Epilogue

877 85 14
                                    

Fanny membuka kembali selembar kertas Kimmy (adik Claude) berikan kepadanya setelah hukuman eksekusi itu.

Entah benar atau tidak, entah senang atau takut yang harus ia rasakan saat membaca tulisan yang berkata..

Fanny, dimanapun kamu berada aku pasti di sana buat jagain kamu..

Fanny, kalo kamu bete buka aja surat ini, biar kamu senyum lagi.

Fanny, dimanapun kamu berada pasti surat ini bisa bikin kamu senyum.

Suratnya ya bukan orangnya.

Anjaaay :P

By Pawang Monyet.

Walau itu sudah setahun yang lalu namun ia tidak bisa benar-benar memastikannya jika itu benar.

Entahlah, baginya Claude itu pria yang lucu walau menyebalkan. Teringat saat Irithel memutuskan hubungan mereka di penjara, reaksi Claude hanyalah.

"Yaudah aku terima keputusan kamu, makasih udah mau jadi pacarku, semoga kamu dapet yang lebih baik."

Namun saat Irithel meninggalkannya, sedetik setelahnya bukan air mata yang ia keluarkan, namun lendir bening dari hidung yang terus mengalir selama tiga menit.

Aneh.. Nangis kok dari hidung.

Ia juga bukan tipe tahanan yang merengek dan mengeluh ingin cepat-cepat bebas, saat ia tahu ia akan dieksekusi pun ia pasrah-pasrah saja.

Matanya melirik ponsel di depan mejanya saat layarnya menyala menandakan sebuah panggilan masuk, ujung bibirya tertarik ke atas saat membaca nama LESLEY di layarnya.

"Halo, Fanny?"

"Halo, iya Les, ada apa?"

"Kakimu udah mendingan?"

"Haha, kaki gua gapapa, cuma terkilir sedikit pas olahraga."

"Well, aku udah panggilin tukang urut buat ke rumah kamu, katanya dia bakal ke sana sore ini, maaf ya belum sempet nengok, aku harus negosiasi sama pihak Wedding Organizer buat pernikahan Layla."

"Santai aja kali, lu ngirim tukang urut aja udah lebih dari cukup, semoga negonya berhasil ya!"

"Thanks, get well soon ya Fan.."

Telepon pun ditutup sepihak oleh Lesley. Senang juga melihat Lesley begitu perhatian kepada sahabat-sahabatnya, bahkan ia rela mengambil cuti dari pekerjaannya sebagai mentor di bidang tembak menembak dalam organisasi kemiliteran di Land of Dawn-- dengan codename Black Rose-- demi membantu untuk menyiapkan pernikahan Layla dengan Clint.

Ah, siang ini terlalu terik, Fanny pun memutuskan untuk beranjak dari kursi di meja komputernya dan membaringkan tubuhnya di ranjang lalu cepat tertidur tanpa tahu ataupun merasakan arwah Claude yang sedari tadi duduk di kasurnya.

Ia hanya bisa tersenyum, lalu membelai kaki kanan Fanny yang masih terlihat sedikit bengkak, ia sedikit mengeluarkan energinya untuk menyembuhkannya, walau efeknya tidak begitu besar setidaknya ia bisa mengurangi rasa sakitnya.

Ia tidak bicara, namun tetap duduk di kasur itu menjaga Fanny tidur tanpa melakukan apapun.

***

ZRATTT...

Belati yang dilempar Lesley ke sebuah papan Dart di dinding tepat mengenai sasaran.

"Aku tidak membawa senjata lagi, hanya itu, kau puas?"

"Terima kasih sudah mengerti, aku hanya trauma pada pihak bersenjata yang melakukan negosiasi seperti ini, terakhir aku koma enam bulan lamanya hanya karena aku tidak bisa menerima tawaran orang itu karena terlalu murah untuk kualitas WO kami."

"Maaf soal itu aku tidak tahu, bisa kita mulai diskusinya?" tanyanya kepada pria di depannya.

Pria itu tersenyum sedikit lalu membukakan beberapa katalog lengkap paket Wedding Celebration kepada Lesley, "Pengurangan harga di WO kami hanya bisa mencapai 10% dari harga paketnya, itu sudah peraturan kami sejak lama."

"Kalau aku meminta 15% apa bisa diterima? Atau ada syarat tertentu?"

"Hmm, syarat ya?" pikirnya, lalu ia pun kembali tersenyum kecil. "Kau hanya harus mengenalku.."

"Apa maksudnya?"

Pria itu mengangkat sambil membuka telapak tangannya, dan..

HUPP..

Belati yang tertancap itu tertangkap oleh tangannya hingga sedikit angin menggerakkan surai hitamnya. "Apa kau tak pernah berpikir kalau belati ini bisa kembali ke pemiliknya?"

Lesley hanya mematung di sana tak percaya dengan kejadian barusan, benarkah ini?

Ah tidak mungkin, pria ini bisa saja memiliki kemampuan Telekinesis atau semacamnya.

"Apa Vexana sama Natalia masih ganggu kamu setelah setahun aku pergi?" Tanya pria itu lagi.

Lesley kembali dibuat terkejut, iris birunya bertemu sejenak dengan iris biru tua pria bersurai hitam (dengan warna putih sedikit di bagian kepala kirinya) yang ada di hadapannya saat ini.

Tak mungkin orang luar tahu soal kejadian setahun lalu bukan? Hanya SABER Squad dan sahabat-sahabatnya yang mengetahui ini, ia meminta mereka untuk merahasiakannya.

Tapi bagaimana pria ini bisa tahu?

Mungkinkah?

Di tengah keterkejutannya tiba-tiba tangan pria itu mendarat di puncak kepalanya, "Aku gak bisa maksa kamu buat percaya."

Air mata keluar dari manik biru Lesley, tangannya meraih pipi pria yang berdiri di depannya, merambat ke rambut, telinga dan kembali lagi ke pipi.

Rasa nyaman itu...

khasnya tak berubah.

"Kamu kembali.." dalam tangisannya ia memeluk erat pria di hadapannya.

"Ya, aku kembali, Lesley."

== THE END ==

I always come back to you..

EEAAAKK..

Mikir sendiri teorinya pas dia bilang koma enam bulan >:v

The Savior [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang