Di sudut ruangan itu, serba putih,keramik, dinding, menjadi saksi.
Bisu memang, tapi lebih dari cukup untuk menjadi saksi betapa terpuruknya aku belasan bulan lalu.
Merengkuh dengkul, menatap dalam keramik putih, menerawang jauh, melebihi kupu-kupu angkuh yang terbang kesana kemari --mungkin baru berevolusi dari ulat menjadi kupu-kupu cantik.
Tak ada daya, tak ada upaya. Buat apa? Toh, nestapa telah membungkam segala daya, menenggelamkan bahagia nun jauh di bawah fatamorgana.
Merayu angin agar semilir berhembus, menyebabkan satu,dua,tiga kelopak mawar indah berguguran. Gugur bersamaan dengan kebahagiaan yang kian luntur.***
Metro, 18 Agustus 2018
@galang_eka

KAMU SEDANG MEMBACA
Irregular Diction
PoesíaKetika Diksi tak lagi dianggap berati, Aturan tak lagi dijadikan patokan, di situlah "Irregular Diction" hadir!