Part 9

4.6K 287 4
                                    

Mata Yoon Woo melirik bolak-balik antara Jin Yong dan wanita itu, yang masih saling menatap. Alis Yoon Woo berkerut heran.

“Maaf mengganggu. Kami prajurit perbatasan yang sedang mengintai, tetapi kami diganggu oleh penjahat dan tersesat di hutan. Bolehkah kami menginap sebentar di sini?” tanya Yoon Woo memecah keheningan.

“Ya, silahkan masuk,” jawab wanita itu dengan suara serak, masih menatap Jin Yong sambil berjalan mundur beberapa langkah, baru kemudian berbalik dan masuk ke dalam kuil.

Jin Yong masih berdiri di depan kuil sampai Yoon Woo menegurnya. Wanita itu tidak hanya menyiapkan kamar, tetapi juga menyiapkan air untuk membasuh tubuh serta makanan enak.

“Adududuh…” jerit Yoon Woo saat Jin Yong memijat kakinya yang terkilir.

“Hei, jangan ribut. Mengganggu orang tidur saja,” tegur Jin Yong.

“Sakit!”

Jin Yong melemparkan kain, “Gigit ini. Tahan sebentar lagi, ya.”

Setelah terapi pijatan selesai, kaki Yoon Woo dikompres.

“Oh ya, tadi kenapa Orabeoni tertegun di depan kuil? Kulihat kalian seperti saling kenal.”

Jin Yong mengangkat bahu, “Entahlah.”

Sebenarnya Yoon Woo masih tidak puas dengan jawaban Jin Yong yang tidak jelas itu. Tetapi wanita itu muncul dengan membawa segelas minuman serta beberapa camilan.

“Ini ramuan yang bagus untuk kaki yang terkilir,” kata wanita itu.

“Terima kasih. Anda baik sekali, padahal kami hanya ingin pinjam kamar saja,” ucap Yoon Woo.

“Tidak masalah. Sudah lama kuil ini tidak pernah dikunjungi. Kalau ada perlu, jangan sungkan memanggilku.”

Tak lama setelah wanita itu meninggalkan kamar mereka, Jin Yong keluar kamar. Dia menunggu sampai wanita itu selesai sembahyang, lalu menghampirinya.

“Kau perlu sesuatu?” tanya wanita itu.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

Wanita itu terdiam.

“Apakah saya pernah mengenal anda, atau anda yang mengenal saya?”

“Kenapa?”

Jin Yong membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu, tetapi tidak tahu apa yang hendak dia katakan. Akhirnya suara kekehan yang keluar dari mulutnya, “Lupakan saja, mungkin saya hanya kelelahan. Maaf telah mengganggu.”

“Kau mengingatkanku kepada seseorang,” kata wanita itu ketika Jin Yong hendak kembali ke kamarnya.

Ketika Jin Yong menoleh, tangan wanita itu sudah terangkat, mendekat ke pipinya, seperti hendak membelai. Jin Yong terkejut, namun membiarkannya. Jin Yong memejamkan matanya untuk merasakan belaian itu. Kehangatan itu terasa lagi memenuhi hati Jin Yong. Tetapi kemudian tangan itu beralih ke bahu Jin Yong, mengambil sehelai rumput kering kecil yang menempel di sana.

Ketika wanita itu berbalik pergi, hati Jin Yong mendadak terasa kosong. Seperti ada lubang yang sangat dalam, yang mulai terisi, akan tetapi isinya itu tiba-tiba menghilang lagi. Benar-benar tidak nyaman.

***

Pagi-pagi sekali Jin Yong dan Yoon Woo akan kembali ke markas. Kaki Yoon Woo sudah sembuh, tetapi masih belum bisa berjalan cepat. Itu sebabnya mereka harus pergi pagi-pagi sekali agar tidak kemalaman lagi di jalan. Sebelum pergi, wanita itu membuatkan bekal makanan untuk mereka makan di jalan.

“Wanita itu baik sekali, ya,” kata Yoon Woo, tetapi Jin Yong tidak berkomentar.

Di tengah jalan, kuda Jin Yong kembali.

“Dasar kuda nakal, kenapa kemarin kau kabur begitu saja?” omel Jin Yong sambil mengacak-acak surai kudanya.

“Yang penting dia sudah kembali dan akan mengantarkan kita pulang,” kata Yoon Woo.

Jin Yong membantu Yoon Woo naik ke atas kuda, sementara dia berjalan di sisinya.

“Loh, kok tidak naik juga?” tanya Yoon Woo.

“Aku ingin jalan kaki sebentar, lagipula hari masih pagi.”

“Jadi, kira-kira alasan apa yang akan kita katakan kepada Kapten tentang kepulanganku?”

“Aku belum memikirkannya.”

“Kalau begitu aku tidak usah pulang saja,” kata Yoon Woo senang.

Jin Yong berdecak kesal.

***

Sementara itu, sejak kemarin Kapten Lee mencemaskan dua anak buahnya yang tidak pulang-pulang. Dia menduga bahwa dua prajurit itu diculik oleh prajurit Yuan. Atau yang paling parah adalah mereka sudah dibunuh. Kapten segera mengambil kuda dan menyusul mereka bersama beberapa prajurit.

Kecemasan Kapten Lee pun tidak terbukti karena Jin Yong dan Yoon Woo telah kembali dengan menunggangi satu ekor kuda.

“Kenapa kalian tidak pulang-pulang? Apa yang terjadi?”

Jin Yong melaporkan kejadian kemarin secara detail.

“Maaf, Kapten, kami tidak bisa segera pulang karena Yoon Sung terkilir dan kudanya kabur.”

“Baiklah, untung kalian masih selamat. Aku akan segera melapor ke pusat. Lalu bagaimana kakimu, Yoon Sung?”

“Lumayan membaik, Kapten.”

Mereka semua berkuda meninggalkan hutan itu.

***

Malam ini seharusnya bulan bundar bersinar terang. Akan tetapi awan hitam menyaput cahayanya yang benderang. Di sebuah tempat, seorang wanita tua membakar beberapa helai rambut di atas kemenyan. Asap bakaran terbang bersama aura kegelapan jauh ke utara negeri, memasuki sebuah kamar yang dihuni oleh tiga orang yang sedang terlelap, mendekati satu orang yang tidur di tengah. Orang itu terbangun dan membelalakkan matanya.

To be Continue

I Am The King ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang