Part 14

5K 304 3
                                    

Dengan mendaki gunung, melewati hutan belantara, dan menyeberangi lautan, akhirnya Jin Yong sampai di ibukota. Dia mengenakan baju serba hitam dengan topi caping yang menutupi separuh wajahnya. Tentu saja dia tidak lupa membawa serta pedangnya untuk jaga diri.

Setelah semua yang telah terjadi, Jin Yong memutuskan untuk pergi ke istana, menyelidiki siapa dalang di balik penyerangan terhadap dirinya dan keluarganya. Dia juga curiga, penyerangan terhadapnya ini berhubungan dengan kasus kematian misterius para putra Raja. Meski kini di jarinya telah tersemat cincin giok hitam milik ayah kandungnya, dia tidak langsung menghadap Raja dan mengaku bahwa dia adalah putra yang terhilang. Dia ingin menyelidiki semua ini terlebih dahulu secara diam-diam.

Menggunakan surat rekomendasi dari Kapten Lee, dia pun dapat masuk ke tim investigasi di Uigeumbu. Karena dianggap masih junior, Jin Yong hanya diserahkan kasus yang ringan-ringan saja. Tetapi saat ada kesempatan, dia akan memulai penyelidikan rahasianya.

Namun Jin Yong menemui kesulitan, karena berdasarkan data di Uigeumbu, tidak ada catatan mendetail tentang kematian putra-putra Raja. Di sana hanya tertulis, mereka meninggal karena sakit. Sementara itu, mengenai penyerangan terhadap pengawal kerajaan yang menjemput ayah angkatnya, hanya tertulis bahwa mereka diserang perompak kapal.

Jin Yong merasa heran, petugas Uigeumbu ini memang tidak tahu apa-apa, atau sengaja pura-pura tidak tahu apa-apa?

***

Jin Yong tidak sengaja berpapasan dengan Mi Rae ketika sedang mengadakan patroli harian. Mereka saling melirik, namun tidak saling menyapa. Ketika tengah malam tiba, mereka baru bertemu secara sembunyi-sembunyi.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Mi Rae.

Jin Yong menceritakan secara singkat tentang penyerangannya, juga jati dirinya.

“Wah, berarti penglihatan di dalam mimpiku itu memang benar! Lalu apa rencanamu?”

“Aku harus menyelidiki semua ini dulu. Tetapi aku tidak menemukan petunjuk di Uigeumbu. Hanya tertulis bahwa mereka semua meninggal karena sakit.”

“Sepertinya tidak semuanya karena sakit, tetapi ada juga yang kena sihir. Kau sendiri juga pernah hampir kena sihir.”

Jin Yong terperangah dan teringat ketika Kapten Lee kejang-kejang dan seperti tercekik oleh sesuatu.

“Tolong bantu aku, Mi Rae,” pinta Jin Yong.

Mi Rae mengangguk, “Aku akan membantu sebisaku. Tetapi di Sangsucheong tidak pernah ada catatan apapun mengenai kegiatan kami, selain jadwal upacara. Tetapi aku akan berusaha dengan kekuatanku untuk menemukan siapa penyihir itu. Kalau soal penyakit, mungkin aku bisa meminta bantuan Bongsa Seo.”

Jin Yong  mengernyit, “Bongsa Seo? Siapa itu?”

“Tabib istana level delapan.”

“Apa kau yakin dia mau membantu?”

“Pasti mau. Dia adalah satu-satunya teman baikku di sini, sebelum kau masuk ke istana.”

***

“Apa? Melihat data penyebab kematian para pangeran?” Jung Hwan terbelalak kaget saat Mi Rae meminta bantuannya.

“Apa kau tidak penasaran, para pangeran meninggal berturut-turut. Hanya para pangeran, sedangkan para putri sehat-sehat saja.”

Jung Hwan menggaruk-garuk tengkuknya sembari berpikir, “Itu… agak sulit. Data itu disimpan oleh Kepala Tabib. Aku… tidak berani.”

Bahu Mi Rae turun, putus asa.

“Tapi aku akan mencoba menyelidiki kandungan obat yang biasanya kami pakai. Oh iya, kalau seandainya kematian disebabkan oleh keracunan, tidak hanya dari obat-obatan kami. Tidak mungkin kan, pelakunya menyimpan racun di dalam kantor Tabib? Bagaimana kalau berasal dari makanan yang mereka makan?”

I Am The King ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang