16 | Kakang

12.2K 1.2K 205
                                    


"Hanya ingin bahagia, apa itu berlebihan?"

"Hanya ingin bahagia, apa itu berlebihan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chrystal

Gue bukan istri yang sempurna, banyak sekali kekurangan di sana-sini.

Gue nggak bisa masak. Dari kecil bahkan nggak pernah pegang sodet. Dapur di rumah selalu bersih karena Mama dulu juga nggak pernah masak. Mama yang single parent setiap hari sibuk bekerja sampai sore bahkan saat weekend masih saja bekerja, lebih suka membeli makanan di luar dari pada memasak buat kami.

Gue ibu rumah tangga yang seharusnya lebih sering mengabiskan waktu di rumah tapi malah lebih sering berada di luar rumah. Dua tahun terakhir gue senang menghabiskan waktu di Bebek Uenak, senang berjibaku dengan tetek bengek restoran sampai terkadang saat pulang setelah restoran tutup, gue menemukan Kai sedang makan malam di meja makan sendirian. Terkadang setiap akhir bulan gue terpaksa harus di restoran sampai larut meninggalkan Kai tertidur sendirian di kamar. Gue melakukannya sebagai pengalihan rasa kesepian dan kehilangan yang jadi sering gue rasakan setelah keguguran.

Gue juga bukan istri yang penyabar. Gue sering marah setiap kesal dengan Ibu yang suka ikut campur dalam urusan rumah tangga kami. Kadang gue merasa keberatan setiap ibu ikut campur bahkan mengurusi hal kecil di rumah, seperti mempermasalahkan tirai ruang tamu yang dia bulam belum diganti. Setiap marah dengan sikap ibu itu gue selalu tidur memunggungi Kai sampai berhari-hari hingga marahnya reda karena setiap ibu seperti itu Kai selalu terkesan lebih membela beliau dari pada gue.

Gue juga bukan istri pemaaf, gue bisa marah berhari-hari setiap merasa tersinggung jika Kai menolak melakukan hubungan suami istri dengan alasan lelah. Gue juga akan cemberut semalaman setiap Kai tidak betah tangannya gue jadikan bantal ketika kami menonton serial kesukaan kami, Game of Thrones.

Kebalikan dari gue, Kai tidak pernah balik marah setiap gue marah, Kai selalu saba menghadapi semua kekurangan gue itu. Karena sikapnya itu gue dan orang-orang disekitar kami menganggap Kai sebagai suami yang sempurna.

"Kamu beruntung deh punya Kai."

"Nasib lo baik banget dapet suami kayak dia."

"Gue iri deh sama lo, gue pengen juga dong punya suami sebaik Kai."

Pujian-pujian semacam itu sering sekali gue dengar dari mereka.

Mereka benar.

Gue yang nggak jelas asal usulnya ini, yang tumbuh tanpa sosok ayah ini, yang hampir sebatang kara, yang cuma punya seorang kakak di hidupnya, yang oleh keluarga dari Mamanya yang gue nggak tahu keberadaannya di mana tidak pernah dianggap ada ini, yang dihidupi dari uang kotor kakaknya, yang cuma pegawai kontrak di biro konsultan arsitek, yang dianggap cuma punya wajah cantik tapi less manner oleh kebanyakan orang karena suka malas basa-basi ini akhirnya dinikahi anak pengusaha terpandang di Bandung dengan latar keluarga yang sempurna. Kakek yang seorang hakim ternama dan terkenal karena kejujurannya, nenek yang punya garis keturunan dari kerajaan Pasudan, Ibu yang merupakan anak dari seorang walikota yang dianggap berjasa membangun Bandung, lulusan universitas teknik terbaik di Bandung yang telah mandiri menjadi pengusaha sejak kuliah.

Vous (Amour Series #2) Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang