Part 12

4.6K 312 2
                                    

Raja Yong Goo terhenyak saat mendengar kabar bahwa para pengawal yang menjemput Yoon Shik diserang orang di atas kapal. Semuanya mati dan Yoon Shik jatuh ke laut. Yong Goo memukul pegangan kursi tahtanya dengan geram.

“Menurut para saksi, para penyerang itu menggunakan bahasa Yuan. Apa mungkin…”

“Tidak,” Yong Goo memotong pertanyaan Dal Un, “Tidak mungkin serangan ini perintah dari Raja Yuan. Meski kita bermusuhan, tetapi baik negeri kita maupun negeri mereka tidak pernah menyerang warga sipil, kecuali telah pecah perang yang besar. Oh, kemarin kita dapat laporan tentang serangan di perbatasan utara, bukan?”

“Benar, Yang Mulia. Dan serangan itu juga dilakukan oleh orang-orang Yuan. Sebenarnya hamba juga heran, mereka hanya menyerang keluarga itu.”

“Keluarga?”

“Iya, keluarga Choi, Yang Mulia. Serangan di perbatasan itu ditujukan kepada dua anak keluarga Choi yang kebetulan sedang bertugas mengintai.”

“Benar-benar aneh. Segera cari tahu tentang hal ini, Dal Un.”

“Baik, Yang Mulia.”

***

Di tepi pantai, seorang nelayan sedang bersiap hendak melaut. Dia terkejut melihat seorang pria yang tubuhnya basah kuyup karena air laut, tergeletak di dekat perahunya. Apakah pria ini sudah jadi mayat?

Nelayan itu memanggil teman-temannya untuk membantu.

“Oh, ini Choi Yoon Shik Nauri,” kata salah satu teman nelayan yang mengenali pria itu.

***

Jin Yong dan Yoon Woo sedang menjaga gerbang perbatasan ketika datang sebuah berita bahwa ayahnya tenggelam di laut. Mereka pun bergegas pulang.

Abeoji!” seru mereka ketika melihat sang ayah terbaring di atas kasur. Ibu menangis di sisinya.

Yoon Woo menghambur ke dalam kamar dan menangis di dada ayahnya, “Abeoji jangan mati… Aku bersalah, aku janji akan jadi anak yang baik, tidak menyusahkan orangtua lagi. Jangan mati dulu, Abeoji…”

Tiba-tiba Ibu menjitak kepala Yoon Woo, “Kau mendoakan ayahmu cepat mati ya? Ayahmu masih hidup, bodoh!”

“Lalu kenapa Eommeoni menangis? Membuatku kaget saja,” kata Yoon Woo sambil mengusap kepalanya yang dijitak.

“Apa yang terjadi, Eommeoni?” tanya Jin Yong.

“Tidak tahu. Kemarin dia dibawa oleh pengawal kerajaan. Entah bagaimana ayah kalian tenggelam dan ditemukan di pinggir laut,” jelas Ibu.

Yoon Shik sadar dan batuk-batuk. Sang istri dengan sigap meminumkan segelas air.

Abeoji baik-baik saja?” tanya Yoon Woo dan Jin Yong cemas.

Yoon Shik mengangguk lemah.

“Apa yang terjadi, Abeoji?” tanya Jin Yong penasaran.

“Biarkan ayahmu istirahat dulu, Jin Yong,” kata Ibu.

Yoon Shik menepuk lengan Yoon Hye, “Tidak apa-apa. Aku juga ingin membicarakan sesuatu dengannya. Bisakah kau dan Yoon Woo keluar sebentar?”

Yoon Shik menyuruh Jin Yong mengambil sebuah kotak berwarna hitam dari dalam lemari, setelah istri dan anak perempuannya keluar.

“Dengarkan baik-baik dan jangan menyela sampai Abeoji selesai bicara.”

Jin Yong mengangguk.

“Dahulu kala ada seorang gisaeng yang paling cantik di ibukota. Banyak pria yang menyukainya.”

“Termasuk Abeoji?”

“Ya, termasuk aku. Tetapi dia mencintai sahabatku…”

Yoon Shik menceritakan kisah Myung Geum dan Yong Goo dari awal hingga akhir sampai hari kelahiran Jin Yong.

Wajah Jin Yong pias seketika, “Ja… jadi aku… aku bukan anak kandung Abeoji?”

Yoon Shik menggenggam tangan Jin Yong, “Kau tetaplah anakku. Anak sulungku.”

“Lalu di mana dia? Ibuku?”

“Waktu kau masih bayi, dia dikejar oleh para pengawal suruhan ayahmu. Aku yakin kalau ayahmu hanya ingin bertemu dengan ibumu. Tetapi salah satu pengawal memanahnya. Dia jatuh ke jurang.”

Jin Yong terhenyak.

“Tapi dia selamat.”

Tatapan kosong di mata Jin Yong tadi kini mulai berbinar.

“Ternyata tangannya berhasil menggenggam ranting pohon. Aku membantunya naik dan membawanya ke tabib.”

“Lalu… di mana dia sekarang?”

Yoon Shik menggeleng, “Dia pergi, meninggalkanmu untuk diasuh olehku. Tapi jangan salahkan keputusannya. Dia hanya tidak ingin membawamu turut berada di dalam bahaya. Dia ingin kau dibesarkan di dalam keluarga normal, sebagai anak rakyat biasa, bukan anak gisaeng ataupun anak raja.”

Tiba-tiba Jin Yong teringat kepada wanita di kuil itu. Apa mungkin wanita itu adalah ibunya?

Yoon Shik mengeluarkan sebuah cincin giok berwarna hitam dari dalam kotak yang dimintanya tadi, “Ini cincin ayahmu. Pergilah ke istana dan tunjukkan ini, maka dia pasti akan mengenalmu.”

Jin Yong mengambil cincin itu, tetapi memasukkannya lagi ke dalam kotak, “Choi Yoon Shik adalah ayahku. Tidak ada Lee Jin Yong. Hanya ada Choi Jin Yong.”

***

Di depan kuil kecil di tengah hutan, seorang wanita sedang duduk sambil memandang langit sore berwarna jingga. Suara ranting yang diinjak, membuatnya menoleh ke arah suara. Jin Yong berdiri tak jauh dari sana. Mereka saling menatap.

“Oh, kau anak muda yang waktu itu. Apa kau tersesat lagi? Kau butuh tempat menginap lagi?” tanya wanita itu.

Jin Yong mendekat, “Wajah saya mengingatkan anda kepada seseorang. Boleh tahu siapa?”

Wanita itu diam saja, namun matanya mulai berkaca-kaca.

“Apakah wajah saya mengingatkan anda kepada anak anda?”

Genangan air mata itu menitik.

“Bolehkah saya memanggil anda… Eommeoni?”

Tangis wanita itu pecah. Dia segera memeluk Jin Yong erat.

“Jin Yong, anakku…”

Tubuh Jin Yong menghangat. Air matanya juga mengalir di pipi. Perlahan kedua tangannya terangkat membalas pelukan ibu kandungnya.

Namun keharuan itu terusik, oleh sebuah panah yang meluncur menuju punggung Jin Yong.

To be continue!

I Am The King ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang