0.5

2.9K 163 42
                                    

Bulan tampak bersembunyi di balik awan gelap. Hingga suasana menjadi beku dan mencekam. Malam ini begitu dingin, angin utara yang berhembus kencang seakan membekukan suasana yang seharusnya hangat.

Malam kelam ini begitu terasa bagi gadis pirang yang dikepang panjang ini, air matanya mengalir deras penuh kesedihan mengingat kematian seluruh anggota keluarganya sebulan yang lalu.

Kini hanya sunyi dan sepi yang menemani hari-harinya sebulan ini.

Teman? Awalnya ia punya, tapi rumor-rumor tak senonoh mulai beredar di kalangan sekolah hingga ia kini dikucilkan.

Mengapa takdir begitu jahat membuatnya terpuruk seperti ini?

Walau menyalahkan takdir lalu setelahnya ia bisa apa?

Hanya air mata yang bisa mencurahkan semua kesedihannya. Ia menghela napas panjang membuang seluruh pilu di dadanya. Ia hanya bisa berdoa agar dirinya kuat untuk menjalani hidup ke depannya. Ia tahu, kecelakaan itu bukan tidak sengaja, ia akan menghabisi pelaku itu dengan peluru senapannya sendiri setelah lulus dari Land of Dawn Academy.

Ia mulai berbaring di ranjang empuknya, mendorong air mata yang tersisa dengan pejaman mata, lalu dipeluknya bantal guling yang kini menjadi teman tidur satu-satunya. Ia berharap mimpi malam ini tak menyeramkan, agar kesedihan-kesedihan itu hilang walau sejenak.

Kegelapan di pandangannya pun mulai membawanya ke alam mimpi, namun hanya dingin mencekam yang ia rasakan, suasananya gelap, berkabut, tanpa ada secercah cahaya sedikitpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kegelapan di pandangannya pun mulai membawanya ke alam mimpi, namun hanya dingin mencekam yang ia rasakan, suasananya gelap, berkabut, tanpa ada secercah cahaya sedikitpun.

Ia berjalan perlahan menelusuri gelapnya tempat.

Namun..

SREKK..

Sejuntai rantai panjang menarik kaki kirinya hingga ambruk di tanah. Lantas rasa takut langsung memenuhi pikirannya. Rantai baja itu terus menarik menyeret tubuh Lesley ke arah sebuah gua kelam berlumut, berkabut, dan gelap.

"U-uh, t-tolong.." rintihnya sambil mencari cengkraman di sekitar tangannya agar tidak terbawa lagi ke arah gua itu.

Ia tak ingin lagi bertemu seorang nenek tua bertanduk, dengan bau racun hijau yang mungkin orang di dunia nyata akan mati dengan menghirupnya aromanya saja. Ia lelah harus menatap wajah seram itu, sudah sebulan ini ia lagi-lagi ditakuti oleh sosok itu.

Ia yakin, ini pasti tak normal, ada yang salah dengan kondisi psikisnya.

"U-uh.. to-tolong.. hiks.. hiks.." rasa takutnya akhirnya memicu air matanya keluar.

GREPP..

Lima jari kekar seseorang dengan menggunakan sarung tangan tempur mencengkram pergelangan tangannya. Lesley menegadah namun ia tak dapat melihat jelas wajah sosok yang menolongnya karena kabut begitu tebal, hanya ujung kepalanya yang dapat ia lihat, rambutnya berwarna putih, itu yang hanya terlihat darinya.

Tak lama, sesuatu yang dipegang tangan kanan sosok itu menyala.

SWUSHH..

Ia melesat ke arah kaki kiri Lesley yang terikat rantai dan memotongnya entah dengan cara apa.

Lesley terdiam, ia tercengang melihat sosok itu begitu cepat bertindak dalam satu kedipan mata saja. Dalam diam ia menatap ujung kepala sosok misterius yang kini berjongkok di hadapannya, ia sangat bersyukur tak bertemu nenek tua itu lagi.

Tangan kekarnya menyentuh puncak kepala Lesley sambil sedikit membelai rambutnya, "Jangan takut, aku akan menjagamu," ujarnya.

Suara pria, ya, dia mendengarnya dengan jelas, namun Lesley hanya diam dan mengangguk pelan, sejujurnya ia tak punya kata-kata untuk berbicara melihat kondisi emosinya tak menentu seperti ini. Lalu..

SWUSSH..

Dan lagi, sosok itu melesat pergi menembus kabut, hanya punggungnya saja yang samar-samar Lesley lihat di tengah kabut itu.

"Terima kasih," gumamnya pelan sambil memejamkan mata mengungkap rasa syukurnya.

Lesley membuka mata, sinar matahari ternyata belum muncul menembus tirai jendelanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lesley membuka mata, sinar matahari ternyata belum muncul menembus tirai jendelanya. Sepertinya ia harus pergi ke psikiater atau psikolog secepatnya, ia yakin ada yang salah dengan kondisi psikisnya. Mungkin karena trauma atau apa.

Melirik jam, ternyata masih jam 2 malam, dan lagi, ia terbangun di malam hari karena mimpi menakutkan itu. Setelah mengingat mimpi barusan, sepertinya kali ini berbeda, pria itu siapa?

Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan di kepalanya tentang mimpi buruk itu, dan sekarang ada sosok yang tiba-tiba datang dan bilang ingin menjaganya, apa ini ada hubungannya dengan rumor-rumor di sekolah bahwa dirinya ini punya penjaga seorang makhluk ghaib yang menyeramkan?

Ia rasa tidak, ia tidak percaya hantu, bahkan ia tidak menyadari kehadiran makhluk ghaib di sekitarnya selain nenek tua menyeramkan di dalam mimpinya.

Ia hanya berpikir bahwa ini hanyalah trauma akibat tekanan hidupnya.

Ini terlalu rumit untuk dipikirkan, sebaiknya ia kembali tidur, kali ini ia berdoa agar mimpi selanjutnya tidak lagi sama.

Ia pun mulai memejamkan mata kembali setelah berdoa, dan mulai memasuki alam mimpi selanjutnya.

Namun di suasana sepi itu tak ada yang tahu bahwa 'seseorang' kini tengah berjaga di dekat jendela kamar Lesley. Ia hanya bisa memandang Lesley tertidur tanpa ekspresi rasa takut lagi.

"Lesley, akan kupastikan kau terhindar dari dendam orang lain yang menyerangmu."

Hueeeh baru prolog, pendek maaf yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hueeeh baru prolog, pendek maaf yaa..
Maaf kalo tulisanku jelek karena aku Noob parah hehehe, selamat menikmati rasa penasaran yaa wkwkwk..

Tunggu chapter 1 beberapa hari ke depan.

Makasih udah mau baca ^_^

- Honeymoon Hamada

The Savior [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang