.Sang Pria memesan secangkir koli untuknya, dan susu coklat untuk Ladie.
Mereka duduk berhadapan."Aku Elang ..." gumam Pria itu sambil mengulurkan tangan.
Ladie membalas uluran tangannya."Ladie ..." jawabnyha sambil mengulas senyum. Ladie mengusir jauh - jauh rasa dag dig dug didadanya. Entah apa ...
"Jadi, bagai mana bisa kau berada disana?" tanya Elang.
Ladie menceritakan semuanya dari awal. Tujuannya, dan mengapa sampai ia memutuskan untuk menginap di Losmen tersebut. Elang mendengarkan cerita Ladie dengan seksama. Sesekali ia tersenyum.
Duhhh tampan Sumpah

KAMU SEDANG MEMBACA
Kustom Sindikat
Novela JuvenilApa yang akan Kau lakukan, jika Kau mendapatkan sebuah surat Wasiat yang tidak biasa? Bukan Uang, bukan Harta, Bukan Emas ataupun Sawah! Melainkan hanya sebuah Motor Antik. Itu terdengar biasa saja, bukan? Tapi, bagaimana jika dibalik apa yang diwar...