Part 4

5.3K 340 5
                                    

Raja memperhatikan wajah Jin Yong, “Angkat wajahmu.”

Takut-takut Jin Yong mengangkat wajahnya, memandang wajah sang Raja.

“Namamu?”

“Nama hamba Choi Jin Yong, Yang Mulia.”

Raja menyipitkan matanya, memperhatikan wajah pemuda itu dengan seksama.

“Hitung barang-barangmu,” perintah Raja.

Jin Yong dan tim investigasi segera menghitung pedang dan tombak itu bersama-sama, disaksikan oleh Raja.

“Sudah selesai, Yang Mulia,” kata kepala tim sambil menyerahkan laporannya.

Raja memerintahkan petugas keuangan untuk membayar Jin Yong. Sebelumnya, Raja juga menyuruh mereka menghitung uang itu di hadapannya. Setelah transaksi selesai dan Raja pergi dari ruangan itu, barulah Jin Yong bisa bernapas lega.

Sementara itu sang Raja pergi dengan kening berkerut. Sampai di ruang tahta pun dia masih tampak berpikir keras.

“Mengapa Yang Mulia tampak gusar?” tanya Kasim.

“Entahlah, aku tidak pernah bertemu dengannya, tetapi seperti pernah mengenalnya,” gumam Raja.

***

Agasshi… Agasshi… Kau baik-baik saja?”

Sayup-sayup Mi Rae mendengar suara seorang pria. Perlahan mata Mi Rae terbuka. Wajah seorang pria tampan memenuhi pandangannya.

“Kau baik-baik saja?” tanya pria itu lagi.

Mi Rae segera bangkit, dibantu oleh pria tadi.

“Kau siapa?” tanya Mi Rae.

“Harusnya aku yang bertanya, kau siapa? Kenapa pingsan di sini? Tubuhmu gemetar dan nadimu berdenyut sangat cepat.”

Mi Rae memperhatikan penampilan pria itu. Dia mengenakan baju biru ditutupi oleh jubah putih. Kepalanya ditutup oleh sebuah topi hitam

Pria itu juga memperhatikan penampilan Mi Rae yang jauh dari penampilan dayang istana, apalagi bangsawan.

“Ma… maaf, tadi saya mengantarkan pesanan di Sangsucheong. Saya tersesat saat mau keluar dari sini. Tiba-tiba saya merasa pusing dan tidak sadarkan diri di sini,” kata Mi Rae, sedikit berbohong pada kalimat terakhirnya.

Pria itu mengangguk, “Kalau begitu, akan kuantarkan kau keluar dari istana. Tempat ini memang terkadang membingungkan bagi yang pertama kali memasukinya. Aku juga pernah tersesat sampai lima kali,” cerita pria itu sambil terkekeh.

“Oh, kita belum berkenalan, aku Seo Jung Hwan Bongsa.”

Bongsa? Tabib istana? Itu sebabnya tadi anda memeriksa nadi saya?”

Jung Hwan mengangguk, “Tetapi aku masih pemula. Itu sebabnya aku tidak bisa mendeteksi apa yang membuatmu pingsan.”

“Hei, Munyeo!” panggil Jin Yong yang sudah berdiri di dekat gerbang.

Mi Rae menunduk pamit kepada Jung Hwan sebelum menyusul Jin Yong.

“Lama sekali,” omel Jin Yong.

Mi Rae menarik tangan Jin Yong keluar istana. Sementara itu Jung Hwan terus menatap punggung Mi Rae sampai pintu gerbang memisahkan mereka. Jung Hwan pun baru sadar bahwa dia belum menanyakan nama gadis peramal itu.

***

Di atas kapal, mata Mi Rae memandang lautan, namun benaknya melalang buana. Dia masih memikirkan memori yang dilihatnya di istana itu.

Apakah itu ingatan tentang sejarah kelahiran Yang Mulia? Mungkin raja sebelumnya melakukan hubungan di paviliun itu. Tapi kenapa aku diperlihatkan hal itu?

Mi Rae begitu serius memikirkannya, hingga tidak sadar bahwa sedari tadi Jin Yong memperhatikannya. Ketika menoleh, Mi Rae terkejut bukan kepalang.

“Ah! Kenapa kau berdiri di sini? Mengagetkanku saja!”

“Dari tadi aku memang berdiri di sini, kau saja yang tidak sadar. Kau asyik melamun. Aku penasaran, apa yang sedang kau lamunkan? Apa mungkin pria di istana tadi?”

“Pria yang mana?”

“Yang jalan denganmu tadi. Ah, jadi itu sebabnya kau lama sekali, padahal kau hanya tinggal menyerahkan pesanan saja, tidak sepertiku yang harus menghitung barang satu persatu, di hadapan Yang Mulia pula!”

“Hah? Kau bertemu Yang Mulia?” Mi Rae takjub.

Jin Yong mengangguk semangat dan menceritakan pengalamannya bertemu raja.

“Oh, aku malu sekali, seharusnya aku memakai baju yang bagus tadi. Yang Mulia memperhatikan penampilanku dengan...” Jin Yong tidak meneruskan kisahnya saat melihat Mi Rae lagi-lagi melamun. Jin Yong menoyor kepala Mi Rae.

“Aduh!!!” Mi Rae mengusap-usap keningnya.

“Melamun lagi! Kau jatuh cinta padanya, ya?”

“Siapa yang kau bicarakan?”

“Pria di istana itu. Makanya dari tadi kau memikirkannya terus.”

“Siapa bilang aku menyukainya? Bertemu saja baru sekali.”

“Itu yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Wah, Munyeo-nim ternyata bisa jatuh cinta juga, ya,” ledek Jin Yong.

“Memangnya peramal tidak boleh jatuh cinta?”

“Nah, berarti kau memang suka pada pria tadi, kan?”

Mi Rae berdecak seraya beranjak untuk turun dari kapal yang sudah bersandar di dermaga, “Huh, kau tidak akan mengerti!”

“Aku mengerti, kawan, aku sangat mengerti,” susul Jin Yong yang masih meledeknya terus.

***

Malam sudah sangat larut. Semua orang sudah terlelap dan terbang ke alam mimpi, termasuk Mi Rae. Dia mendapati dirinya sedang berdiri di tengah taman istana, dengan mengenakan seragam peramal Sangsucheong. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada seorang pria yang mengenakan jubah merah yang mewah.

Yang Mulia?” gumam Mi Rae.

Pria itu menoleh dan tersenyum. Mi Rae terbelalak, tidak hanya di dalam mimpi, tetapi dia benar-benar terbangun dengan mata melotot. Dia terduduk dan tidak bisa tidur lagi sampai pagi.

“Dia… kenapa dia bisa ada di mimpiku? Kenapa dia memakai baju seperti itu? Dia… Taeyang… Choi Jin Yong???”

To be continue…

I Am The King ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang