Part 21

5.9K 317 0
                                    

Meskipun masih kontroversi, namun Jin Yong sudah resmi menjadi Raja. Orang-orang yang selama ini telah mendukung dan membantunya, semua naik pangkat. Jung Hwan kini sudah menjadi kepala tabib. Ilmu kedokteran dan akupunturnya sudah mahir, sementara racikan obatnya semakin mantap. Dal Un yang sudah tidak menjadi pengawal pribadi lagi, menjabat sebagai Menteri Kehakiman yang membawahi langsung Uigeumbu dan badan kehakiman. Lee Joo Won sudah tidak menjadi kapten lagi. Dia menggantikan jabatan Menteri Pertahanan Negara yang kini menjadi Perdana Menteri. Sementara itu, karena Mi Rae masih belum sadar dari koma, jabatan Gukmu dialihkan sementara kepada asistennya.

Banyak yang mendukung Jin Yong, tapi lebih banyak lagi yang menentang. Itu semua karena latar belakangnya. Ibu kandungnya berasal dari kasta Cheonmin, kasta paling rendah, gisaeng dari keturunan budak pula. Para cendekiawan yang terdiri dari mahasiswa, sarjana, dan guru sekolah bangsawan Sungkyunkwan, berdemonstrasi di halaman istana, meminta agar Jin Yong mengundurkan diri.

"Menteri Pertahanan Lee sudah datang, Yang Mulia," lapor Kasim.

"Masuklah."

Joo Won menunduk hormat sebelum duduk santai di hadapan Raja Jin Yong.

"Hyung-nim," sapa Jin Yong setelah dia tahu bahwa mereka bersaudara, "Para cendekiawan masih di halaman?"

"Iya, Yang Mulia, mereka tidak mau pergi meski sudah dipukuli."

Jin Yong tersenyum sedih, "Hyung-nim, maukah kau menggantikanku?"

Joo Won membelalak, "A... apa?"

"Kita semua tahu, kau adalah putra dari mendiang Pangeran Yong Han, kakak ayahku. Seandainya beliau tidak tewas, dialah yang akan menjadi raja, bukan ayahku. Dan kaulah yang berada di posisiku sekarang, bukan aku."

"Yang Mulia, mohon jangan bicara seperti itu," kata Joo Won yang segera berlutut.

"Kau lebih baik segalanya dariku, selain latar belakang keluarga, pendidikanmu juga bagus. Kau lulusan Sungkyunkwan, sementara aku tidak pernah sekolah. Kalau kau yang menjadi raja, para bangsawan dan cendekiawan pasti akan mendukungmu."

"Yang Mulia!" seru Joo Won dengan nada sedikit membentak, "Jangan menyerah, Yang Mulia. Setelah semua yang telah Yang Mulia perjuangkan, jangan menyerah begitu saja, hanya karena merasa tidak layak. Tidak. Yang Mulia layak menjadi raja. Yang Mulia harus membuktikan bahwa Yang Mulia bisa menjadi raja yang baik."

"Bagaimana caranya aku menjadi raja yang baik, kalau belum apa-apa saja aku sudah ditolak oleh rakyatku?"

"Oleh sebab itu, Yang Mulia harus membuktikannya."

~~~

Mata Jin Yong yang tadinya terpejam, perlahan mulai terbuka. Seingatnya, dia tidur di kamar, bukannya di atas pohon.

"Taeyang..." terdengar suara Mi Rae yang memanggilnya dari bawah pohon sambil melambaikan tangan.

Perlahan-lahan Jin Yong turun dari pohon. Jubah raja yang berat menyulitkannya untuk selincah dulu.

"Mi Rae, kau sudah sembuh?"

Mi Rae menggeleng, "Aku tidak akan sembuh jika kau masih berpikir untuk mundur."

Jin Yong terdiam.

"Jika kau mundur, maka pengorbananku selama ini sia-sia saja. Lebih baik aku mati daripada melihatmu menyerah. Jadi, jangan menyerah. Pertahankan tahta yang telah dipercayakan oleh ayahmu."

~~~

Mata Jin Yong terbuka lagi. Dia sudah kembali ke kamarnya yang masih gelap. Hari masih subuh, namun Jin Yong sudah berlari-lari menuju kamar Mi Rae. Kasim dan pengawal tergopoh-gopoh mengikuti raja mereka yang masih memakai baju tidur.

I Am The King ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang